4.2 Karakteristik Komunitas Desa
Desa Kertajaya merupakan desa yang masih dikelilingi oleh sawah-sawah yang cukup luas. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Ciranjang merupakan
kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur yang merupakan salah satu daerah sentra produksi beras terbesar di Jawa Barat selain Karawang dan Indramayu.
Karena wilayah ini merupakan wilayah pertanian, maka tidak heran jika sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini seperti yang
diungkapkan Landas 2007 yang mengemukakan bahwa masyarakat desa telah hidup selama beratus-ratus tahun sebagai petani dan bertani bagi masyarakat
sudah menjadi identitas kultural. Pekerjaan menjadi petani merupakan pekerjaan utama masyarakat desa,
walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng, dan pekerjaan lainny. Hal itu merupakan pekerjaan sambilan saja dan ketika tiba masa panen pekerjaan
tersebut akan ditinggalkan Soekanto, 2002. Desa Kertajaya merupakan desa agraris namun walaupun begitu sebagian
masyarakat desa hanya sebagai petani penggarap saja bukan sebagai petani pemilik lahan. Hal ini terjadi karena sekitar tahun 1982 pemerintah mengadakan
proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA di waduk Cirata sehingga masyarakat dituntut untuk menjual tanahnya kepada pemerintah dengan
harga yang telah ditentukan oleh pemerintah orde baru yang pada saat itu sedang berkuasa. Uang yang didapat dari hasil menjual tanahnya digunakan untuk
berbagai macam kebutuhan, dan karena proyek tersebut datang begitu mendadak menyebabkan masyarakat menjadi konsumtif dengan uang yang mereka dapatkan.
Penjualan lahan pertanian pada pemerintah tersebut menjadi titik awal petani banyak yang menjual lahan pertaniannya kepada ”pihak luar”, hal ini berlangsung
hingga sekarang yang mengakibatkan mengapa penguasaan lahan pertanian oleh masyarakat desa semakin berkurang. Lahan-lahan pertanian di Desa Kertajaya
justru dimiliki oleh penduduk di luar desa bahkan luar kota. Sebagian besar lahan pertanian dimiliki oleh orang-orang kota seperti Jakarta dan Bandung sedangkan
masyarakat sekitar yang masih memiliki lahan hanya berkisar 25 saja. Alasan yang mengakibatkan masyarakat desa menjual tanahnya pada orang luar adalah
karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk kebutuhan sekolah anak mereka.
Tingkat pendidikan yang rendah dan banyaknya tenaga kerja setengah pengangguran yang ada di pertanian, telah menjadikan sektor pertanian menjadi
tidak efisien. Masalah lain adalah banyaknya program pertanian telah dijalankan namun karena usahatani yang dilakukan di bawah skala ekonomi, membuat petani
terpaksa bekerja apa saja bahkan sampai menjual tanahnya karena tidak dapat mengandalkan usahataninya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya Syahyuti,
2006. Pendidikan masyarakat Desa Kertajaya masih rendah, dari keterangan aparat
pemerintahan desa setempat dan dari data yang dimiliki diketahui bahwa masyarakat desa hanya mampu menyekolahkan anaknya pada tingkat SMP
bahkan masyarakat masih ada yang buta huruf. Oleh karena itu, pemerintah desa terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat dengan berbagai
macam cara yaitu melalui program peningkatan pendidikan yang merupakan salah satu dari tiga program prioritas sepanjang tahun 2007-2008 yaitu program
peningkatan dan pembinaan mental dan spiritual, peningkatan dan pembinaan kesehatan dan pendidikan juga peningkatan daya beli masyarakat.
