menstimulasi reflek batuk. Lendir yang lama tertahan di saluran nafas, dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri yang akan menyebabkan pneumonia .
Asap rokok dapat mengganggu saluran pernafasan bahkan meningkatkan penyakit infeksi pernafasan termasuk ISPA, terutama pada kelompok umur balita yang
memiliki daya tahan tubuh masih lemah, sehingga bila ada paparan asap, maka balita lebih cepat terganggu sistem pernafasannya seperti ISPA Syahrani, 2008
dalam Trisnawati, Yuli, 2012.
5.1.9. Hubungan Jenis Lantai Rumah dengan Kejadian ISPA Berulang pada Balita
Jenis lantai dinilai dengan observasi langsung dan wawancara dengan responden apakah lantai rumah yang digunakan memenuhi syarat atau tidak. Hasil
penelitian dari 106 responden menunjukkan sejumlah 21 keluarga 20 memiliki lantai rumah yang tidak memenuhi syarat dan 17 keluarga 80 diantaranya
terjadi ISPA berulang pada balita, sedangkan lantai rumah yang memenuhi syarat sejumlah 85 keluarga 80 dimana 36 kaluarga 42 diantaranya terjadi ISPA
berualng pada balita. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel perilaku dengan kejadian ISPA berulang didapatkan p
value sebesar 0,003 dan lebih kecil d ari nilai α sebesar 0,05 0,0030,05,
sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadain ISPA berulang pada balita.
Nilai Odss Ratio OR yang diperoleh adalah 5,78 yang berarti bahwa keluarga yang memiliki lantai rumah yang tidak memenuhi syarat mempunyai
risiko untuk mengalami penyakit ISPA berulang pada balita 5,78 kali lebih besar
dibandingkan dengan keluarga yang memiliki jenis lantai rumah yang memenuhi syarat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nani Rusdawati Hasan 2012 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis lantai
dengan kejadian ISPA pada balita p= 0,06 dan OR=2,39 dan CI 1,48-5,40. Jenis lantai yang memenuhi syarat kesehatan menurut Kemenkes 2011
adalah harus kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai rumah yang tidak kedap air dan sulit dibersihkan akan menjadi tempat perkembangan dan pertumuhan
mikroorganisme di dalam rumah. Rumah dengan jenis lantai tanah merupakan salah satu indikator rumah tidak sehat dan jenis lantai tanah lebih banyak
ditemukan di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan BPS, 2001. Sebagian besar jenis lantai rumah keluarga di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pekalongan Selatan adalah terbuat dari lantai dengan keramik maupun plester semen dan merupakan jenis lantai yang kedap air, tetapi ada beberapa
rumah dengan jenis lantai tanah atau lantai plester namun terdapat bagian yang terkelupas sehingga menimbulkan debu dan pasir. Debu yang dihasilkan dari
lantai yang tidak memenuhi syarat akan terhirup dan menempel pada saluran pernapasan. Akumulasi debu tersebut akan menyebabkan elastisitas paru akan
menurun dan menyebabkan kesukaran bernapas Nurjazuli, 2009. Berdasarkan Permenkes Nomor 829MenkesSKVII1999, pada dasarnya
bahan bangunan tidak boleh terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat tumbuh kembangnya mikroorganisme. Hal ini berkaitan juga dengan cuaca,
karena apabila hujan maka lingkungan rumah akan menjadi lebih basah. Sifat
tanah yang absorben menyerap atau menarik gas lembapan atau cairan ke dalam pori-porinya maka rumah akan menjadi lembab, kondisi yang lembab merupakan
kondisi yang sangat baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme. Menurut Kusnoputranto 2000, mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan
berhubungan dengan penyakit seperti flu, iritasi hidung, batuk, dan bersin-bersin.
5.1.10. Faktor Yang Dominan