kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan. Menurut Almatsier, apabila
daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun, maka sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi. Pada hal ini dapat
mengakibatkan kematian Almatsier, 2003:11.
c. Umur balita
Bayi umur 1 tahun mempunyai risiko lebih tinggi terhadap ISPA dan bayi umur 2 tahun lebih tinggi risikonya terhadap pneumonia. Hal ini kerena
imuniatas anak umur kurang dari 2 tahun belum baik dan lumen saluran napasnya masih relatif sempit. Menurut soetjiningsih, dalam tumbuh kembang anak umur
yang paling rawan adalah masa balita oleh karena pada masa tersebut anak mudah sakit dan terjadi kurang gizi Soetjiningsih, 1995:6 dalam penelitian Rahyuni,
2009.
d. Status gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu Supariasa, 2002. Selain itu status gizi juga dapat diartikan
sebagai keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi seta penggunaan zat-zat tersebut. Status gizi pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain sosial ekonomi rendah kemiskinan, pola asuh yang tidak memadahi pengetahuan dan ketrampilan ibu mengenai gizi masih rendah, sanitasi dan
pelayanan kesehatan dasar yang kurang memadahi. Balita dengan gizi buruk atau kurang malnutrisi akan lebih mudah terkena penyakit infeksi dibandingkan
dengan balita dengan gizi baik, hal ini disebabkan karena gizi kurang berhubungan positif terhadap daya tahan tubuh Arisman, 2004.
Untuk mengetahui status gizi pada balita salah satunya dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat KMS. KMS untuk balita adalah alat yang
sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan balita. KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan,
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping
ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas Rumah Sakit. KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita
tentang kesehatan anaknya Depkes RI, 2000.
2.1.2.6.2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh, biasanya disebut sebagai faktor lingkungan. Faktor ekstrinsik merupakan faktor risiko yang
dapat meningkatkan pemaparan exposure dari penjamu terhadap kuman penyebab yang terdiri atas 3 unsur yaitu biologi, fisik, sosial ekonomi yang
meliputi kondisi fisik rumah, jenis bahan bakar, ventilasi, kepadatan hunian, care seeking, polusi asap dapur, lokasi dapur, pendidikan ibu, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan kelurga. Selain faktor kondisi fisik lingkungan rumah dan praktek perilaku hidup
bersih dan sehat, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. Faktor tersebut antara lain:
a. Status ekonomi