Hal ini sebagai bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintahan Desa Kertajaya yang sedikit lebih maju dibandingkan desa-desa lain. Mei 1999, UU
No.51979 bersamaan dengan UU No.51974 dicabut dan diganti dengan UU No.221999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengaturan mengenai pemerintahan
desa menjadi bagian dalam pengaturan pemerintahan daerah. Desa yang dalam UU No.51979 diseragamkan, melalui UU No.221999 dilonggarkan untuk
mencari dan menemukan bentuk aslinya kembali, sedikitnya melalui sebutan atau penamaan desa dan perangkat-perangkatnya. Melalui undang-undang inilah desa
memiliki otoritas sendiri untuk mengadakan perbaikan masyarakatnya. Pemerintah
desa menyusun
berbagai program
peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat desa dalam rangka pembangunan pedesaa. Norman Uphoff dan Milton dalam Syahyuti 2006 mengemukakan empat jenis pembangunan
pedesaan yaitu 1 yang berdasarkan kepada potensi pertanian 2 yang multi sektoral 3 yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan dan yang 4
mengandalkan kepada pelayanan jasa-jasa sosial berupa kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Pada hakikatnya pembangunan pedesaan berdiri atas paradigma
untuk mengurangi kesenjangan dan kemiskinan. Tujuannya adalah untuk kesejahteraan berupa peningkatan pendapatan atau pengeluaran riil rumah tangga
maupun perkapita. Untuk peningkatan pendidikan, pemerintah desa menetapkan program
pendidikan Wajar Dikdas dengan sistem pendataan perkeluarga selain itu pemerintah desa bekerjasama dengan gereja dan pesantren yang memiliki lembaga
yang mengangani bidang pendidikan. Selain dengan pesantren dan gereja pemerintah desa bekerja sama dengan ibu-ibu pengurus PKK yang sudah
mendirikan PKBM Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang mengkhususkan pada Keaksaraan Fungsional KF dengan sistem belajar dengan praktek
langsung. Sistem belajar dengan praktek langsung sangat diperlukan karena warga
belajar KF adalah ibu-ibu yang sebagian besar sudah berumur lanjut. Melalui sistem praktek langsung dalam hal ini melalui praktek memasak, warga belajar
diharuskan menghitung bahan-bahan dan semua yang dibutuhkan dalam memasak. Sistem belajar ini dinilai cukup efektif karena warga lebih bisa
memahami materi yang diberikan dan mengaplikasikannya secara langsung. Masyarakat desa nampaknya mulai terpengaruh oleh derasnya arus
informasi dari berbagai media massa. Hal ini menyebabkan nilai-nilai keagamaan mulai luntur. Oleh karena itu sebagai upaya peningkatan dan pembinaan moral
dan spiritual masyarakat desa, pemerintah desa melakukan kunjungan terhadap pesantren dan gereja yang ada di sekitar Desa Kertajaya untuk membina umatnya
namun upaya ini belum terlalu berhasil karena arus informasi yang sangat deras sehingga masyarakat masih cenderung sulit dibina.
Untuk program peningkatan kesehatan masyarakat pemerintah desa terus memperbaiki program-programnya. Dahulu pemerintah desa memiliki Pokja GSI
Gerakan Siaga Ibu, pokja ini menaruh perhatian kepada kesehatan ibu-ibu khususnya ibu hamil. Namun pada saat ini desa memiliki program baru yaitu
program Desa SIAGA Siap Antar Jaga yang bukan hanya menaruh perhatian pada kesehatan ibu tetapi juag pada kesehatan anaknya. Pemerintah memberikan
penekanan pada masyarakat bahwa kesehatan ibu dan anak bukan hanya tanggung jawab keluarga maupun pemerintah desa namun seluruh lapisan masyarakat. Oleh
karena itu, untuk memperlancar program tersebut pemerintah desa bekerjasama dengan bidan dan dukun beranak yang ada di sekitar desa.
Pemerintah memiliki peraturan desa bahwa bidan desa yang membantu persalinan tidak boleh menerima uang lebih dari 350 ribu dari masyarakat.
Sebagai bukti pengawasan, bidan desa harus melaporkan jumlah ibu yang melahirkan kepada pemerintah desa setiap 3 bulan selain menerima laporan dari
bidan yang bersangkutan, pemerintah desa juga menerima bantuan dari masyarakat yang bersangkutan, sehingga terdapat laporan yang seimbang dari
berbagai pihak. Program peningkatan daya beli masyarakat dilakukan tidak secara langsung
namun melalui perbaikan infrastruktur desa yang dilakukan secara gotong-royong bersama masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat lebih berpartisipasi dalam
upaya pembangunan desa. Asumsi yang dianut oleh pemerintah desa adalah bahwa jika akses jalan dan transportasi lancar maka masyarakat desa lebih mudah
untuk melakukan aktifitas sehingga kegiatan perekonomian lebih lancar. Tiga program yang dirancang oleh pihak pemerintahan Desa Kertajaya
merupakan upaya-upaya pengembangan keleompok sosial ekonomi berskala kecil. Melalui pengembangan kelompok tersebut diharapkan akan mampu
memperbaiki kehidupan masyarakat desa seperti mengurangi pengangguran, perbaikan kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat, dan pada gilirannya
mampu berdampak ganda terutama memberikan peluang pengembanagan kegiatan ekonomi lokal dan usaha-usaha produktif di tingkat komunitas.
Masyarakat Desa Kertajaya merupakan masyarakat yang memiliki semangat gotong-royong yang begitu kuat, hal ini terjadi karena ikatan kekerabatan yang
begitu kuat terbentuk antar masyarakat desa selain itu hubungan masyarakat desa dengan pihak pemerintah desa juga terjalin sangat baik sehingga tercipta sinergi
yang nantinya akan memudahkan proses pembangunan desa. Hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat di Desa
Kertajaya. Melalui pengembangan potensi modal sosial yang ada, maka upaya
pengembangan masyarakat dalam rangka peningkatan berbagai segi kehidupan masyarakat desa akan menuju pada pembangunan desa secara keseluruhan.
Kerjasama pemerintah dengan masyarakat desa sangatlah penting dalam pengembangan masyarakat karena seperti definisi pengembangan masyarakat
yang dikemukakan oleh PBB 1960 yang menyebutkan bahwa pengembangan masyarakat adalah sebuah proses usaha bersama antara pemerintah dan
masyarakat dalam upaya meningkatkan kondisi sosial, kultural, dan ekonomi masyarakat.
