Penerapan metode pembelajaran tipe make a match untuk meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa pada materi sistem reproduksi kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta.
ABSTRAK
“Penerapan Metode Pembelajaran Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Dan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Reproduksi Kelas XI
SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta”
Mikaela Triana Galuh Pradana Putri Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa dalam mempelajari Biologi dengan penerapan metode pembelajaran tipe Make A Match materi Sistem Reproduksi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Mei 2015 dengan subjek penelitian 22 siswa kelas XI IPA SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan dua kali pertemuan setiap siklusnya. Pada penelitian ini peneliti mengukur hasil belajar siswa melalui hasil postest pada akhir masing-masing siklus. Data penelitian untuk motivasi belajar siswa diperoleh dari hasil observasi keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan pengisian lembar kuisioner oleh siswa pada awal dan akhir penelitian, serta hasil wawancara terhadap beberapa siswa.
Hasil penelitian dapat diperoleh yaitu hasil belajar siswa pada ranah kognitif mengalami peningkatan. Hasil postest siklus I diperoleh 64% siswa tuntas, dan pada siklus II meningkat menjadi 91%. Hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 75%. Untuk hasil motivasi siswa berdasarkan pengisian lembar kuisioner pada awal penelitian mencapai 100% siswa memiliki kategori tinggi dalam belajar dan pada akhir siklus tetap 100% tidak ada peningkatan. Sedangkan dari hasil observasi diperoleh pada siklus I yaitu 77,27% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran tipe Make A Match pada materi sistem reproduksi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Hasil Belajar Kognitif, Motivasi Siswa, Make A Match, Sistem
(2)
ABSTRACT
“Application of Learning Methods Make A Match Type to Improve Outcomes and Student Motivation for Reproductive System of class XI in Taman Madya
Jetis Senior High School Yogyakarta”
Mikaela Triana Galuh Pradana Putri Universitas Sanata Dharma
2015
The aims of this research is to improve learning outcomes and student motivation in studying Biology with the application of learning methods Make A Match Reproductive System type. This research is a Classroom Action Research (PTK). The research was conducted in April 2015 until May 2015 with the research subjects is 22 students of class XI IPA Taman Madya Jetis senior high school Yogyakarta academic year 2014/2015. This research was conducted in two cycles, with two meetings in each cycle. In this research, researchers measured the student’s learning outcomes through the results of post-test at the end of each cycle. Data research for student motivation derived from the observation of student involvement in the learning process and completed the questionnaire sheet by the students at the beginning and the end of the study, as well as the results of interviews with some students.
The results of the study can be obtained by the student learning outcomes in the cognitive increased. Posttest results of the first cycle of students obtained 64% complete, and the second cycle increased to 91%. The result has achieved success indicator is 75%. For results based on completed student motivation questionnaire sheet at baseline to 100% of students have a higher category in the study and at the end of the cycle remains 100%. While the observation results obtained in the first cycle is 77.27% and the second cycle increased to 100%. Based on these results it can be concluded that the application of learning methods Make A Match the type of material reproductive system can improve student learning outcomes.
Keywords: Cognitive Learning Results, Student’s Motivation, Make A Match, Reproductive System
(3)
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI KELAS XI SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Mikaela Triana Galuh Pradana Putri
NIM : 111434045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI KELAS XI SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Mikaela Triana Galuh Pradana Putri
NIM : 111434045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
In nomine Patris, et Filii, et Spritus Sancti. Amen
“Don’t give up, the beginning is always the hardest”
.
“
GOD Always Answer
”
...
“
Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow.
The important thing is not to stop questioning
”
. Albert
Einstein
I dedicate thousands of words to : Jesus Christ, Mother Mary,
My beloved parents, my sisters, my boyfriend, all of my family, everyone who always support me, and my almamater.
(8)
(9)
(10)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan rahmat yang telah Engkau berikan kepada saya sehingga skripsi berjudul
“Penerapan Metode Pembelajaran Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Dan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Reproduksi Kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta” dapat saya selesaikan dengan baik.
Skripsi ini dapat tersusun atas doa, bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Keluarga tercintaku, papahku Agustinus Edi Budiarto, S. Pd, mamahku Cicilia Aan Sriwuryanti, saudara-saudara perempuanku Bernadeta Chyntia Asmara Dewi, Yosephine Diajeng Anistya Budiarti, dan Valentina Febi Rezki Larasati, dan saudara-saudaraku yang lain, terimakasih atas doa kalian semua, dukungan materil, dan selalu memberikan semangat, sabar kepada saya selama ini.
2. Ibu Luisa Diana Handoyo, M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu memberikan pengarahan dengan penuh sabar membimbing saya selama menyusun skripsi.
3. Segenap Dosen Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang selalu menanyakan perkembangan penyusunan skripsi saya.
4. Segenap Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.
5. Bapak Sriyana, M. Pd, selaku Kepala dan Guru Biologi SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta.dan selalu memberikan nasihat kepada saya mengenai kehidupan setelah lulus.
(11)
viii
6. Siswa-siswiku kelas XI IPA SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang telah membantu saya selama melakukan penelitian.
7. Teman setiaku, jeyekku Petrus Edi Prasetyo atas doa, semangat, dukungan, dukungan materil juga yang telah diberikan selama ini.
8. Keluarga kecilku di rumah ijo Dian, Ardha, dan Nia yang selalu cerewet dan tidak pernah capek memberikan semangat, dukungan, doa, membantu saya selama ada kesulitan dalam mengerjakan skripsi.
9. Keluargaku : Ela, te Chika, te Ricca, Mom Helen, Pop Ancis, Lia A, Reni, Mamas Thomas, Ria, Mitha, te Anny, te Fani, dan seluruh teman-teman Virion 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas doa, dukungan, saling mengingatkan, dan semangat yang diberikan kepadaku.
10.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung saya selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini, namun demikian penulis mengharapkan agar skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Penulis
(12)
ix ABSTRAK
“Penerapan Metode Pembelajaran Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Dan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Reproduksi Kelas XI
SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta”
Mikaela Triana Galuh Pradana Putri Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa dalam mempelajari Biologi dengan penerapan metode pembelajaran tipe Make A Match materi Sistem Reproduksi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Mei 2015 dengan subjek penelitian 22 siswa kelas XI IPA SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan dua kali pertemuan setiap siklusnya. Pada penelitian ini peneliti mengukur hasil belajar siswa melalui hasil postest pada akhir masing-masing siklus. Data penelitian untuk motivasi belajar siswa diperoleh dari hasil observasi keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan pengisian lembar kuisioner oleh siswa pada awal dan akhir penelitian, serta hasil wawancara terhadap beberapa siswa.
