Pengertian Strategi Webbing Strategi Webbing dalam Pembelajaran Menulis Cerpen

Departement of Program Development Alignment 2000: 10 mengemukakan strategi Webbing dimulai dengan membuat bagan atau jaringan di tengah-tengah kemudian mendaftar sebuah obyek atau ide pokok agar siswa dapat mengklasifikasikannya. Kemudian siswa melakukan curah gagasan kata- kata atau susunan kata untuk mendeskripsikan obyek atau ide pokok tersebut. Lebih lanjut Ward 2000: 73 mengemukakan strategi Webbing digunakan untuk membantu siswa merekam topik dan menunjukan hubungan diantaranya. Strategi ini cukup efektif untuk membantu melihat hubungan antartopik, memfasilitasi integrasi, dan untuk membantu siswa berpikir secara sistematis. Pada gambaran umum general overview dijelaskan lebih lanjut bahwa strategi Webbing digunakan untuk membangun elemen cerita sehingga strategi ini hanya berfungsi pada teks narasi, tetapi webbing dapat dengan mudah dimodifikasi untuk jenis teks yang lain Wiesendanger 2001: 136. Berikut adalah contoh bagan strategi Webbing yang dikemukakan oleh Ward 2000: 74. Gambar 1: Contoh Bagan Strategi Webbing b. Langkah-Langkah Penggunaan Strategi Webbing 1 Guru membagi siswa ke dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Masing-masing siswa dalam kelompok mempunyai tugas yang berbeda, yaitu mencari struktur cerpen, sarana cerita, fakta cerita dan tema. 2 Siswa diberikan sebuah contoh cerpen sesuai dengan topik untuk dibaca dan dipahami. Pada pelakuan pertama siswa mendapatkan contoh cerpen berjudul Bukit Mawar, pada perlakuan kedua siswa mendapatkan contoh cerpen berjudul Ngiang Kata Ibu, pada perlakuan ketiga siswa mendapatkan contoh cerpen berjudul Senyum Karyamin, dan pada perlakuan keempat siswa mendapatkan contoh cerpen berjudul Kimpul. detail detail detail detail detail detail detail detail detail detail detail 3 Secara berkelompok siswa diminta melakukan curah gagasan tentang contoh cerpen yang diberikan oleh guru dan mengerjakan tugas sesuai dengan bagian masing-masing siswa yaitu, mencari struktur cerpen, sarana cerita, fakta cerita dan tema. 4 Guru dan siswa bertanya jawab mengenai struktur cerpen dan unsur-unsur pembangun dalam cerpen. 5 Guru menjelaskan tentang pembuatan Webbing kepada siswa. 6 Secara individu, siswa diminta menentukan masalah sesuai dengan contoh cerpen yang dibacanya. 7 Secara individu, siswa diminta menuliskan gambaran umum masalah yang didapatkan berdasarkan hasil membaca contoh cerpen yang diberikan oleh guru dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata. 8 Secara individu, siswa diminta membuat bagan Webbing kemudian memasukkan tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan judul ke dalamnya sebagai konsep awal kerangka cerita. 9 Siswa diminta untuk saling menukarkan hasil kerjanya tentang pembuatan Webbing dengan teman dalam kelompoknya untuk diberikan ide tambahan atau perbaikan. 10 Hasil kerja siswa yang telah diberikan ide tambahan atau perbaikan oleh teman dalam kelompoknya dikembalikan untuk diperbaiki. 11 Siswa memperbaiki draf kerangka cerpen berdasarkan ide tambahan atau perbaikan yang dilakukan oleh temannya. 12 Siswa diminta untuk mengembangkan konsep atau kerangka cerita berdasarkan ide tambahan atau perbaikan yang telah diberikan temannya menjadi sebuah cerita pendek. 13 Hasil tulisan cerpen yang telah selesai dibuat ditukarkan dengan teman sebangku untuk direvisi dan mendapatkan perbaikan. 14 Secara individu, siswa memperbaiki cerpen yang telah selesai direvisi menjadi sebuah cerpen yang utuh dan menarik. 15 Perwakilan beberapa siswa mempresentasikan hasil tulisannya di depan kelas.

5. Penilaian Pembelajaran Menulis Cerpen

Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Nurgiyantoro 2012: 4 menyatakan penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Lebih lanjut Tuckman dalam Nurgiyantoro, 2012: 6 mengemukakan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Nurgiyantoro 1995: 320 menyatakan dalam pengajaran sastra penilaian dapat berfungsi ganda yaitu mengungkapkan kemampuan apresiasi sastra siswa, dan menunjang tercapainya tujuan pengajaran apresiasi sastra. Haris dan Amran dalam Nurgiyantoro, 1955: 304 mengemukakan unsur-unsur yang dinilai dalam sebuah karangan yaitu content isi, gagasan yang dikemukakan, form organisasi isi, grammar tata bahasa dan pola kalimat, style gaya: pilihan struktur dan kosa kata, dan mechanics ejaan. Penilaian terhadap hasil karangan peserta didik sebaiknya juga menggunkan rubrik penilaian yang mencakup komponen isi dan bahasa masing-masing dengan subkomponennya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model penilaian menulis karangan model skala interval yang dikemukakan oleh Hartfield. Nurgiyantoro 2012: 440 menyatakan model penilaian ini, berhubungan lebih rinci dan teliti dalam memberikan skor, tentunya lebih dapat dipertanggung jawabkan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai keefektifan strategi Webbing dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak Sleman dapat diperkuat dengan adanya referensi pendukung berupa penelitian yang relevan. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Revi Nurmayani 2015 dengan judul ―Keefektifan Strategi Bainwriting dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik‖. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kemampuan menulis cerpen yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil analisis uji-t data posttes kemampuan menulis cerpen kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan nilai t hitung adalah 2,190 dengan df 58 pada taraf signifikansi 5 dan diperoleh nilai t tabel sebesar 2, 0105. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel t hitung : 2,190 t tabel : 2,0105. Hal tersebut menunjukkan bahwa strategi brainwriting efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu pada subjek penelitian. Kedua peneliti sama-sama memiliki subjek penelitian menulis cerpen. Perbedannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Revi Nurmayani menggunakan strategi brainwriting yaitu, strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis dengan meminta siswa untuk dapat menuliskan ide-ide mereka dalam bentuk tulisan pada selembar kertas sehingga siswa dapat saling menambahkan atau bertukar ide dengan siswa lain dalam kelompoknya. Sedangkan penelitian ini, menggunakan strategi Webbing dalam pembelajaran menulis cerpen, yaitu strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan memvisualisasikan kata-kata kunci yang diletakkan dalam bagan Webbing sehingga siswa dengan mudah dapat mengembangkan kata-kata kunci tersebut menjadi kalimat, paragraf dan menjadi sebuah cerpen yang utuh. Perbedaan yang lain adalah populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak Sleman, sedangkan pada penelitian tersebut siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngaglik . Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Anggun Deni Prabowo 2014 dengan judul skripsi ―Keefektifan Strategi Webbing dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Minggir Sleman. ‖ Berdasarkan hasil uji-t pada skor postes diperoleh t hiung 2,435 dengan db 62 dan Sig. 2-tailed sebesar 0,018 lebih kecil dari taraf signifikansi 5 0,050. Hal ini menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan menulis naskah drama satu babak siswa kelas VII SMP Negeri 1 Minggir yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi webbing dengan siswa yang mengikuti