Faktor-faktor Pengaruh Keberhasilan Pendidikan Karakter Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

4. Faktor-faktor Pengaruh Keberhasilan Pendidikan Karakter

Menurut Zubaedi 2012 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu: a. Insting naluri Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang. b. Adat atau kebiasaan Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara berulang- ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya. c. Keturunan Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah variabel yang selalu melekat pada diri setiap individu, mulai dari lingkungan fisik hingga pada lingkungan sosial.

5. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi

Barus 2015 dalam penelitiannya pada 5 SMP di berbagai kota di Indonesia menemukan hambatan-hambatan umum dalam pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi, yakni. a. Pedoman Pendidikan Karakter dari Direktorat Pembinaan SMP 2010 tidak operasional. b. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat sekedar tempelan, para guru sulit menerapkannya. c. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter. d. Penanaman nilai karakter masih cenderung pada tataran kognitifdiceramahkan. e. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh dan belum tercipta kolaborasi yang baikantara para guru dan konselorguru BK dalam implementasi pendidikan karakter. f. Sebanyak 36,4 dari 653 siswa di 5 kota yang diteliti masih berada pada kategori kurang baik dan beberapa di antaranya buruk dalam capaian skor karakternya.

6. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Kementrian Pendidikan Nasional 2010, menyatakan bahwa pendidikan karakter hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku. c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter. d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik. f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses. g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik. h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggng jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama. i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter. j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik. B. Hakikat Karakter Penerimaan Diri dan Sosial 1. Pengertian Karakter Penerimaan Diri dan Sosial Elias Handayani 2014 menjelaskan bahwa menerima diri dapat diartikan sebagai suatu sikap memandang diri sendiri sebagaimana adanya dan memperlakukan secara baik disertai rasa senang serta bangga serta sambil terus mengusahakan kemajuannya. Seseorang yang menerima dirinya berarti orang tersebut mengenali dimana dan bagaimana dirinya saat ini dan mempunyai keinginan untuk terus mengembangkan diri. Jersild dalam Hurlock, 1991 mendefinisikan penerimaan diri sebagai tingkat sejauh mana seseorang menerima karakteristik personalnya dan menggunakannya untuk menjalani keberlangsungan hidupnya. Tingkat penerimaan diri seseorang menentukan penyesuaian kehidupannya. Hurlock 1991 menambahkan bahwa penerimaan diri ditentukan sejauh mana keberhasilan individu dalam membentuk tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai yang melingkupi kehidupannya. Lebih-lebih hal ini akan mengarah pada aktualisasi diri sebagai motif utama individu yang mengarahkannya pada pengembangan potensi sebagai individu yang unik. Orang yang tertarik pada dirinya akan mengagumi dirinya dan memberi penghargaan pada dirinya. Dalam situasi sosial, setiap individu yang bertingkah laku sosial, diharapkan mempunyai kegunaan bagi individu lain dalam interaksi sosial tersebut. Dengan kata lain, tingkah laku sosial inilah yang harus dipelajari oleh setiap individu dalam hubungannya dengan situasi sosial yang dihadapi oleh individu yang bersangkutan dalam kehidupannya sehari-hari Abdul Rahman, 2013. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, disimpulkan bahwa penerimaan diri dan sosial merupakan kesadaran seseorang untuk menerima dirinya dan menggunakannya untuk menentukan penyesuaian hidup dan kehidupan sosialnya bersama dengan individu lain dalam situasi sosial yang dihadapi. 2. Manfaat Karakter Penerimaan Diri dan Sosial Karakter penerimaan diri dan sosial memiliki peranan yang penting dalam interaksi sosial. Jika individu mampu menerima diriya sendiri, maka individu tersebut akan mampu menerima orang lain Elias Handayani, 2014. Penerimaan diri dapat membantu individu dalam berinteraksi dengan individu lain, meningkatkan kepercayaan diri serta membuat hubungan lebih akrab karena individu tersebut menyadari bahwa setiap individu diciptakan sama, yaitu memiliki kelebihan dan kekurangan. 3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Penerimaan Diri dan Sosial Sheerer dalam Sutadipura, 1984 menyebutkan karakterisitik dari individu yang memiliki karakter penerimaan diri dan sosial, yaitu : a. Kepercayaan atas kemampuannya untuk dapat menghadapi hidupnya. b. Menganggap dirinya sederajat dengan orang lain. c. Tidak menganggap dirinya sebagai orang hebat atau abnormal dan tidak mengharapkan bahwa orang lain mengucilkannya. d. Tidak malu-malu kucing atau serba takut dicela orang lain. e. Mempertanggungjawabkan perbuatannya. f. Mengikuti standar pola hidupnya dan tidak ikut-ikutan. g. Menerima pujian atau celaan secara objektif. h. Tidak menganiaya diri sendiri dengan kekangan-kekangan yang berlebih-lebihan atau tidak memanfaatkan sifat-sifat yang luar biasa. i. Menyatakan perasaannya secara wajar.

4. Aspek Karakter Penerimaan Diri dan Sosial

Dokumen yang terkait

Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

0 0 15

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan Experiential Learning untuk meningkatkan karakter bertanggung jawab.

0 0 193

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif

2 5 190

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan kecerdasan komunikasi interpersonal

0 2 183

Efektivitas pendidikan karakter entrepreneurship berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

1 2 197

Efektivitas pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 138

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat

0 0 183

Efektivitas implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 8 152

Efektivitas implementasi pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 2 135

Efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 156