Hasil penelitian dapat diperoleh yaitu hasil belajar siswa pada ranah kognitif mengalami peningkatan. Hasil postest siklus I diperoleh 64% siswa tuntas, dan pada siklus II meningkat menjadi 91%. Hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 75%. Untuk hasil motivasi siswa berdasarkan pengisian lembar kuisioner pada awal penelitian mencapai 100% siswa memiliki kategori tinggi dalam belajar dan pada akhir siklus tetap 100% tidak ada peningkatan. Sedangkan dari hasil observasi diperoleh pada siklus I yaitu 77,27% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran tipe Make A Match pada materi sistem reproduksi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Hasil Belajar Kognitif, Motivasi Siswa, Make A Match, Sistem Reproduksi
(13)
x ABSTRACT
“Application of Learning Methods Make A Match Type to Improve Outcomes and Student Motivation for Reproductive System of class XI in Taman Madya
Jetis Senior High School Yogyakarta”
Mikaela Triana Galuh Pradana Putri Universitas Sanata Dharma
2015
The aims of this research is to improve learning outcomes and student motivation in studying Biology with the application of learning methods Make A Match Reproductive System type. This research is a Classroom Action Research (PTK). The research was conducted in April 2015 until May 2015 with the research subjects is 22 students of class XI IPA Taman Madya Jetis senior high school Yogyakarta academic year 2014/2015. This research was conducted in two cycles, with two meetings in each cycle. In this research, researchers measured the student’s learning outcomes through the results of post-test at the end of each cycle. Data research for student motivation derived from the observation of student involvement in the learning process and completed the questionnaire sheet by the students at the beginning and the end of the study, as well as the results of interviews with some students.
The results of the study can be obtained by the student learning outcomes in the cognitive increased. Posttest results of the first cycle of students obtained 64% complete, and the second cycle increased to 91%. The result has achieved success indicator is 75%. For results based on completed student motivation questionnaire sheet at baseline to 100% of students have a higher category in the study and at the end of the cycle remains 100%. While the observation results obtained in the first cycle is 77.27% and the second cycle increased to 100%. Based on these results it can be concluded that the application of learning methods Make A Match the type of material reproductive system can improve student learning outcomes.
Keywords: Cognitive Learning Results, Student’s Motivation, Make A Match, Reproductive System
(14)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... .i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 8
(15)
xii
B. Hasil Belajar ... 9
1.Ranah Kognitif ... 10
2.Ranah Afektif ... 13
3.Ranah Psikomotorik ... 13
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar ... 14
D. Motivasi Belajar ... 15
E. Model Cooperatif Learning ... 21
F. Pembelajaran Tipe Make A Match ... 25
G. Penelitian yang Relevan ... 30
H. Materi Pembelajaran Sistem Reproduksi ... 31
I. Kerangka Berpikir ... 34
J. Hipotesa ... 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 38
B. Jenis Penelitian ... 39
C. Variabel Penelitian ... 39
D. Setting Penelitian ... 40
E. Rancangan Penelitian ... 40
F. Data dan Cara Pengumpulan ... 48
G. Instrumen Penelitian ... 50
H. Teknik Analisis Data ... 53
(16)
xiii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan ... 61
B. Hasil Penelitian ... 85
1.Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 85
2.Motivasi Belajar Siswa ... 86
C. Pembahasan ... 90
1. Aspek Kognitif ... 90
2. Motivasi Siswa ... 93
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 101
(17)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 25
Tabel 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 49
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner... 52
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 53
Tabel 3.4 Panduan Pemberian Skor Kuisioner ... 56
Tabel 3.5 Kriteria Motivasi Siswa ... 56
Tabel 3.6 Pedoman Penilaian Hasil Observasi ... 57
Tabel 3.7 Kriteria Observasi Hasil ... 59
Tabel 3.8 Indikator Keberhasilan ... 61
Tabel 4.1 Hasil Analisis Nilai Pretest ... 64
Tabel 4.2 Hasil Analisis Nilai Postest Siklus I ... 86
Tabel 4.3 Hasil Analisis Nilai Postest Siklus II... 87
Tabel 4.4 Analisis Motivasi Siswa ... 88
Tabel 4.5 Hasil Analisis Observasi Siswa ... 88
Tabel 4.6 Hasil Rangkuman Wawancara ... 90
(18)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Berpikir ... 37
Gambar 4.1 Peneliti sedang presentasi kelas sebelum memulai Pembelajaran ... 66
Gambar 4.2 Siswa berdiskusi untuk mengerjakan LKS ... 68
Gambar 4.3 Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok ... 69
Gambar 4.4 Pembagian kelompok siswa ... 70
Gambar 4.5 Siswa menjalankan metode Make A Match ... 71
Gambar 4.6 Siswa mempresentasikan hasil permainan kartu Make A Match ... 72
Gambar 4.7 Siswa mengerjakan test postest I... 75
Gambar 4.8 Siswa berdiskusi untuk mengerjakan LKS pada siklus II ... 78
Gambar 4.9 Siswa mempresentasikan hasil diskusi... .79
Gambar 4.10 Siswa mengerjakan metode Make A Match ... .80
Gambar 4.11 Siswa mempresentasikan hasil permainan kartu Make A Match .. 81
Gambar 4.12 Siswa mengerjakan test Posttest siklus II ... 84
Gambar 4.13 Grafik Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 93
Gambar 4.14 Grafik Motivasi berdasarkan Kuisioner Siswa ... 95
(19)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 103
Lampiran 1.2 Surat Keterangan Penyelesaian Penelitian ... 104
Lampiran 3.1 Silabus ... 105
Lampiran 3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113
Lampiran 3.3 Materi Sistem Reproduksi ... 133
Lampiran 3.4 Lembar Kerja Siswa ... 143
Lampiran 3.5 Kisi-kisi Soal Pretest ... 148
Lampiran 3.6 Soal-soal Pretest ... 149
Lampiran 3.7 Kisi-kisi Soal Postest Siklus I ... 155
Lampiran 3.8 Soal-soal Postest Siklus I ... 156
Lampiran 3.9 Kisi-kisi Soal Postest Siklus II ... 163
Lampiran 3.10 Soal-soal Postest Siklus II ... 164
Lampiran 3.11 Lembar Kuisioner Siswa ... 170
Lampiran 3.12 Panduan Wawancara Siswa ... 172
Lampiran 3.13 Lembar Observasi Siswa ... 173
Lampiran 4.1 Hasil Kuisioner Awal Penelitian ... 179
Lampiran 4.2 Hasil Kuisioner Akhir Penelitian ... 180
Lampiran 4.3 Hasil Wawancara Siswa ... 182
Lampiran 4.4 Hasil Observasi Siswa ... 185
Lampiran 4.5 Hasil Observasi Siklus I ... 186
(20)
xvii
Lampiran 4.7 Hasil Posttest Siswa Siklus I dan II ... 189
Lampiran 4.8 Hasil Analisis Belajar Siswa ... 190
Lampiran 4.9 Hasil Analisis Observasi Siswa Siklus I dan II ... 191
Lampiran 4.10 Contoh Pekerjaan Kuisioner Awal dan Akhir Siswa ... 193
Lampiran 4.11 Contoh Pekerjaan Observasi Siklus I dan II ... 201
Lampiran 4.12 Contoh Pekerjaan Pretest Siswa ... 213
Lampiran 4.13 Contoh Pekerjaan Posttest I Siswa ... 225
Lampiran 4.14 Contoh Pekerjaan Posttest II Siswa ... 239
(21)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era global
harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya
keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Pendidikan harus menumbuhkan
berbagai kompetensi peserta didik.
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata „didik‟
dan mendapat imbuhan „pe‟ dan akhiran „an‟, maka kata ini mempunyai arti
proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut perlu adanya upaya atau
kegiatan yang dilakukan siswa sehingga mampu mengembangkan potensi-potensi
yang siswa miliki dengan adanya proses belajar yang siswa dapatkan di sekolah.
