Hakikat Cerpen Kajian Tentang Cerpen

bertele-tele dengan informasi cerita sehingga pembaca dibuat bosan lantaran tidak segera mengetahui maksud cerita yang dibuat penulis. Bagian awal ini dapat berisi 5 atau 10 dari seluruh materi cerita. Sementara bagian tengah inilah yang merupakan cerita sebenarnya, berisi perkembangan konflik, suspense klimaks, dan klimaks sehingga membangun 89 sampai 90 jalannya cerita. Begitu pula bagian akhir cerita yang berisi pemecahan konflik dan surprise biasanya hanya 5 dari seluruh bangunan cerita.

c. Unsur Cerpen

Cerpen sebagai salah satu prosa fiksi memiliki unsur-unsur pembangun. Sayuti 2000: 29 mengemukakan elemen-elemen pembangun prosa fiksi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu fakta cerita, sarana cerita, dan tema. Fakta cerita merupakan hal-hal yang akan diceritakan di dalam sebuah karya fiksi. Fakta cerita meliputi plot, tokoh, dan latar. Sayuti 2000: 145 mengemukakan sarana cerita merupakan hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail-detail cerita. Sarana cerita dalam fiksi meliputi unsur judul, sudut pandang, gaya dan nada. Adapun unsur-unsurnya diuraikan sebagai berikut. 1 Fakta Cerita a Alur atau plot Sayuti 2000: 29 menyatakan alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan sebab akibat kausalitas. Secara garis besar alur dibagi dalam tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Bagian awal adalah bagin pengenalan, baik pengenalan tokoh, latar maupun konflik. Bagian tengah adalah bagian konflik terjalin dan memuncak atau biasa disebut klimaks. Bagian akhir merupakan bagian penyelesaian cerita Sayuti, 2009: 35. Lebih lanjut Nurgiyantoro 2012: 12-14 mengemukakan plot pada sebuah cerpen pada umumnya tunggal, hanya terdiri dari satu urutan peristiwa yang diikuti sampai cerita berakhir. Oleh karena itu, konflik yang dibangun dan klimaks yang diperoleh pun akan bersifat tunggal pula. b Tokoh Menurut Wiyatmi 2009: 30, tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata. Nurgiyantoro 2012: 165 mengemukakan istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro, 2012: 165 adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh dalam fiksi biasanya dibedakan menjadi beberapa jenis. Sesuai dengan keterlibatannya dalam cerita dibedakan antara tokoh utama sentral dan tokoh tambahan periferal. Tokoh disebut sebagai tokoh sentral apabila memenuhi tiga syarat, yaitu 1 paling terlibat dalam makna atau tema, 2 paling banyak memerlukan waktu pencitraan. Berdasarkan watakya dikenal tokoh sederhana dan kompleks Sayuti dalam Wiyatmi: 2012: 31. Tokoh sederhana adalah tokoh yang kurang mewakili keutuhan personalitas manusia dan hanya ditonjolkan satu sisi