Kerangka Berpikir TINJAUN PUSTAKA

keterampilan yang tinggi. Dengan kata lain siswa dituntut memiliki kemandirian belajar khususnya didalam memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan mata pelajaran akuntansi. Sehingga dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan Akuntansi siswa tidak tergantung pada orang lain Indriani, 2006:28. Peneliti menyimpulkan, bahwa kemandirian belajar siswa atas mata pelajaran Akuntansi dipengaruhi oleh beberapa indikator. Indikator-indikator tersebut sebagai berikut: 1 belajar akuntansi atas inisiatif sendiri 2 mempunyai rasa percaya diri dalam mempelajari Akuntansi 3 adanya kemaun yang kuat untuk belajar Akuntansi 4 berusaha mengatasi kesulitan belajar akuntansi secara mandiri 5 mempunyai perencanaan belajar dan berusaha ulet serta tekun dalam mempelajari Akuntansi

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Kedisiplinan Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi Disiplin belajar sangat penting dalam proses belajar mengajar karena kedisiplinan belajar akan mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Gie 1979:51 bahwa berdisiplin selain akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak yang baik. Seseorang yang teratur dalam belajarnya akan mempunyai sifat yang positif dan merasa senang dengan kesadaran yang penuh untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan meningkat, khusunya pelajaran Akuntansi Kurniatun, 2007:25. Menurut Prastiwi 2009:11, dalam kaitannya dengan belajar, disiplin dapat diartikan sebagai ketaatan dan kepatuhan yang dilakukan oleh siswa untuk melaksanakan segala kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sehingga kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal. Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan berkelakuan sesuai dengan aturan tertentu. Disiplin dapat diartikan sebagai suatu keadaaan tertib di mana orang- orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Disiplin di sekolah bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi serta mencegah timbulnya problem-problem disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, terutama pembelajaran Akuntansi Mulyasa, 2003:108. Disiplin belajar yang baik akan membantu siswa dalam membentuk sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantarkan seorang siswa sukses dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang berdisiplin tinggi akan memiliki keteraturan dalam belajar. Banyaknya bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa, menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan kedalaman dan keluasan pelajaran. Terutama pelajaran Akuntansi yang sangat memerlukan banyak latihan, kedisiplinan sangat diperlukan agar siswa memiliki keteraturan dalam belajar Akuntansi. Penguasaan atas bidang Akuntansi dituntut secara dini tidak harus menunggu menjelang ulangan atau ujian Sakdiyah, 2006:52. 2. Hubungan Jumlah Jam Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi Dalam proses belajar, jumlah jam belajar perlu diperhatikan. Jumlah jam dalam hal ini adalah seberapa banyak waktu yang digunakan seorang siswa di luar jam belajar di kelas. Siswa yang memanfaatkan waktu yang ada dengan mengikuti bimbingan belajar, akan sangat membantu proses pencapaian prestasi belajar. Maka semakin banyak jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai semakin baik, terutama dalam hal ini prestasi belajar Akuntansi Theresia, 2009:20. Setiap hari siswa membutuhkan dan menyediakan waktu untuk kegiatan belajarnya agar bisa menguasai bahan pelajaran yang dipelajari. Seberapa banyak jumlah jam atau waktu yang digunakan siswa untuk belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Semakin banyak jumlah jam yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai akan semakin tinggi. Begitu pun sebaliknya, semakin sedikit waktu yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai akan semakin rendah Indarti, 2006:4. Dalam masalah waktu belajar, siswa sering mengeluh kehabisan waktu atau kekurangan waktu untuk belajar. Alasan kehabisan waktu tidaklah benar, karena waktu bukanlah semacam barang konsumsi yang akan habis kalau dipergunakan terus dan sifat dasar dari waktu tidak pernah berhenti, melainkan terus-menerus berlalu di hadapan setiap orang The Liang Gie, 1995:168. 3. Hubungan Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi Seorang siswa dituntut untuk terus belajar karena dengan belajar dalam diri siswa akan muncul suatu keadaan kemandirian, dan sebaliknya kemandirian tidak akan muncul dengan sendirinya bila seseorang tidak ingin belajar. Terlebih lagi kemandirian dalam belajar tidak akan muncul apabila siswa tidak dibekali dengan ilmu yang cukup. Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi akan cenderung belajar lebih baik dalam pengawasannya sendiri dari pada dalam pengawasan program, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, dan mengatur belajar dan waktu secara efesien http:yusuf-karya.blogspot.com201104belajar-mandiri.html. Kemandirian belajar penting bagi siswa, karena dengan memiliki kemandirian belajar siswa akan bertanggung jawab dan tidak tergantung kepada orang lain, siswa akan menggunakan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif. Dengan kemandirian belajar, siswa akan memperoleh prestasi belajar sebagai bukti keberhasilan yang telah dicapai dalam hal ini prestasi belajar Akuntansi Theresia, 2009:19. Pada dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Pendapat tersebut diperkuat oleh Mu’tadin et. al., 2002:2 yang mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan sesuatu untuk diri sendiri. Kemandirian belajar seseorang sangat tergantung pada seberapa jauh seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Keberhasilan usaha belajar juga didukung oleh kemandirian siswa. Siswa yang mempunyai kemandirian dalam belajar akan mencapai prestasi belajar yang optimal. Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang belum mampu mengatur atau mengarahkan dirinya sendiri dalam aktivitas belajar. Terdapat kecenderungan pada diri siswa untuk bergantung pada orang lain, tidak punya inisiatif sehingga lebih mengharapkan untuk diberi daripada mencari sendiri Indarti, 2006:3.

C. Paradigma Penelitian