Siswa sudah dikatakan mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
(22)
pada pengetahuan siswa dengan melihat dari hasil belajar yang siswa peroleh. Ada
beberapa pengertian dari beberapa pakar pendidikan yang mendefinisikan tentang
belajar yaitu menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2014), belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah. Menurut Morgan dalam Agus Suprijono (2014), “
Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past
experience “. Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Di dalam suatu proses pembelajaran yang akan berlangsung atau yang
sudah terlaksana, siswa mengalami suatu proses dalam kegiatan pembelajaran.
Kesuksesan siswa untuk mengikuti proses belajar dengan baik dipengaruhi oleh
adanya faktor-faktor yang dapat terjadi pada siswa untuk mencapai hasil yang
sesuai dengan rencana guru. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan
siswa dalam belajar ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri seperti
motivasi belajar. Motivasi adalah suatu dorongan untuk melakukan sesuatu
gerakan yang mendorong siswa untuk bisa mempelajari sesuatu hal. Sedangkan
faktor eksternal yaitu suatu rangsangan yang muncul dari luar yang dapat
mempengaruhi siswa seperti interaksi dari guru, metode pembelajaran yang
diberikan, kondisi kelas, sekolah dan lingkungan.
Berdasarkan pengalaman PPL di SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta,
(23)
pembelajaran Biologi maupun pembelajaran yang lain. Kejadian tersebut dapat
diketahui dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar kurang
dari ketuntasan yang telah ditentukan sekolah. Aktivitas yang sering dilakukan
siswa cenderung tidak untuk mendukung kegiatan pembelajaran, siswa tidak
mampu fokus atau berkonsentrasi dengan apa yang sedang dijelaskan oleh guru,
bahkan beberapa siswa yang menganggu guru atau siswa lain, dan ada yang
bermain dengan handphone. Minat siswa yang kurang dalam mengikuti
pembelajaran membuat siswa kesulitan dalam memahami pelajaran dan membuat
hasil belajar siswa tidak mencapai KKM yang telah ditentukan. Dari jumlah siswa
yaitu 24 siswa, yang mendapat nilai ulangan di atas 75 yang merupakan nilai
KKM Biologi hanya 8 siswa sekitar 33,3% yang memenuhi nilai KKM Biologi.
Siswa yang belum tuntas perlu adanya remidial. Namun adanya remidial membuat
siswa tidak peduli dan tidak berminat untuk remidi bahkan siswa cenderung tidak
mau berusaha supaya nilai ulangan semakin baik dan mencapai KKM. Beberapa
siswa yang belum tuntas tidak mau memperbaiki dan mencoba. Siswa hanya
menyontek jawaban dari teman-teman yang lain. Dilihat dari masalah tersebut
sebagian siswa kurang berminat belajar, kurang termotivasi dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa kurang.
Berdasarkan pengalaman PPL, wawancara, dan observasi ada beberapa
faktor yang menyebabkan permasalahan dalam proses pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut meliputi kemampuan berpikir siswa ada beberapa yang kurang
sehingga lama untuk menangkap materi yang disampaikan, kemauan siswa untuk
(24)
hafalan dan materinya banyak serta dalam mengajar kebiasaan guru dalam
penyampaian materi hanya dengan metode ceramah saja dan cenderung membuat
siswa merasa bosan. Kemudian faktor yang lain adalah beberapa siswa yang
masih merasa belum sepenuhnya suka dengan pelajaran IPA, kemudian faktor
internal.
Dari beberapa kondisi yang muncul di kelas XI SMA Taman Madya Jetis
menunjukkan bahwa ada masalah dalam proses pembelajaran di kelas tersebut.
Melihat dari kondisi di dalam kelas XI maka perlu ada upaya perubahan dalam
strategi pembelajaran yang diberikan yang mampu membangun motivasi siswa
untuk belajar Biologi dan suasana dalam belajar di kelas menjadi hidup dan
menyenangkan yang bermanfaat untuk siswa. Salah satu metode pembelajaran
yang akan diterapkan dalam kondisi kelas XI SMA Taman Madya Jetis adalah
metode Kooperatif. Metode kooperatif adalah metode pembelajaran yang
mengajak siswa memperoleh pengetahuan melalui kerjasama tim antar siswa.
Dari berbagai macam tipe pembelajaran, tipe yang peneliti rasa sesuai
dengan kondisi siswa kelas XI SMA Taman Madya Jetis adalah tipe Make A
Match (mencari pasangan). Alasan peneliti mengunakan metode tersebut adanya
hasil observasi kegiatan yang dilakukan siswa-siswi kelas XI IPA Taman Madya
Jetis tidak mendukung proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti memilih
metode tersebut karena metode tersebut membuat siswa mampu belajar mandiri,
mencari dan menyelesaikan persoalan dalam tugas yang diberikan dengan adanya
kerjasama dari siswa lain, pelajaran menjadi lebih menyenangkan, tidak tegang
(25)
tapi bisa bergerak untuk menemukan jawaban dari metode Make A Match
tersebut. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran, dalam pelaksanaan
pembelajaran tipe Make A Match, semua siswa yang memiliki kemampuan tinggi
maupun rendah mampu mengikuti dengan adanya penjelasan tentang metode
pembelajaran ini. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia. Metode ini cukup menyenangkan yang digunakan untuk
mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya (Fauzi, 2009).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM
REPRODUKSI KELAS XI SMA TAMAN MADYA JETIS
YOGYAKARTA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
penelitian yang dapat dirumuskan adalah : “Apakah penerapan metode
pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa
(26)
C. Batasan Masalah
Batasan masalah sangat penting dan berpengaruh dalam mengkaji dan
menemukan jawaban masalah karena merupakan fokus dalam penelitian. Agar
masalah yang diteliti terarah, maka diperlukan suatu pembatasan masalah yang
akan dikaji secara mendalam. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Subyek
Subyek yang digunakan adalah siswa kelas XI IPA SMA Taman Madya Jetis
Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Hasil Belajar
Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud kemampuan kognitif yang
diambil melalui tes tertulis sesuai dengan standar kompetensi yang digunakan
3. Motivasi Belajar
Motivasi belajar yang dimaksud adalah dorongan bagi siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran yang berlangsung melalui pembagian kuisioner yang
diisi oleh siswa dan melakukan observasi serta wawancara kepada siswa.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
dan motivasi belajar siswa kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta
melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
(27)
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik bagi peneliti sendiri, guru maupun
siswa. Manfaat tersebut adalah :
1. Bagi Peneliti
a. Peneliti mampu menjalankan tantangan yang baru dengan
mempraktikan secara langsung metode pembelajaran make a match
yang jarang dilakukan pada saat masih di bangku kuliah maupun pada
saat PPL.
b. Peneliti dapat mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah
dipelajari untuk dunia kerja sebagai calon pendidik.
c. Mampu menciptakan dan memahami kondisi permasalahan yang terjadi
di kelas atau sekolah
2. Bagi Guru/Sekolah
a. Membantu untuk mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan
yang terjadi di kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta dengan
memberikan metode pembelajaran yang baru untuk siswa
b. Menambah informasi mengenai metode-metode pembelajaran yang
mampu membuat siswa lebih berminat dalam belajar dan hasil belajar
meningkat.
3. Bagi Siswa
Adanya metode pembelajaran kooperatif yang baru membantu siswa
dalam memahami pelajaran Biologi dengan lebih mudah dan
(28)
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian
besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggap sebagai properti sekolah.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak
dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau
menerimanya. Menurut pakar pendidikan Gagne dalam cuplikan yang terdapat di
dalam buku Agus Suprijono mendefinisikan belajar adalahperubahan disposisi
atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah (Suprijono, 2014).
