113
diartikan bahwa modul pembelajaran tidak baik untuk digunakan dalam pembelajaran
Rumus pada tabel 10 digunakan untuk mendapatkan skor penilaian atau tingkat kelayakan baik setiap aspek maupun keseluruhan terhadap modul
pembelajaran, dengan demikian skor tiap butir pernyataan yang diperoleh dapat dikonversikan menjadi nilai untuk mengetahui kategori setiap butir pernyataan
atau rata-rata secara keseluruhan terhadap modul pembelajaran hasil pengembangan. Pedoman pada tabel 10 tersebut dapat lebih mempermudah
dalam memberikan suatu kriteria atau nilai bahwa suatu modul pembelajaran hasil pengembangan sudah layak atau belum layak digunakan dalam kegiatan
pembelajaran apabila dilihat dari berbagai aspek penilaian modul.
114
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas X program studi Busana Butik di SMK Negeri 1 Sewon yang beralamat di Pulutan, Pendowoharjo, Sewon, Bantul,
Daerah istimewa Yogyakarta. SMK Negeri 1 Sewon memiliki 5 kompetensi keahlian salah satunya adalah busana butik. Pemilihan sekolah di SMK Negeri 1
Sewon sebagai tempat penelitian karena adanya permasalahan-permasalahan yang ada saat observasi pada pembelajaran muatan lokal membatik standar
kompetensi membuat karya batik tulis dengan menggunakan canting tradisional. Kompetensi muatan lokal SMK Negeri 1 Sewon adalah membuat karya batik tulis
yang meliputi materi teori dan praktik yang terdiri dari beberapa kompetensi dasar, yaitu mempersiapkan ragam hias, proses pemalaman menggunakan lilin
batik secara manual, mencelup dengan menggunakan bahan dan peralatan celup, mencolet, dan
nglorod malam batik. Permasalahan yang ditemui diantaranya keterbatasan media pembelajaran yang digunakan di sekolah dalam proses
belajar mengajar membuat karya batik tulis, belum tersedia modul yang layak digunakan sebagai media pembelajaran dan pegangan peserta didik pada
pelajaran muatan lokal membatik membuat karya batik tulis. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya media pembelajaran berupa modul sebagai panduan
belajar peserta didik untuk menguasai materi membuat karya batik tulis untuk peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Sewon. Sehingga diharapkan peserta didik
115
setelah menggunakan modul ini peserta didik dapat belajar mandiri, dapat memahami materi, dan peserta didik akan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Proses belajar mengajar dalam satu minggu adalah 2 x 45 menit. Waktu penelitian dan pengembangan dilakukan pada bulan Maret – Mei
2013. Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk modul dan menguji kesetujuan modul pembelajaran muatan lokal membatik pada standar kompetensi
membuat karya batik tulis dengan menggunakan canting tradisional.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Pengembangan Modul Membuat Karya Batik Tulis pada Mata Pelajaran Muatan Lokal Membatik di SMK Negeri 1 Sewon
Pengembangan Modul Muatan Lokal Membatik yang setuju digunakan sebagai media pembelajaran melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap analisis produk, meliputi:
Analisis kebutuhan yang dilakukan meliputi kegiatan studi lapangan dan mengumpulkan referensi mengenai materi yang diambil. Kegiatan studi
lapangan berupa pengumpulan informasi tentang kondisi pembelajaran di SMK Negeri 1 Sewon tahun ajaran 20132014. Informasi diperoleh dari hasil
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran muatan lokal membatik di kelas X SMK Negeri 1 Sewon. Kegiatan tersebut dilakukan bertujuan untuk
menjaring informasi mengenai proses pembelajaran, karakteristik belajar
116
siswa, dan pengembangan media pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Data yang diperoleh dari kegiatan observasi diperoleh informasi sebagai berikut:
1 Melalui pengamatan terhadap pembelajaran di SMK Negeri 1 Sewon
diperoleh informasi yaitu proses pembelajaran muatan lokal membatik membuat karya batik tulis masih berpusat pada guru.
2 Metode yang digunakan guru adalah metode ceramah.
3 Mata pelajaran muatan lokal membatik standar kompetensi membuat
karya batik tulis diberikan pada kelas X semester 2. 4
Di SMK Negeri 1 Sewon belum terdapat media pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan minat peserta didik dalam pembuatan
batik tulis. Media pembelajaran berupa modul yang dapat digunakan dalam pembelajaran membatik tanpa mengganggu proses kegiatan
belajar. 5
Keterbatasan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar muatan lokal membatik membuat karya batik tulis.
6 Pada kegiatan pembelajaran muatan lokal membatik di SMK Negeri 1
Sewon masih berpusat pada guru yang menyebabkan peserta didik kurang aktif.
7 Peserta didik tidak dapat belajar secara mandiri karena belum tersedia
media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai panduan belajar.
117
8 Belum tersedia modul yang layak digunakan sebagai media
pembelajaran dan pegangan peserta didik pada pembelajaran muatan lokal membatik membuat karya batik tulis
Setelah kegiatan studi lapangan, kegiatan yang berikutnya yaitu mengumpulkan referensi atau studi pustaka. Kegiatan studi pustaka
meliputi studi kurikulum, silabus mata pelajaran muatan lokal membatik kelas X SMK, buku-buku teks yang berkaitan dalam materi dalam produk
yang dikembangkan, buku-buku pelajaran muatan lokal membatik dan buku-buku tentang penyusunan modul pembelajaran
. Selain itu, hal-hal yang dibutuhkan dalam pengembangan produk seperti gambar foto proses
membatik yang akan ditampilkan dalam produk juga bagian dari studi pustaka ini dan tahap berikutnya adalah menyusun draf modul.
Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan maka peneliti
mengembangkan modul pembelajaran muatan lokal membatik pada standar kompetensi membuat karya batik tulis dengan menggunakan canting
tradisional. Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah peserta didik dapat mempersiapkan ragam hias, proses pemalaman menggunakan lilin batik,
mencolet, mencelup dengan menggunakan bahan dan peralatan celup, dan nglorod malam batik. Setelah mempelajari dan menyelesaikan modul
peserta didik diharapkan dapat memiliki kecakapan dan keterampilan dalam membuat karya batik tulis dengan menggunakan canting tradisional.