kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam
di tengah–tengah
masyarakat dan
mencintai ilmu
dalam rangka
mengembangkan kepribadian indonesia.
Menurut Dohfier 1982,
tujuan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang, dan keagungan
duniawi tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata merupakan kewajiban dan pengabdian pada Tuhan.
3. Model Pesantren
Pada garis besarnya, pesantren meliputi dua model, yaitu model pesantren salaf dan pesantren khalaf. Menurut Zamaksyari Dhofier, yang dikutip
Wahyoetomo 1997 mengemukakan bahwa pesantren salaf adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik salaf sebagai inti
pendidikan, sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama.
Sebaliknya pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan atau pesantren yang menyelenggarakan tipe-tipe sekolah umum seperti SD, SMP,
SMU bahkan perguruan tinggi dalam lingkungannya. Kedua model di atas memberi batasan jelas bahwa pesantren salaf senantiasa
mempertahankan terhadap tradisi-tradisi yang lama, sehingga sistem pengajaran salaf sering menerapkan sistem sorogan dan bandungan. Sebaliknya kedudukan
pesantren khalaf dapat dikatakan lebih bersifat modern, karena tidak hanya menitikberatkan pada permasalahan klasik saja, akan tetapi diikuti ilmu yang
bersifat umum.
4. Komponen Pesantren
Pesantren merupakan suatu komunitas tersendiri dimana kyai, ustadz, santri dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu kampus, berlandaskan nilai–
nilai agama Islam lengkap dengan norma–norma dan kebiasaan–kebiasaannya tersendiri yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat apa umumya. Ia
merupakan suatu keluarga besar dibawah asuhan seorang kyai atau ulama dibantu beberapa ustadz.
Semua rambu-rambu yang mengatur kegiatan dan batas-batas perbuatan semua dipulangkan kepada hukum agama dan semua kegiatan dipandang dan
dilaksanakan sebagai bagian ibadah keagamaan dengan kata lain semua kegiatan kehidupan selalu dipandang dalam struktur relevansi dengan hukum agama.
Pesantren dengan segala kekhasannya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pondok, sebagai tempat tinggal atau tempat asrama para santri untuk
mengikuti dengan baik pelajaran yang diberikan oleh kiainya, tetapi juga sebagai tempat latihan bagi santri agar mampu hidup mandiri dalam
masyarakat. Kebanyakan pesantren dahulu seluruhnya adalah milik kiai, tetapi sekarang tidak semata-mata milik kiai tetapi juga milik masyarakat
dan banyak pula yang berstatus wakaf yang berasal dari orang-orang kaya. 2. Masjid, merupakan pusat aktivitas, pertemuan, pendidikan, administrasi dan
kultural. Mesjid dijadikan sebagai pusat kegiatana karena untuk mendidik santri agar selalu dalam kondisi selalu beribadah pada Allah, menanamkan
rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan solidaritas sosial, menyadarkan hak- hak dan kewajiban manusia sebagi insan pribadi dan sosial, serta
memberikan nuansa yang penuh ketentraman.
3. Kiai, adanya kiai dalam sebuah pesantren merupakan suatu kemutlakan, sebab kiai merupakan tokoh sentral yang memberikan pengajaran dan
pendidikan kepada santri. Kiai merupakan figur yang disegani dan menjadi tempat untuk menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan kehidupan
sehari-hari. Dengan kemantapan dan kualitas keilmuan yang dimilikinya tidak heran jika kiai menjadi figur yang berperan dalam memacu perubahan
di dalam pondok dan masyarakat. 4. Santri, merupakan unsur pokok dari pesantren karena seorang alim belumlah
dikatakan sebagi kiai jika belum mempunyai pondok dan santri yang tinggal di pesantren.
5. Program pendidikan Islam, tidak hanya sebatas pada bentuk pengajaran yang diterapkan di pesantren, baik memakai sistem sorogan, bandongan atau
wetonan. Melainkan lebih dari itu pendidikan harus berjalan selama 24 jam sebagai bentuk pembinaan.
6. Dukungan dari masyarakat, bagaimana pun juga pesantren tidak akan pernah lepas dari intervensi masyarakat sekitar. Pesantren ada karena tuntutan dari
masyarakat dan misinya pun untuk masyarakat juga. Bahkan eksistensi suatu pesantren hingga saat ini adalah karena masyarakat membutuhkannya.
Karena pesantren pada hakekatnya adalah bagian dari masyarakat itu sendiri, maka pesantren harus selalu memberikan yang terbaik untuk masyarakat
guna membangun tatanan masyarakat
5. Nilai Pesantren