Menurut Suherman (2003), pembelajaran merupakan upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar pedoman belajar tumbuh dan berkembang
secara optimal. Peristiwa belajar yang disertai proses pembelajaran akan lebih
terarah dan sistematik daripada belajar yang semata-mata dari pengalaman dalam
kehidupan sosial dalam masyarakat. Sedangkan menurut Dahar (2006),
pembelajaran adalah penggunaan jenis-jenis belajar yang tepat dengan memberi
kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan konsep sebelumnya dan
(29)
kesadaran akan kemampuan untuk menggunakan pola penalaran yang terlibat
dalam pembentukan dan pengujian pengetahuan konseptual.
B. Hasil Belajar
Dalam kegiatan belajar yang telah dilakukan akan mengalami suatu proses
dan perubahan dalam proses belajar. Hasil belajar didefinisikan sebagai pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
ketrampilan.
Menurut pemikiran dari Gagne dalam Suprijono (2014), hasil belajar meliputi
5 ranah yang berupa :
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan
aktivitas kognitif yang bersifat khas.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
(30)
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdaasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan
nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom melalui Abdul Majid (2014), dalam bukunya yang
berjudul Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar yang telah direvisi Anderson
dan Krathwohl (2001) menemukakan bahwa terdapat 3 ranah hasil belajar antara
lain :
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah sekelompok tingkah laku yang dipengaruhi oleh
kemampuan berpikir, sehingga ranah kognitif dapat disebut sebagai bidang
kemampuan intelektual atau pengetahuan. Ranah kognitif meliputi :
a. Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses
pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan
masalah (problem solving). Mengingat meliputi mengenali dan memanggil
kembali. Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa
lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal
lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali adalah
proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat
dan tepat.
b. Memahami/mengerti (Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari
(31)
berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan dan membandingkan.
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik
kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan
berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari
objek yang diperbandingkan.
c. Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan merupakan proses yang
kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan
menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini
berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan
prosedur dengan mudah. Kegiatan tersebut mampu membuat siswa untuk
mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang
tepat untuk menyelesaikan permasalahan.
d. Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan
dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana ketekaitan
tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan
proses kognitif memberi atribut (attributing) dan mengorganisasikan
(organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan
(32)
yang menjadi permasalahan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi
unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik.
e. Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria
atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat
berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh
siswa. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian
yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat
mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan
perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang
dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.
f. Menciptakan (Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda
dengan yang sebelumnya. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk
dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang didapat dibuat oleh
(33)
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berhubungan dengan sikap, minat, emosi, dan nilai hidup.
Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Ranah
ini terdiri dari lima aspek antara lain :
a. Penerimaan (receiving/attending) adalah kepekaan akan adanya
rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,
situasi dan gejala serta kesediaan untuk memperhatikan rangsangan
tersebut.
b. Jawaban (responding) adalah kerelaan untuk memperhatikan secara
aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c. Penilaian (valuing) berkenaan untuk kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu.
d. Organisasi adalah kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
e. Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk menghayati
nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi pegangan nyata
serta jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan yang menyangkut
kegiatan otot dan fisik. Menurut Bloom melalui Sudjana (2010) dalam bukunya
yang berjudul Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ranah psikomotor
(34)
menerima pengalaman belajar tertentu. Terdapat enam aspek ranah psikomotor
antara lain :
1) Gerakan refleks
2) Ketrampilan pada gerakan dasar
3) Kemampuan perseptual
4) Kemampuan bidang fisik
5) Gerakan-gerakan skiil
6) Kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil
belajar pada siswa yaitu Menurut Slameto (2010), faktor yang dapat
mempengaruhi belajar dan hasil belajar dapat berasal dari dalam diri siswa, dan
dari luar misalnya dukungan orang tua, serta lingkungan.
1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri.
Faktor internal terdiri dari aspek jasmani dan psikologi. Aspek jasmani sangat
mendukung siswa untuk melaksanakan proses belajar, aspek jasmani itu
sendiri adalah kesehatan yang dimiliki oleh siswa. Apabila kesehatan siswa
terganggu maka berpengaruh pada proses belajar dan hasil belajar siswa.
Sedangkan aspek psikologis merupakan kemampuan berupa intelegensi,
bakat, sikap, minat, dan motivasi yang merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi pada kualitas pengetahuan yang terserap oleh siswa, karena
(35)
2. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi
diri individu. Faktor internal dibagi menjadi tiga faktor utama yaitu latar
belakang keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat.
Aspek keluarga sangat berpengaruh tterhadap keberhasilan anak dalam
keluarga. Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman, presentase
hubungan orang tua, perkataan dan bimbingan orang tua dapat mempengaruhi
pencapaian hasil belajar anak. Aspek lingkungan sekolah dapat pula
mempengaruhi hasil belajar dari iklim yang tercipta antara siswa dan guru.
Aspek lingkungan sekolah meliputi tempat, gedung sekolah, kualitas guru,
dan media pembelajaran yang digunakan. Sedangkan aspek masyarakat yaitu
anak akan terdorong untuk lebih giat belajar apabila keadaan di sekitar tempat
tinggal terdiri atas orang-orang yang berpendidikan dan bermoral baik.
D. Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai arti sebagai suatu keadaan untuk mencapai tujuan
dan keinginan dalam hidupnya. Menurut Uno (2013) motivasi adalah dorongan
yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu dan
berusaha mengadakan perubahan tingkahlaku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya.
Dalam pembelajaran operatif guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator. Peran fasilitator dikembangkan melalui metode-metode yang telah ada.
Dari berbagai macam definisi mengenai motivasi, maka motivasi belajar siswa
(36)
dorongan yang mampu mengaktifkan atau menggerakkan sehingga mampu
menyalurkan perilaku untuk belajar dan berprestasi. Menurut Prasetya Irawan dkk
(1997), mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks
sekolah dan motivasi, maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.
Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah dan bertahan lama. Indikator motivasi belajar menurut Uno (2013), dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4. Adanya penghargaan dalam belajar
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta
didik dapat belajar dengan baik.
Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut
motivasi mempunyai fungsi yaitu :
1. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau
(37)
2. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang
hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.
3. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa
yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran
dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian
tujuan tersebut.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
1. Motivasi Intrinsik
Menurut Syah (2008), motivasi intrinsik berasal dari dalam diri
seseorang yang mendorongnya melakukan suatu tindakan belajar,
misalnya perasaan menyenangi materi dan kebutuhan terhadap materi
tersebut karena mempengaruhi kehidupan masa depan siswa tersebut.
Beberapa strategi untuk membangun motivasi intrinsik dalam mengajar,
yaitu adanya kaitan antara tujuan belajar dengan tujuan siswa, memberikan
kebebasan pada siswa untuk memperluas materi pelajaran sebatas yang
pokok, memberikan waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan
siswa boleh memanfaatkan sumber belajar di sekolah, memberikan
penghargaan pada siswa, meminta siswa menjelaskan hasil pekerjaannya
(38)
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik berasal dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,
peraturan/tat tertib, suri teladan orangtua, guru merupakan contoh-contoh
konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar.
