Komunitas Desa Pengembangan Kelembagaan Pesantren Sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

pemecahannya. Dalam pola ini belum ada peluang untuk pengambilan keputusan bersama. 4. Partisipasi insentif. Masyarakat memberikan korbanan dan jasa untuk memperoleh imbalan berupa insentif berupa upah, walau tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen yang dilakukan. 5. Partisipasi fungsional. Masyarakat membentuk kelompok sebagai bagian proyek, setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati. Pada tahap awal masyarakat tergantung pada pihak luar, tetapi secara bertahap kemudian menunjukkan kemandiriannya. 6. Partisipasi interaktif. Masyarakat berperan dalam proses analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan. Pola ini cenderung melibatkan metoda indisipliner yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas pelaksanaan keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan. 7. Mandiri self mobilization. Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara sistematis secara bebas tidak dipengaruhi pihak luar untuk merubah sistem atau nilai-nilai yang mereka junjung.

2.5 Komunitas Desa

Menurut Soekanto 2002 komunitas ialah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama communities of common interest, baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai teritorial. Istilah community dapat diterjemahkan sebagai ”masyarakat setempat” dan dalam batas-batas tertentu dapat menunjuk pada dusun dukuh atau kampung, desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentinga- kepentingan hidup yang utama. Masyarakat-masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Masyarakat setempat berfungsi sebagai ukuran untuk menggaris bawahi hubungan antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Selain itu harus ada perasaan diantara anggota bahwa mereka saling memerlukan dan bahwa tanah yang mereka tinggali memberikan kehidupan kepada semuanya. Perasaan demikian pada hakikatnya merupakan identifikasi dengan tempat tinggal, dinamakan perasaan komuniti community sentiment yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1. Seperasaan: Unsur seperasaan akibat seseorang berusaha untuk mnegidentifikasi dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut, sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai ”kelompok kami”, ”perasaan kami” dan sebagainya. Perasaan demikian timbul apabila orang-orang tersebut mempunyai kepentingan yang sama di dalam memenuhi kebutuhan hidup. Unsur seperasaan harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan kehidupan dengan ”altruism” yang lebih menekankan pada perasaan solider dengan orang lain. 2. Sepenanggungan: Setiap individu sadar akan perannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri yang memungkinkan perannya, dalam kelompok dijalankan, sehingga dia mempunyai kedudukan yang pasti dalam darah dagingnya sendiri. 3. Saling memerlukan: Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada ”komuniiti”-nya yang meliputi kebutuhan fisik maupun psikologis. Dalam mengklasifikasikan masyarakat setempat, dapat digunakan empat kriteria yang saling berpautan, yaitu: a. Jumlah penduduk b. Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman c. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat d. Organisasi setempat yang saling bersangkutan Kriteria tersebut di atas dapat digunakan untuk membedakan antara bermacam-macam jenis masyarakat yang sederhana dan modern, serta antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Masyarakat yang sederhana apabila dibandingkan dengan masyarakat yang sudah kompleks, terlihat kecil, organisasinya sederhana, sedangkan penduduknya tersebar. Kecilnya masyarakat dan belum berkembangnya masyarakat disebabkan karena perkembangan teknologi yang lambat. Pengangkutan dan hubungan yang lambat, memperkecil ruang lingkup hubungan dengan masyarakat lain. Warga masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk pedesaan umumnya hidup dari pertanian, kalaupun ada pekerjaan di luar pertanian biasanya pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan sambilan saja sehingga jika tiba musim menanam atau masa panen pekerjaan tersebut akan ditinggalkan.

2.6 Pembangunan Pedesaan