Aspek yang diwawancarai
Pertanyaan Jawaban
mungkin Kode
siswa TAP
: tergantung suasana
6. Metode make a
match mempermudah
pelajaran Biologi
Kode siswa LK : sangat membantu
Kode siswa FND : iya Kode siswa AAY : sangat
membantu Kode siswa AF : sangat
membantu Kode siswa TAP : iya
7. Perasaan siswa
pada make a match
Kode siswa LK : sangat menyenangkan
Kode siswa FND : lebih gampang
Kode siswa AAY : mudah masuk dan dapat dicerna
Kode siswa AF : seru, menyenangkan
Kode
siswa TAP
: menghibur
8. Metode make a
match mempersulit
belajar Biologi Kode siswa LK : tidak
Kode siswa FND : tidak Kode siswa AAY : tidak
Kode siswa AF : tidak Kode siswa TAP : tidal
C. PEMBAHASAN
1. Aspek Kognitif
Pada hasil belajar siswa ranah kognitif bahwa diketahui adanya perubahan yang diperoleh siswa dari awal siklus I sampai dengan siklus II. Hasil belajar yang
didapat dari siswa adanya nilai pretest, postest I untuk siklus I, dan postest II untuk siklus II. Peningggkatan prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dengan
adanya model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match diukur melalui hasil
belajar siswa meliputi tes akhir pada siklus I, dan tes akhir siswa pada siklus II. Dari hasil perhitungan rata-rata nilai tes siswa diperoleh data pada tabel 4.7
sebagai berikut : Tabel 4.7 Perbandingan Nilai Tes Siswa
Jenis Data Tes Akhir Postest Siklus I
Tes Akhir Postest Siklus II Nilai Tertinggi
90 100
Nilai Terendah 40
70 Nilai Rata-rata
66,87 75,41
Pencapaian KKM 64
91
Nilai pretest siswa dengan rata-rata 22,70 atau 100 tidak ada satupun siswa yang tuntas sesuai dengan KKM Biologi yaitu 75. Setelah siklus I telah
dilaksanakan, pada akhir siklus I diadakannya postest, hasil belajar siswa pada ranah kognitif mengalami peningkatan, rata-rata yang diperoleh pada hasil postest
I yaitu 66,87 dan yang tuntas KKM ada 64 atau 14 siswa yang tuntas. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 91. Ada beberapa siswa yang
mengalami peningkatan secara drastis dan ada juga siswa yang mengalami peningkatan yang relatif kecil. Presentase pencapaian ketuntasan Siklus I dan
Siklus II terdapat pada gambar 4.13.
Gambar 4.13 Grafik Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
Hasil belajar siswa pada ranah kognitif dari hasil penelitian siklus I, diketahui hasil presentase postest pada siklus I yaitu 64 hanya 14 siswa yang memenuhi
KKM, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 91 atau 20 siswa yang sudah tuntas KKM.
Dari hasil belajar siswa ranah kognitif pada nilai postest I dan postest II mengalami peningkatan yang sudah sesuai dengan target peneliti. Peningkatan
hasil belajar tersebut dikarenakan adanya perubahan pada diri siswa yang mau terlibat dalam proses pembelajaran. Adanya tanggapan siswa terhadap hasil tes
yang diperoleh. Siswa sudah bisa berpikir bahwa nilai-nilai tersebut diperoleh untuk kebaikan siswa tersebut dan sudah tanggungjawab siswa supaya lebih
berusaha dalam mendapatkan nilai sesuai standar yang ditentukan. Siswa dari awal sudah mengetahui bahwa nilai-nilai tersebut berpengaruh tehadap hasil
belajar siswa bukan hanya sekedar uji coba dari peneliti. Siswa sudah mengetahui nilai-nilai tesebut akan diberikan pada guru Biologi dan berpengaruh terhadap
kenaikan kelas yang siswa akan laksanakan. Perubahan sikap siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung juga mempengaruhi peningkatan hasil belajar
siswa. Dari siklus I, siswa, masih cenderung belum memperhatikan secara baik apa
yang disampaikan peneliti. Siswa masih belum fokus karena beberapa siswa yang selalu datang terlambat karena pelajaran Biologi selalu pada jam pertama jadi
siswa cenderung masih malas-malasan. Kemudian pada siklus II, siswa sudah ikut berperan dan memiliki motivasi yang tinggi sehingga hasil belajar siswa pada
ranah kognitif meningkat.