(Syah, 2008)
Dari dua macam motivasi tersebut, untuk meningkatkan motivasi
ada dua prinsip yang harus diperhatikan oleh guru, yang pertama untuk
menyelidiki dengan jelas dan tegas apa yang diharapkan dari pelajaran
mengapa perlu dipelajari dan mengapa seseorang perlu mempelajarinya
dan mengapa ia diharapkan mempelajarinya kemudian yang kedua untuk
menciptakan kesadaran yang tinggi pada proses pembelajaran akan
pentingnya memiliki skill dan pengetahuan yang akan diberikan oleh hal
yang dipelajarinya tersebut. (Thomas F. Saton dalam Daryanto, 2011)
Dalam dunia pendidikan motivasi belajar merupakan salah satu hal
yang penting. Tanpa motivasi seseorang tentu tidak akan mendapatkan
proses belajar yang baik. Karena ”motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Menurut Yusuf (2009) menyatakan terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi belajar,
(39)
a. Faktor Internal ( yang berasal dari diri siswa sendiri )
1) Faktor Fisik
Faktor fisik yang dimaksud meliputi nutrisi (gizi), kesehatan, dan
fungsi- fungsi fisik (terutama panca indera). Kekurangan gizi atau kadar
makanan akan mengakibatkan kelesuan, cepat mengantuk, cepat lelah,
dan sebagainya. Kondisi fisik yang seperti itu sangat berpengaruh
terhadap proses belajar siswa di sekolah. Dengan kekurangan gizi,
siswa akan rentan terhadap penyakit, yang menyebabkan menurunnya
kemampuan belajar, berfikir atau berkonsentrasi.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong
atau menghambat motivasi belajar pada siswa sebagai berikut :
(a) Rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia (lingkungan) yang
lebih luas,
(b) Sifat kreatif dan keinginan untuk selalu maju,
(c) Keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru, dan teman-
teman,
(d) Keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang baru,
(e) Keinginan untuk mendapat rasa aman apabila menguasai pelajaran,
(f) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari proses belajar.
Sedangkan faktor psikis yang menghambat adalah sebgai berikut :
(40)
(b) Gangguan emosional, seperti : merasa tidak aman, tercekam rasa
takut, cemas, dan gelisah.
(c) Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk, seperti tidak menyenangi
mata pelajaran tertentu, malas belajar, tidak memiliki waktu belajar
yang teratur, dan kurang terbiasa membaca buku mata pelajaran.
Kedua faktor yang telah dipaparkan merupakan faktor dari dalam
diri siswa yang dapat mempengaruhi motivasi belajar.
3) Faktor Eksternal ( yang berasal dari lingkungan )
(a) Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial yang dimaksud, seperti keadaan udara (cuaca
panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi,
bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana
atau fasilitas belajar. Ketika semua faktor dapat saling mendukung
maka proses belajar akan berjalan dengan baik.
(b) Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang
tua). Proses belajar akan berlangsung dengan baik, apabila guru
mengajar dengan cara yang menyenangkan, seperti bersikap
ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat
dirumah siswa tetap mendapat perhatian dari orang tua, baik
perhatian material dengan menyediakan sarana dan prasarana
(41)
E. Model Cooperative Learning
Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan pembelajaran kolaboratif.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Secara umum
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan
informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Roger dan David Johnson (2002) mengatakan bahwa tidak semua belajar
kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur dalm model pembelajaran kooperatif harus diterapkan.
Lima unsur tersebut adalah :
1. Saling ketergantungan positif (Positive interdependence)
Dalam unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggungjawaban kelompok. Yang pertama mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. Yang kedua menjamin semua anggota
kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu :
a. Menumbukan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam
kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok
mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai
(42)
b. Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan
yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
c. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok
hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya,
mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan
perolehan tugas mereka menjadi satu.
d. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling
mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat
dengan peserta didik lain dalam kelompok.
2. Tanggung jawab perseorangan (Personal responsibility)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk
semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab
perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh
kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama,
anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
3. Interaktif promotif (Face to face promotive)
Unsur yang ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaktif promotif. Unsur
ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri
interaksi promotif adalah :
a. Saling membantu secara efektif dan efisien
b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
(43)
d. Saling mengingatkan
e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta
meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi
f. Saling percaya
g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama
4. Komunikasi Antaranggota (Interpersonal skill)
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah ketrampilan sosial. Untuk
mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik
harus :
a. Saling mengenal dan mempercayai
b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
c. Saling menerima dan saling mendukung
d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif
5. Pemrosesan Kelompok (Group processing)
Unsur kelima dari pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok.
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat
diidentifikasikan dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari
anggota kelompok.
Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota
dalam memberikan kostribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai
tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas
(44)
Setiap model pembelajaran terkadang tidak selalu berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan. Dalam kasus yang terjadi di model pembelajaran kooperatif
pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok jika
guru benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif. Agar
dalam menjalankan metode pembelajaran kooperatif perlu memahami sintak
model pembelajaran kooperatif agar suasana dalam belajar tetap nyaman. Sintak
model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase.
Fase-fase Perilaku guru
Fase 1 : Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2 : Present information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Fase 3 : Organize student into learning
teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 : Provide recognition
Memberikan pengetahuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
(45)
F. Pembelajaran Tipe Make A Match
1. Make A Match
Model pembelajaran kooperatif Make A Match telah banyak merubah
pembelajaran siswa menjadi aktif dan memotivasi siswa untuk mencapai hasil
belajar yang baik. Menurut Suprijono (2014) bahwa dalam menggunakan Make A
Match maka hal yang perlu disiapkan adalah kartu-kartu yang terdiri dari kartu
berisi pertanyaan dan kartu yang lain berisi jawaban.
Model pembelajaran Make A Match dapat dijadikan alternatif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam model pembelajaran ini, siswa belajar
sambil bermain yaitu memberikan peluang siswa belajar secara santai dengan
menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama yang baik, persaingan yang sportif
dan keterlibatan belajar.
Dalam meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru
menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau
mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada
siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Pada penerapan metode Make A Match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode Make A Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses
pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias
(46)
siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri
dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2004) bahwa,
“Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.”
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Make A
Match menurut Curran (1994) adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu „soal‟ maka harus mencari pasangan yang memegang kartu „jawaban soal‟ secepat mungkin.
Demikian sebaliknya.
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
f. Setelah atau babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
(47)
g. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua
siswa.
h. Kesimpulan/ penutup
Model Make A Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses
pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias
mengikuti proses pembelajaran dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa
mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari
pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah untuk pembelajaran menggunakan Make A Match menurut
Suprijono, 2014 adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan Index Card Match
Metode Make a Match cukup menyenangkan digunakan untuk mengulang
materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Langkah-langkah
pembelajarannya (Suprijono, 2014) sebagai berikut :
1) Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam
kelas.
2) Bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama
3) Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan.
Setiap kertas berisi satu pertanyaan
4) Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
telah dibuat
(48)
6) Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang
dilakukan berpasangan. Separoh siswa akan mendapatkan soal dan separuh
yang lain akan mendapatkan jawaban.
7) Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang
sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk
berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang
mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah
kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang
diperoleh dengan keras kepada teman-temannya saling yang lain. Selanjutnya
soal tersebut dijawab oleh pasangannya.
