Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Menulis

3 penumbuhan keberanian, dan 4 pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

c. Proses Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Oleh karena itu, terdapat beberapa tahapan dalam menulis menurut Dalman 2015: 15-20, yaitu sebagai berikut. Pertama, tahap prapenulisan persiapan. Tahap ini ketika pembelajar menyiapakan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya. Kedua, tahap penulisan. Pada tahap ini prapenulisan telah menentukan informasi yang relevan serta membuat kerangka karangan, selanjutnya siap untuk menulis. Ketiga, tahap pascapenulisan. Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang telah dihasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan revisi. Penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa. Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah pada pemeriksaan dan perbaikan isi karangan.

2. Kajian Tentang Cerpen

a. Hakikat Cerpen

Cerpen merupakan cerita pendek yang termasuk dalam jenis prosa fiksi. Menurut Sayuti 2009: 13, cerpen adalah cerita pendek yang habis dibaca sekali duduk, panjang cerpen berkisar antara 1000-1500 kata. Yang dimaksud dengan dibaca sekali duduk adalah tidak memerlukan waktu yang lama dalam membacanya. Lebih lanjut Edgar dalam Nurgiyantoro, 2012: 10 mengemukakan cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Sumardjo 1986: 37 menyatakan cerpen adalah cerita atau narasi bukan analisis argumentatif yang fiktif tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja serta relatif pendek. Kurniawan 2012: 60 menyatakan cerpen cerita pendek sebagai genre fiksi adalah rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Peristiwa dalam cerita berwujud hubungan antartokoh, tempat, dan waktu yang membentuk satu kesatuan. Nurgiyantoro 2012: 10 menyatakan panjang cerpen bervariasi. Ada cerpen yang pendek short short story, bahkan mungkin pendek sekali; berkisar 500-an kata; ada cerpen yang panjangnya cukupan midle short story, serta ada cerpen yang panjang long short story yang terdiri dari puluhan atau bahkan beberapa puluh ribu kata. Lebih lanjut Sumardjo 2007: 82 menyatakan bahwa cerpen bukan hanya menyampaikan cerita saja, namun juga harus menggambarkan sebuah pengalaman berbentuk cerita. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah salah suatu jenis prosa fiksi yang bentuknya pendek serta menggambarkan sebuah pengalaman, habis dibaca sekali duduk, dan memiliki jalan cerita yang lebih padat dibandingkan dengan jenis prosa fiksi lainnya.

b. Struktur Cerpen

Pada dasarnya bentuk atau struktur cerita disebut plot atau alur. Sebagai sebuah karya sastra, cerpen juga memiliki struktur yang membangunnya. Sumardjo 2007: 63-65 mengemukakan struktur sebuah cerita terdiri dari tiga bagian, yakni sebagai berikut. Pertama, bagian permulaan. Pada bagian permulaan dituturkan tentang apa, siapa, di mana, kapan, dan munculnya konflik. Pada bagian permulaan ini, konflik dimunculkan untuk menceritakan timbulnya persoalan dalam cerita. Kedua, bagian tengah cerita. Bagian ini berisi perkembangan dari konflik yang diajukan pengarang. Dalam hal ini banyak unsur yang menentukan panjang tidaknya, rumit atau sederhananya cerita. Bagian tengah cerita inilah yang akan menggiring semua bahan cerita menuju suatu klimaks. Ketiga, bagian akhir. Bagian terakhir adalah bagian akhir, yakni bagian penutup cerita yang berisi pemecahan konflik atau pemecahan masalah. Lebih lanjut Sumardjo 2007: 66 mengemukakan porsi dari bagian-bagian tersebut tidak sama. Pada bagian awal atau permulaan, diusahakan sependek mungkin, artinya secepat mungkin dalam memunculkan konflik cerita, tidak