Bentuk sinergi antara masyarakat desa dengan pemerintah desa antara lain pada pembuatan jalan desa dimana masyarakat desa memiliki partisipasi yang
besar dalam membangun desanya, bentuk partisipasi masyarakat adalah masyarakat yang memiliki lahan yang berada di pinggir jalan merelakan tanahnya
0,5 meter baik dari arah kiri maupun kanan untuk pelebaran jalan tanpa uang pengganti. Melalui kerjasama yang baik antar pihak pemerintah desa dan
masyarakat maka pembangunan desa akan lebih mudah dilakukan.
Nasdian 2003 mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat turut mendukung mereka untuk ”sadar” akan situasi dan masalah yang dihadapinya
serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah mereka memiliki kesadaran kritis. Partisipasi masyarakat menyumbangkan
sebagian tanahnya tanpa ada paksaan merupakan bentuk kesadaran masyarakat untuk mengatasi masalah yang ada sehingga nantinya akan menguntungkan bagi
mereka sendiri. Arah pemberdayaan masyarakat desa yang paling efektif dan lebih cepat
untuk mencapai tujuan adalah dengan melibatkan masyarakat dan unsur pemerintahan yang memang “pro poor” dengan kebijakan pembangunan yang
lebih reaktif memberikan prioritas kebutuhan masyarakat desa dalam alokasi anggaran. Kerjasama masyarakat dan pemerintah desa akan semakin mempercepat
perbaikan dalam desa itu sendiri. Masyarakat Desa Kertajaya merupakan masyarakat yang terus mengalami
perubahan baik dari segi pembangunan maupun masyarakatnya. Kehidupan masyarakat desa berubah seiring dengan perkembangan jaman yang terjadi.
Perilaku sosial masyarakat cenderung berubah kearah yang lebih konsumtif namun perubahan ini masih dalam batas kewajaran tidak malah menjadikan
mereka menjadi masyarakat yang tak terkendali. Hal yang menyebabkan masyarakat lebih konsumtif disebabkan pula oleh banyaknya masyarakat yang
bekerja di kota-kota besar bahkan di luar negeri menjadi TKW. Kebiasaan hidup di luar kota atau bahkan luar negeri yang lebih mudah dan
glamour dibandingkan di desa, menjadikan mereka terbiasa hidup gampang dan pada akhirnya kebiasaan tersebut terbawa ketika mereka kembali ke desa. Tidak
sedikit pula dari mereka yang hanya ”kuat” tinggal di desa untuk beberapa bulan saja dan kembali ke luar negeri, tinggal di desa menjadikan mereka jenuh karena
tidak memiliki pekerjaan dan akhirnya memutuskan untuk mengadu nasib kembali di negeri orang.
Masyarakat bermigrasi dengan alasan karena ingin mencari pekerjaan yang lebih baik dibandingkan dengan tetap berada di desa. Hal ini membuktikan apa
yang telah dikemukakan oleh Soekanto 2002 bahwa faktor pendorong orang desa meninggalkan tempat tinggalnya adalah karena di desa lapangan kerja pada
umumnya masih kurang, pemuda merasa tertekan oleh adat istiadat yang mengakibatkan cara hidup yang monoton, dan juga di desa tidak banyak
kesempatan untuk menambah pengetahuan. Pembangunan semakin memperbesar jurang antara kota dan desa. Sangat
disadari, negara berkembang seperti Indonesia mengkonsentrasikan pembangunan ekonomi pada sektor industri yang membutuhkan investasi yang mahal untuk
mengejar pertumbuhan.
Akibatnya sektor
lain seperti
sektor pertanian
dikorbankan yang akhirnya pembangunan hanya terpusat di kota-kota Rahayu, 2007.
Pemuda di Desa Kertajaya sudah mulai meninggalkan pertanian. Hal ini disebabkan oleh rasa gengsi yang muncul pada diri mereka jika mereka
melakukan pekerjaan yang berkaitan dibidang pertanian. Pada saat ini pekerjaan di bidang pertanian masih banyak dikelola oleh para orang tua, sementara para
pemuda lebih memilih mencari pekerjaan di luar desa kalaupun tetap berada di desa pekerjaan yang dipilih adalah pekerjaan di luar pertanian misalnya menjadi
tukang ojek.
Pembinaan terhadap pemuda dilakukan pemerintah desa dengan cara
mengadakan pembekalan keterampilan melalui organisasi pemuda dalam hal ini karang taruna. Keterampilan yang diberikan berupa keterampilan servis otomotif
dan servis handphone. Namun pembekalan ini dinilai belum cukup berhasil karena masih banyak para pemuda yang tidak memiliki semangat sehingga program
tersebut sia-sia. Pemuda desa saat ini masih lebih suka menghabiskan waktunya secara sia-sia misalnya dengan menghabiskan waktunya dengan nongkrong di
jalan atau memancing.
4.3 Kelembagaan Desa