9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Make A Match
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tipe Make A Match menurut
Mihtahul (2013) adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan metode Make A Match sebagai berikut :
1) Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Siswa dapat belajar dengan aktif karena guru hanya berperan sebagai
pembimbing, sehingga siswa yang mendominasi dalam aktifitas
pembelajaran
2) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun
(49)
3) Siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam kartu
yang ditemukannya
4) Adanya unsur permainan, metode ini menyengkan. Suasana kegembiraan
akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
5) Kerjasama antara sesama murid terwujud secara dinamis
6) Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh murid
7) Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topic dalam suasana menyenangkan
8) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
9) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi
10) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar
11) Meningkatkan kreativitas belajar siswa
12) Dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b. Kekurangan metode Make A Match sebagai berikut :
1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2) Memakan waktu yang banyak karena sebelum masuk kelas terlebih dahulu
mempersiapkan kartu-kartu
3) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai murid terlalu banyak
bermain-main dalam proses pembelajaran
4) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang
(50)
5) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu
berpasangan dengan lawan jenisnya
6) Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan
kebosanan.
7) Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai
8) Jika kelas anda termasuk kelas besar maka perlu adanya strategi agar kelas
tidak menjadi ricuh.
G. Penelitian yang Relevan
Pembelajaran tipe Make A Match merupakan salah satu tipe pembelajaran
yang dalam penelitian ada beberapa peneliti yang menggunakan tipe ini.
Penelitian yang berkaitan dengan metode peneliti yang pernah diteliti oleh Iin
Dwi Indriyani (2008) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta, dalam bentuk skripsi yang berjudul “ Peningkatan
Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang C1-C4 Materi Sistem Reproduksi
Manusia Melalui Model Make A Match Kelas XI IPA 2 SMA Muhammadiyah
Bantul Tahun Ajaran 2008/2009”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran melalui model Make A Match dapat meningkatkan kemampuan
kognitif siswa. Pada siklus I nilai rata-rata ulangan siswa 37,0. Pada siklus II hasil
rata-rata nilai ulangan mengalami peningkatan menjadi 67,7.
Penelitian yang lain selain penelitian di atas terdapat penelitian yang lain
yang dilakukan oleh Eliya (2009) dengan judul penelitian “Penelitian kooperatif tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada kelas XI SMA
(51)
Negeri 5 Medan Materi Pokok Struktur dan Fungsi Sel”. Dari hasil penelitian yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih tinggi
daripada pembelajaran tanpa menggunakan Make A Match dengan rata-rata 8,06.
Hasil belajar siswa yang tanpa menggunakan Make A Match lebih rendah daripada
penggunaan Make A Match dengan rata-rata 6,88.
H. Materi Pembelajaran “ Sistem Reproduksi”
Dalam penelitian ini, Standar Kompetensi (SK) yang digunakan adalah SK 3.
Menjelasakan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan /
penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas. Kompetensi
Dasar (KD) yang dipakai adalah KD 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur,
fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi,
fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI, serta kelainan/penyakit yang dapat
terjadi pada sistem reproduksi manusia.
Materi sistem reproduksi manusia merupakan materi yang berkaitan dengan
kematangan fisik siswa SMA karena mereka sedang mengalami masa remaja dan
masa puber. Oleh karena itu, materi ini sangat penting untuk dipelajari pleh para
siswa agar mereka dapat menjaga dan merawat kesehatan reproduksi
masing-masing.
Menurut Pratiwi (2006) dalam bukunya yang berjudul Biologi untuk SMA
Kelas XI, konsep-konsep mengenai materi sistem reproduksi manusia yang
(52)
1. Organ Reproduksi
a. Organ reproduksi laki-laki
Alat reproduksi laki-laki pada bagian dalam adalah testis, saluran reproduksi,
dan kelenjar kelamin. Saluran reproduuksi pada pria meliputi epididimis, vas
deferens, saluran ejakulasi dan uretra. Sedangkan alat reproduksi luar pada
laki-laki meliputi skrotum dan penis. Hormon yang terdapat pada sistem
reproduksi laki-laki antara lain LH, testosteron, dan FSH.
b. Organ reproduksi perempuan
Alat reproduksi perempuan bagian dalam meliputi ovarium, saluran
reproduksi, uterus, dan vagina. Sedangkan alat reproduksi luar pada
perempuan meliputi labia mayor, labia minor, klitoris, vulva. Hormon yang
terdapat pada wanita antara lain FSH, LH, estrogen, dan progesteron.
2. Mekanisme Pembentukan Gamet
Ada dua macam mekanisme pembentukan gamet pada manusia antara lain
spermatogenesis dan oogenesis. Spermatogenesis adalah proses pembentukan
sel sperma di dalam testis. Sedangkan oogenesis merupakan prose
pembentukan sel telur atau ovum di dalam ovarium.
3. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi pada perempuan terdiri dari tiga fase yaitu fase aliran
menstruasi, fase proliferasi, dan fase sekresi. Bila ovum tidak dibuahi,
dinding rahim yang telah menebal dan penuh dengan pembuluh darah akan
rusak dan luruh/runtuh. Bersama-sama dengan ovum, jaringan tersebut
(53)
4. Fertilisasi dan Kehamilan
Fertilisasi adalah proses penggabungan sperma dan ovum. Proses ini
berlangsung di dalam tubuh manusia sehingga disebut fertilisasi internal.
Proses fertilisasi dan kehamilan melalui tiga tahapan yaitu perkembangan
embrio di rahim, pembentukan membran embrio, dan pembentukan plasenta.
5. ASI (Air Susu Ibu)
Air susu ibu (ASI) dihasilkan oleh kelenjar susu pada payudara seorang
perempuan yang biasanya dihasilkan setelah kehamilan atau setelah
melahirkan. ASI yang pertama kali keluar serta mengandung zat kekebalan
disebut kolostrum. Kolostrum berwarna lebih kuning dan lebih kental
daripada ASI. Kolostrum berkhasiat membersihkan saluran pencernaan bayi
dari mukoneum (kotoran yang terdapat dalam saluran pencernaan janin). ASI
memiliki banyak manfaat untuk bayi.
6. Kelainan / penyakit pada sistem reproduksi manusia
Beberapa jenis kelainan atau penyakit yang meyerang sistem reproduksi
manusia antara lain tumor payudara, impotensi, gonorea, kanker serviks,
(54)
I. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian tindakan kelas dibutuhkan adanya observasi yang bertujuan
mengetahui permasalahan yang ada pada suatu kelas yang telah dijelaskan dalam
latar belakang. Dari hasil observasi yang telah dilakukan didapat bahwa siswa
SMA Taman Madya Jetis memiliki motivasi siswa dan hasil belajar siswa masih
tergolong rendah. Faktor penyebab terjadinya kurangnya motivasi dan hasil
belajar yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
Faktor dari luar seperti aktivitas yang sering dilakukan siswa cenderung tidak
untuk mendukung kegiatan pembelajaran, siswa tidak mampu fokus atau
berkonsentrasi dengan apa yang sedang dijelaskan oleh guru, bahkan beberapa
siswa yang menganggu guru atau siswa lain, dan ada yang bermain dengan
handphone yang digunakan tidak untuk mencari bahan pembelajaran. Kemudian
faktor-faktor yang lain meliputi kemampuan berpikir siswa ada beberapa yang
kurang sehingga lama untuk menangkap materi yang disampaikan, kemauan siswa
untuk belajar harus guru yang selalu mengingatkan. Sedangkan faktor dari dalam
(internal), sebagian besar siswa bukan berasal dari Yogyakarta, jadi perhatian
yang lebih dari orangtua siswa kurang hanya sekedar dengan komunikasi melalui
telepon. Faktor tersebut dapat membuat siswa ketika berangkat sekolah tidak
sepenuhnya termotivasi.
Dari permasalahan di atas, dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang tepat
sehingga dapat mengubah motivasi belajar siswa serta mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran
(55)
yang menyenangkan agar siswa tidak selalu bosan. Metode pembelajaran dalam
bentuk permainan yang sudah dimodifikasikan sesuai dengan pembelajaran
seperti metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match atau biasa disebut juga
mencari pasangan.
Dalam penelitian seperti ini, peneliti menggunakan metode Make a Match karena
memiliki karakter yang membuat siswa secara santai belajar dengan
menumbuhkan rasa tanggung jawab , kerjasama yang baik, persaingan yang
sportif dan keterlibatan belajar lebih termotivasi dalam belajar yang
menyenangkan bagi siswa. Dengan kararter dari pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match tersebut, diharapkan metode pembelajaran tersebut dapat
meningkatkan motivasi siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA
(56)
Guru selalu menggunakan metode ceramah dalam setiap pembelajaran
Adanya faktor-faktor yang mempenagaruhi (faktor internal dan faktor eksternal)
Hasil belajar dan Minat belajar masih rendah
Dibutuhkan adanya metode pembelajaran yang tepat
Metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
Motivasi dan Hasil Belajar Meningkat
Karakter :
Membuat siswa secara santai belajar dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab
Menimbulkan kerjasama yang baik
Menumbuhkan persaingan yang sportif dan keterlibatan belajar lebih termotivasi dalam belajar
Menyenangkan untuk dilakukan
Hasil penelitian sebelumnya :
Dwi Indriyani (2008) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dalam bentuk skripsi yang
berjudul “ Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang C1-C4 Matri Sistem Reproduksi Manusia Melalui Model Make A Match Kelas XI IPA 2 SMA Muhammadiyah Bantul Tahun Ajaran
2008/2009”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran melalui model Make A Match dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Pada siklus I nilai rata-rata ulangan siswa 37,0. Pada siklus II hasil rata-rata nilai ulangan mengalami peningkatan menjadi 67,7.
(57)
Hipotesa
Pemanfaatan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan
motivasi siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA Taman
(58)
38 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian jenis Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR).
Penelitian tersebut sudah jelas dilihat dari namanya menunjukkan isi yang
terkandung di dalamnya yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas.
Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut yaitu Penelitian, Tindakan,
dan Kelas.
Menurut Suharsimi (2014), tiga kata tersebut mengandung arti sebagai
berikut :
1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk siswa.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
(59)
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian tindakan kelas memiliki 4 tahapan yang penting yaitu Perencanaan
(planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (Observing), dan Refleksi
(Reflecting) yang dilakukan secara berulang sehingga memenuhi target yang
diinginkan.
B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan strategi penelitian secara kuantitatif dan
kualitatif. Strategi kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan data yang
dihasilkan berupa skor motivasi siswa dalam belajar dan hasil belajar siswa
setelah menggunakan metode pembelajaran tipe Make A Match. Sedangkan
strategi kualitatif digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas
siswa dalam kelas dan kesan setelah melaksanakan kegiatan belajar menggunkan
metode pembelajaran tipe Make A Match.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
Variabel bebas : metode pembelajaran tipe Make A Match
(60)
D. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian : SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta
2. Subyek : Siswa Kelas XI berjumlah 22 orang
3. Obyek : Hasil belajar dan motivasi siswa
4. Waktu : April 2015-Mei 2015
E. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Di dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai penyaji dalam
pembelajaran dan berkerjasama dengan guru serta beberapa mahasiswa yang
bertugas sebagai observer.
Pada setiap siklus I dan siklus II masing-masing melakukan 4 tahapan yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi
(reflecting). Rincian tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut :
Siklus I
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Berdiskusi terlebih dahulu dengan guru dan mahasiswa untuk
melaksanakan penelitian
b. Menyiapkan instrumen, instrumen terbagi menjadi dua yaitu instrumen
pembelajaran dan instrumen penelitian
(61)
2. Pelaksanaan
Dalam kegiatan pelaksanaan ini, peneliti sebagai penyaji pembelajaran atau
sebagai guru. Peneliti atau guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun peneliti. Peneliti
melakukan kegiatan pembelajaran dengan 2 siklus. Secara garis besar pada siklus
I dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
1) Pertemuan I
(a)Pretest
(b)Memberikan lembar kuisioner untuk mengetahui motivasi belajar siswa
dalam belajar Biologi pada awal siklus
(c)Guru menginformasikan tujuan pembelajaran pada pertemuan I
(d)Guru menjelaskan secara singkat prose pembelajaran yang akan dilakukan
(e)Guru menjelaskan dengan jelas metode yang akan digunakan pada proses
belajar sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik
dan lancar.
(f)Guru menyajikan pelajaran secara singkat mengenai materi yang akan
dipelajari
(g)Belajar dengan metode Make a Match
Siswa dibagi menjadi dua kelompok besar. Kemudian guru memberikan
secara acak kartu soal dan kartu jawaban kepada masing-masing kelompok
besar. Setelah siswa memegang kartu soal atau kartu jawaban, maka setiap
siswa mencari pasangan dari kartu yang siswa dapat sehingga soal bisa
(62)
siswa menemukan pasangan masing-masing kemudian setiap pasangan
mempresentasikan hasil kartu yang didapat ke semua siswa yang lain.
Guru dan siswa bersama-sama mengulang kembali dari pencarian
pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban, berdiskusi bersama ketika
masing ada pasangan kartu yang tidak cocok.
(h)Siswa diminta untuk mengerjakan LKS bersama dengan tim kelompok
kecil yang sudah ditentukan.
(i)Hasil dari diskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKS
dipresentasikan sekaligus membahas secara bersama-sama jawaban dari
LKS tersebut.
2) Pertemuan II
(a)Guru menginformasikan tujuan pembelajaran pada pertemuan II
(b)Guru menjelaskan secara singkat proses pembelajaran yang akan
dilakukan
(c)Guru menjelaskan dengan jelas metode yang akan digunakan pada proses
belajar sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik
dan lancar.
(d)Guru menyajikan pelajaran secara singkat mengenai materi yang akan
dipelajari
(e)Belajar dengan metode Make a Match
Siswa dibagi menjadi dua kelompok besar. Kemudian guru memberikan
secara acak kartu soal dan kartu jawaban kepada masing-masing kelompok
(63)
siswa mencari pasangan dari kartu yang siswa dapat sehingga soal bisa
terjawab dengan adanya kartu jawaban begitu sebaliknya. Setelah semua
siswa menemukan pasangan masing-masing kemudian setiap pasangan
mempresentasikan hasil kartu yang didapat ke semua siswa yang lain.
(f)Guru dan siswa bersama-sama mengulang kembali dari pencarian
pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban, berdiskusi bersama ketika
masing ada pasangan kartu yang tidak cocok.
(g)Guru memberikan soal untuk kuis individual yang digunakan sebagai
posttest/ alat evaluasi hasil belajar pada siklus I.
(h)Guru memberikan lembar kuisioner kepada siswa untuk mengetahui
motivasi akhir dari proses belajar pada siklus I.
(i)Penghargaan bagi tim kelompok.
3. Observasi
Pada tahap observasi, peneliti mengumpulkan informasi mengenai kegiatan
siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran dengan bantuan dari rekan
mahasiswa untuk mengamati masing-masing indivu sesuai dengan penilaian yang
terdapat pada lembar observasi. Kemudian untuk melihat hasil belajar siswa
dengan adanya pengerjaan siswa berupa tugas-tgas yang telah diberikan dari
peneliti.
4. Refleksi
Pada siklus I refleksi akan dilaksanakan pada akhir dengan melihat dari segi
hasil dari tugas-tugas siswa yang telah dikerjakkan, lembar observasi dari
(64)
hasil yang telah diperoleh maka guru mampu memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang muncul setelah menyelesaikan siklus I dilihat dari interaksi
guru-siswa atau siswa-siswa, cara penyampaian materi, menggunakan metode
pembelajaran sudah diterima siswa atau belum. Apabila pada siklus I hasil dan
motivasi belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan dari peneliti maka
pada siklus II diharapkan adanya peningkatan yang terjadi dari hasil dan motivasi
belajar siswa. Dari refleksi pada siklus I, maka guru dapat memperbaiki dan
merencanakan kembali supaya pada kegiatan pembelajaran siklus II tidak terjadi
seperti pada siklus I.
Siklus II
1. Perencanaan
Perencanaan untuk melaksanakan metode pembelajaran tipe Make A
Match tidak bereda jauh dengan pelaksanaan pada pembelajaran siklus I,
kekurangan yang masih ada pada siklus I akan diperbaiki dalam pelaksanaan
siklus II terutama perbaikan dalam ranah kognitif siswa yang masih kurang.
Perencanaan pada kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyiapkan
instrumen, instrumen terbagi menjadi dua yaitu instrumen pembelajaran dan
instrumen penelitian dan membagi siswa ke dalam tim belajar untuk pelaksaan
pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada siklus II dengan menerapkan metode pembelajaran
(1)
PERISTIWA FERTILISASI TERJADI DI SAAT
SPERMATOZOA MEMBUAHI OVUM DI ....
PROSES PENGGABUNGAN SPERMA DAN OVUM
DISEBUT ....
KORION MENJADI BAGIAN UTAMA DARI ....
KANTONG KUNING TELUR BERFUNGSI
UNTUK ....
MEMBRAN EMBRIO MELIPUTI ....
CAIRAN YANG BERFUNGSI MELINDUNGI
EMBRIO DARI TEKANAN ATAU BENTURAN
ADALAH .... KANTONG KUNING
TELUR MERUPAKAN PELEBURAN DARI ....
KORION TERDIRI DARI LAPISAN .... ,..., DAN .... SEL YANG MEMBELAH
MENJADI 32 SEL DISEBUT ....
MEMBRAN EMBRIO YANG BERFUNGSI
SEBAGAI ORGAN RESPIRASI DAN PEMBUANGAN SISA METABOLISME ADALAH
....
PERLEKATAN EMBRIO DENGAN DINDING UTERUS DISEBUT .... ALANTOIS AKAN
BERKEMBANG MENJADI ....
(2)
HORMON YANG MEMBANTU PENGELUARAN ASI
ADALAH ....
PEMOTONGAN VASA DEFERENSIA KEMUDIAN TIAP UJUNG POTONGAN DI
IKAT DISEBUT JUGA ....
ASI MEMILIKI KANDUNGAN GIZI YANG
LENGKAP BERUPA .... DAN ....
GIZI YANG BAIK PADA ASI YANG TERMASUK
MAKRONUTRIEN ADALAH .... FUNGSI DARI
MENGGUNAKAN PIL KB UNTUK ....
ARTI DARI ASI EKSKLUSIF ADALAH .... ASI YANG PERTAMA
KALI KELUAR DARI IBU DISEBUT ....
KOLOSTRUM BERFUNGSI UNTUK ...
PEMOTONGAN OVIDUK KEMUDIAN
TIAP UJUNG POTONGAN DIIKAT
DISEDBUT JUGA ....
GIZI YANG BAIK PADA ASI YANG TERMASUK
MIKRONUTRIEN ADALAH .... KONTRASEPSI
MERUPAKAN ....
METODE KB YANG SIFATNYA PERMANEN
(3)
FERTILISASI
MORULA
KANTUNG KUNING TELUR, AMNION,
ALANTOIS, DAN KORION
MENYEDIAKAN NUTRISI UTAMA BAGI
EMBRIO
PLASENTA
TUBA FALLOPI
AMNION
ALANTOIS
EKSODERMA, MESODERMA, DAN
TROPOBLAS ENDODERMIS
TALI PUSAR
(4)
KOLOSTRUM MAKRONUTRIEN DAN MIKRONUTRIEN
VASEKTOMI HORMON LAKTOGEN
VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI
VITAMIN DAN MINERAL MENCEGAH OVULASI
BERKHASIAT UNTUK MEMBERSIHKAN SALURAN PENCERNAAN
BAYI DARI MUKONEUM BAYI MENDAPATKAN
ASI SELAMA TIGA BULAN PERTAMA KELAHIRANNYA, TIDAK ADANYA MAKANAN DAN MINUMAN TAMBAHAN
UPAYA MENCEGAH TERJADINYA PEMBUAHAN ANTARA
SPERMATOZOA DENGAN OVUM
TUBEKTOMI
PROTEIN, LEMAK, DAN KARBIHIDRAT
(5)
KANKER SERVIKS DISEBUT JUGA .... FAKTOR YANG MENYEBABKAN ADANYAN PENYAKIT/KELAINAN PADA SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
DISEBABKAN OLEH .... , ...., DAN ....
PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI NEISSERIA GONORRHOEA ADALAH .... PENYAKIT AIDS DISEBABKAN OLEH ....
PENYAKIT HERPES SIMPLEX GENITALIS DISEBABKAN OLEH VIRUS ....YANG MENYERANG .... CIRI-CIRI ATAU GEJALA YANG DITIMBULAKAN DARI PENYAKIT HERPES GENITAL ADALAH .... CIRI-CIRI ATAU GEJALA YANG DITIMBULAKAN DARI PENYAKIT GONORE ADALAH .... GANGGUAN PRODUKSI HORMON TESTOTERON DAPAT MENYEBABKAN PENYAKIT YANG DISEBUT DENGAN .... PENYAKIT AIDS
MENYERANG ....
PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI TREPONEMA
PALLIDOM ADALAH ....
YANG DIMAKSUD DENGAN PENYAKIT IMPOTENSI ADALAH ....
TUMOR PAYUDARA DAPAT BERSIFAT JINAK
SEPERTI
FIBROADENOMA,
SEDANGKAN TUMOR JUGA DAPAT BERSIFAT
GANAS YANG DISEBUT DENGAN PENYAKIT ....
(6)
KANKER LEHER RAHIM KUMAN PENYAKIT,
FAKTOR GENETIK, DAN HORMON
HERPES SIMPLEX,
MENYERANG KULIT GENITAL BAGIAN LUAR, ANUS, DAN
VAGINA
SIFILIS
KETIDAKMAMPUAN MEMPERTAHANKAN
EREKSI PENIS
KANKER PAYUDARA RASA SAKIT SAAT
BUANG AIR KECIL DAN KELUARNYA NANAH BERWARNA KUNING
KEHIJAUAN DARI URETRA
SISTEM KEKEBALAN TUBUH MANUSIA
RASA GATAL, PEDIH, DAN KEMERAHAN
PADA KULIT DI DAERAH KELAMIN DISERTAI GEJALA FLU
SEPERTI SAKIT KEPALA DAN DEMAM. GONOREA
IMPOTENSI
HUMAN
IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)