dan pembagunan wilayah. Dengan demikian diharapkan pondok pesantren tidak hanya menjadi penempa nilai-nilai spiritual saja tetapi juga mampu meningkatkan
kecerdasan sosial dan keterampilan dalam membangun wilayah. Pengembangan program dan kegiatan pesantren agar berperan sebagai basis
pembangunan wilayah pada dasarnya dimulai dari kemampuan pesantren tersebut untuk
memberdayakan potensi-potensi
yang ada
di lingkunganya
oleh sumberdaya manusia yang ada di pesantren. Sumberdaya di pesantren diberikan
kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan masyarakatnya, sehingga dapat berperan sebagai driving force masyarakatnya.
Dengan demikian pembangunan pendidikan dikalangan pesantren memerlukan keterlibatan elemen masyarakat, pemerintah daerah pemda, baik provinsi
maupun kabupaten. Keberhasilan pembangunan nasional sangat tergantung pada partisipasi
seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi akan muncul berkembang apabila rakyat mengerti dan merasakan manfaat dalam hidup keseharian. Suatu lembaga
pendidikan akan
berhasil menyelenggarakan
kegiatan jika
ia dapat
mengintegrasikan dirinya ke dalam kehidupan masyarakat yang melingkarinya. Dalam hal ini pesantren telah terbukti mampu hidup menyatu dengan masyarakat
sekitar bahkan menjadi rujukan bagi masyarakat sekitar dalam bidang moral.
1. Arti Pesantren
Menurut Mankred Ziemek dikutip Wahjoetomo 1997 menyatakan bahwa pondok berasal dari kata funduk Arab yang berarti ruang tidur atau wisma yang
sederhana, karena pondok merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Kata pesantren berasal dari kata “santri”
yang diimbuhi “pe” dan akhiran “an” yang berarti menunjukkan tempat, maka dapat disimpulkan pesantren memiliki arti “tempat para santri”. Kata pesantren
juga dianggap sebagai gabungan kata sant manusia baik dengan suku kata “tra” suka menolong. Sehingga kata pesantren tepat berarti “tempat pendidikan
manusia lebih baik”. Mastuhu 1994 memberikan definisi pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,
menghayati dan mengajarkan agama islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari –hari.
Pengertian “tradisional “ dalam batasan ini menunjuk bahwa lembaga ini hidup sejak ratusan tahun 300-400 tahun yang lalu telah menjadi bagian yang
mendalam dari sistem kehidupan sebagian umat Islam di Indonesia yang merupakan golongan mayoritas bangsa Indonesia yang telah mengalami
perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan hidup umat bukan “tradisional‘ dalam arti tetap tanpa mengalami penyesuaian.
Merujuk dua pengertian mengenai pesantren yang telah dikemukakan di atas, maka sebenarnya kedua pendapat tersebut mengarah pada satu pemahaman
bahwa inti dari pengajaran di pesantren menekankan pada pendidikan dan ibadah.
2. Tujuan Pesantren
Menurut Mastuhu 1994 tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengambangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada Tuhan. Bermanfaat bagi masyarakat dengan jalan menjadi
kawula atau abdi masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad mengikuti sunnah nabi mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam
kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam
di tengah–tengah
masyarakat dan
mencintai ilmu
dalam rangka
mengembangkan kepribadian indonesia.
Menurut Dohfier 1982,
tujuan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang, dan keagungan
duniawi tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata merupakan kewajiban dan pengabdian pada Tuhan.
3. Model Pesantren