2. Motivasi Siswa
Motivasi adalah
dorongan yang
terdapat dalam
diri seseorang
untuk melakukan aktifitas tertentu dan berusaha mengadakan perubahan tingkahlaku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya Uno, 2013.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut Syah 2008, motivasi intrinsik berasal dari dalam diri
seseorang yang mendorongnya melakukan suatu tindakan belajar, misalnya perasaan menyenangi materi dan kebutuhan terhadap materi tersebut karena
mempengaruhi kehidupan masa depan siswa tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturantata tertib, dukungan
dari orang tua dan guru merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Motivasi berdasarkan kuisioner siswa
dapat terlihat pada gambar 4.14 sebagai berikut :
Gambar 4.14 Grafik motivasi berdasarkan kuisioner siswa Dari hasil kuisioner pada awal siklus I dan akhir siklus II, diperoleh hasil
kuisioner siswa bahwa dari 22 siswa yang mengisi kuisioner awal sebelum pembelajaran memiliki motivasi yang sangat tinggi dilihat dari grafik pada awal
siklus I sudah memenuhi target peneliti yaitu 75 mengikuti pelajaran Biologi sedangkan pada siklus II, presentase tidak mengalami peningkatan masih tetap
100 siswa memiliki kategori motivasi yang tinggi pada pelajaran Biologi setelah
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran tipe make a match kemudian dilihat dari hasil pengisian kuisioner dan hasil penghitungan.
Adanya presentase motivasi siswa menunjukkan bahwa siswa mengalami motivasi intrinsik dan ekstrinsik yaitu dalam proses pembelajaran adanya
dorongan siswa dalam melakukan suatu tindakan belajar, misalnya perasaan menyenangi materi dengan adanya metode pembelajaran menggunakan make a
match sehingga siswa lebih termotivasi dan berperan aktif dalam pembelajaran. Adanya pujian, semangat dari guru yang membuat pribadi masing-masing siswa
lebih termotivasi dalam proses pembelajaran dan juga pendekatan dari guru kemudian dorongan dan dukungan dari orang tua siswa untuk selalu memberi
pemahaman pentingnya sekolah. Hasil observasi yang telah diperoleh dari pengamatan rekan mahasiswa untuk
mengamati kegiatan masing-masing siswa yang berjumlah 22 orang selama 2 kali pertemuan untuk siklus I dan 2 kali pertemuan untuk siklus II diperoleh hasil
dengan adanya grafik 4.15
sebagai berikut : Grafik 4.15 Hasil Observasi Siswa
Gambar 15. Grafik Motivasi dari Hasil Observasi Siswa
Dari grafik diatas diketahui bahwa rata-rata pada siklus I dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus I memperoleh data kategori tinggi
sebesar 77,2, sedang 22,72, dan rendah 0. Maka pada siklus I hasil motivasi
siswa berdasarkan grafik tersebut sudah memnuhi target peneliti yaitu 75 sedangkan pada pertemuan pertama dan kedua siklus II meningkat yaitu menjadi
100 kategori tinggi motivasi siswa dari hasil observasi pada siklus II sudah sangat memenuhi target peneliti yaitu 75.
Hasil yang diperoleh dari wawancara beberapa siswa dengan adanya 8 pertanyaan yang mampu mengetahui tanggapan, perasaan yang dialami siswa
selama mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran tipe make a match. Pernyataan atau jawaban dari siswa hasil wawancara dapat memperkuat motivasi
belajar siswa yang sudah baik karena dengan proses pembelajaran selama 4 kali pertemuan dengan menggunakan metode pembelajaran tipe make a match
membuat siswa lebih senang belajar Biologi, metode tersebut menyenangkan untuk para siswa dan lebih dekat dengan siswa-siswa yang lain adanya saling
kerjasama antar siswa dalam metode tersebut. 3.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan adanya model
pembelajaran kooperatif tipe metode make a match juga memberi dampak positif terhadap siswa dalam mempermudah dan memahami pelajaran Biologi yang telah
dilaksanakan. Metode make a match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dilihat dari peningkatan yang terjadi pada proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adanya metode make a match memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara mandiri, menemukan
hasil yang telah didapat dan dapat diinformasikan kepada siswa lain sehingga
menambah pengetahuan pada siswa mengenai materi yang dipelajari, sehingga siswa lebih mampu mengingat dan mendalami materi dari metode tersebut.
Perasaan yang timbul dari siswa selama menggunakan metode tersebut setiap pertemuan sangat puas, materi yang disampaikan dapat mudah masuk ke benak
siswa, lebih teringat terhadap materi yang sudah disampaikan, ada pula siswa yang merasa terhibur dengan adanya metode tersebut karena tidak terpukau
dengan hanya mendengarkan guru saja namun siswa lebih aktif dalam berperan dalam proses pembelajaran.
Metode make a match juga tidak sama sekali membuat siswa merasa kesulitan terhadap materi yang disampaikan. Hal-hal tersebut dapat memacu
adanya motivasi intrinsik yang timbul dari masing-masing siswa. Perubahan- perubahan yang terjadi pada siswa kelas XI IPA SMA Taman Madya Jetis
Yogyakarta menunjukkan adanya penggunaan metode pembelajaran tipe make a match yang membuat pembelajaran siswa menjadi aktif dan memotivasi siswa.
Dalam model pembelajaran ini, siswa belajar sambil bermain yaitu memberikan peluang siswa belajar secara santai dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab ,
kerjasama yang baik, persaingan yang sportif dan keterlibatan belajar selama proses pembelajaran yang berlangsung.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa XI IPA SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta mengalami peningkatan pada hasil belajar dan motivasi belajar
selama proses pembelajaran yang dilakukan selama 4 kali pertemuan dengan setiap pertemuan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe make a
match.
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan