105 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata Kebijakan
Dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham, artinya bahwa semakin besar dividen yang dibagikan oleh perusahaan maka dapat
menurunkan Return Saham yang diterima oleh para investor. Menurut Sartono 2014: 281, pembayaran dividen yang semakin besar akan
mengurangi kemampuan perusahaan untuk reinvestasi sehingga akan menurunkan pertumbuhan perusahaan yang selanjutnya dapat menurunkan
harga saham. Penurunan harga saham akan berdampak pada penurunan Return Saham. Perusahaan-perusahaan manufaktur sebaiknya menerapkan
pembagian dividen yang konsisten untuk menghindari fluktuasi dividen per saham agar kinerja perusahaan menjadi lebih baik sehingga menarik minat
para investor untuk berinvestasi. Teori perbedaan pajak tax differential theory menyatakan bahwa investor lebih tertarik menerima capital gain
yang tinggi daripada dividen karena dividen dikenakan pajak. Sehingga lebih baik perusahaan membagikan dividen yang rendah kepada investor
untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan. Dengan demikian jumlah permintaan saham perusahaan akan meningkat dan
selanjutnya akan berpengaruh terhadap Return Saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ratna Novita Sari 2017 yang berjudul ”Pengaruh Profitabilitas dan Kebijakan Dividen terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur dengan
Nilai Perusahaan sebagai Variabel Intervening Periode 2010- 2014”. Hasil
106 penelitian tersebut menyebutkan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh
negatif terhadap Return Saham.
4. Pengaruh Beta Pasar terhadap Return Saham
Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini yaitu Beta Pasar berpengaruh dan signifikan terhadap Return Saham. Pengujian hipotesis ini
dilakukan dengan analisis regresi linier sederhana dan uji statistik t. Hasil pengujian hipotesis keempat diperoleh nilai koefisien regresi variabel Beta
Pasar memiliki nilai positif sebesar 0,035. Uji statistik t untuk variabel Beta Pasar menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,600 lebih kecil dari t tabel yaitu
sebesar 1,65964. Hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan nilai signifikansi variabel Beta Pasar sebesar 0,113 dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa Beta Pasar tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Return
Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Dengan demikian hipotesis yang menyebutkan bahwa
“Beta Pasar berpengaruh dan signifikan terhadap Return Saham” ditolak. Beta merupakan ukuran risiko suatu saham yang menunjukkan
kepekaan Return Saham terhadap return pasar. Semakin tinggi Beta suatu sekuritas maka semakin sensitif sekuritas tersebut terhadap perubahan
return pasar. Beta juga berfungsi sebagai pengukur fluktuasi Return Saham terhadap return pasar. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan oleh investor
dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham. Ketika kondisi pasar sedang turun bearish, sebaiknya investor memilih saham
107 yang memiliki nilai Beta kurang dari satu. Sebaliknya, apabila kondisi pasar
sedang naik bullish, sebaiknya investor memilih saham yang memiliki nilai Beta lebih dari satu, karena Return Saham yang akan diperoleh lebih
besar dari indeks pasar. Jika pasar dalam kondisi turun bearish dan saham memiliki nilai Beta lebih besar dari satu, maka risiko yang harus ditanggung
lebih besar dibandingkan dengan indeks pasar. Apabila Beta naik, maka investor mengharapkan menerima Return Saham yang semakin tinggi untuk
menutupi besaran risiko yang akan ditanggung. Sebaliknya, jika Beta turun maka Return Saham yang akan diterima juga akan menurun.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata Beta Pasar tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Return Saham. Tidak
berpengaruh dan tidak signifikannya Beta Pasar terhadap Return Saham kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi pasar
saham yang tidak stabil pada periode pengamatan sehingga menyebabkan sebagian investor membeli saham hanya untuk memperoleh laba jangka
pendek trading, sehingga kurang memerhatikan Beta Pasar sebagai risiko pasar. Kemungkinan lain yang menyebabkan Beta Pasar tidak berpengaruh
dan tidak signifikan terhadap Return Saham yaitu investor yang bersifat risk averse atau tidak menyukai risiko yang tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Devi Septiani dan Ni Luh Supadmi yang berjudul
“Analisis Pengaruh Beta terhadap Return Saham Periode Sebelum dan Saat Krisis Global”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat