merupakan faktor yang amat penting bagi pertumbuhan bakat, sebab setiap orang sesungguhnya memiliki potensi dalam setiap bidang walaupun proporsi potensi
pada setiap bidang itu berbeda-beda. Bertolak dari pernyataan terakhir tersebut, asumsi yang harus dipegang
adalah, bahwa pada setiap anak memiliki potensi atau kemampuan di bidang seni. Potensi atau kemampuan inilah yang perlu diberi tempat untuk pengembangannya
di sekolah. Upaya yang efektif adalah melalui pendidikan seni. Melalui pendidikan seni ini anak-anak dapat beraktivitas menggambar, melukis,
mematung, menyanyi, memainkan instrumen atau menari. Tegasnya proses pendidikan merupakan upaya pemupukan dan
pengembangan segala potensi atau bakat anak. Pendidikan seni, dengan demikian merupakan upaya pemupukan dan pengembangan potensi atau bakat di bidang
seni.
2.2.5. Pendidikan Seni sebagai Media Kreativitas
Keatif merupakan sifat yang dilekatkan pada manusia yang dikaitkan dengan kemampuan atau dayanya untuk mencipta. Oleh karena itu sepanjang
kehidupan manusia, sifat kreatif ini senantiasa diperlukan untuk mengiringi tingkah laku manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Para psikolog
menyebut kreativitas sebagai sifat yang secara alami ada dalam bakat. Setiap orang sejak dilahirkan memiliki sifat kreatif, hanya kadarnya bervariasi antara
individu satu dengan yang lain. Seseorang dapat memiliki kreativitas yang lebih tinggi atau rendah dibandingkan dengan orang lain
Meskipun kreativitas dinyatakan sebagai faktor bawaan, tidak berarti mengabaikan ada pengaruh lingkungan, salah satunya adalah lingkungan
pendidikan. Dengan demikian, melalui pendidikan seni anak dapat diarahkan dan dikembangkan sifat-sifat kreatifnya. Penciptaan hal-hal baru, gambar dan lukisan
senantiasa berubah akan dapat menjadi sarana tumbuhnya kreativitas anak. Penghargaan pada gambar atau lukisan yang berbeda. Penghargaan atas
penciptaan hal baru yang unik pada masing-masing anak tampaknya hanya pendidikan seni yang dapat mengakomodasi. Oleh karena itu, para ahli sepakat
menyatakan bahwa pendidikan seni merupakan sarana atau media yang paling efektif bagi pengembangan kreativitas Syafii, 2006.
Syafii 2006, juga mengatakan bahwa pendidikan pembelajaran seni rupa dalam sisiem pendidikan nasional, senantiasa dipengaruhi oleh model-model
pedidikan seni rupa di negara maju. Sampai penghujung abad ke-19 pendidikan seni rupa diajarkan dalam bentuk kegiatan menggambar dengan menekankan
kemampuan koordinasi mata dan tangan. Setelah memasuki abad ke-20 pendidikan seni rupa dipahami secara luas, termasuk di dalamnya apresiasi seni
rupa, desain dan kerajinan. Perkembangan zaman juga mempengaruhi perkembangan media serta
pembelajarannya, baik pembelajaran secara umum, maupun pembelajaran seni rupa. Pembelajaran semakin maju, dari segi metode pembelajaran, media
pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, serta sumber belajarnya yang digunakan untuk mendukung kegiatan belajar tersebut.