Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 nilai EVA negatif, terdapat suatu kemungkinan MVA akan bernilai negatif
juga. Demikian pula apabila EVA bernilai positif, kemungkinan MVA juga akan bernilai positif. Harga saham merupakan salah satu komponen penting
dalam perhitungan MVA, maka bisa saja suatu perusahaan yang mempunyai EVA bernilai negatif secara historis, namun memiliki MVA bernilai positif
Husnan Pudjiastuti, 2006: 67. Dividen merupakan kompensasi yang harus diterima oleh para pemegang
saham, di samping capital gain. Dividen merupakan sebagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham pada setiap akhir periode pembukuan
Wanto, 2014: 1. Pemegang saham berharap memperoleh dividen dalam jumlah yang besar atau relatif sama setiap tahun. Sementara itu perusahaan
juga menginginkan laba ditahan yang relatif besar untuk melakukan reinvestasi yang diasumsikan akan menghasilkan keuntungan modal. Oleh karena itu,
perusahaan harus mampu mengalokasikan laba dengan bijaksana untuk memenuhi dua kepentingan tersebut.
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen
atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan yang akan digunakan untuk investasi di masa depan Sartono, 2014: 281. Apabila perusahaan memilih
untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan mengurangi total sumber dana internal financing. Apabila
perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar. Kebijakan dividen yang
6 mengakibatkan kenaikan dividen dari tahun ke tahun dapat meningkatkan
kepercayaan investor. Secara tidak langsung hal tersebut memberikan informasi bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik. Informasi tersebut
juga berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran saham karena adanya peningkatan nilai perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen harus
dianalisa dalam kaitannya dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara keseluruhan.
Selain memperhitungkan Return Saham yang terdiri dari capital gain dan dividen, ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan oleh investor sebelum
melakukan investasi, yaitu risiko. Dalam investasi di pasar modal dikenal dua macam risiko, yaitu risiko sistematik dan risiko tidak sistematik. Risiko yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu risiko sistematik. Risiko sistematik merupakan risiko yang memengaruhi sejumlah besar aset, dengan pengaruh
yang lebih besar atau lebih sedikit Ross, 2009: 588. Risiko sistematik memiliki dampak pada pasar, sehingga disebut juga dengan risiko pasar. Risiko
sistematik dari suatu sekuritas terhadap risiko pasar diukur dengan menggunakan B
eta β. Salah satu variabel dalam penelitian ini yaitu Beta Pasar yang dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis Return
Saham dari sekuritas dan return pasar selama periode tertentu. Per November 2016 tercatat sebanyak 537 perusahaan go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia idx.co.id, 2016. Emiten terbanyak di Bursa Efek Indonesia dan banyak diminati oleh para investor untuk investasi saham
yaitu perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan
7 yang mengubah bahan mentah menjadi produk jadi melalui proses produksi.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM, sektor manufaktur berkontribusi hingga 60,5 persen atau senilai Rp 180,26 triliun dari
total investasi pada periode Januari-Juni 2016. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yaitu
sebesar 59,8 persen atau senilai Rp 112,8 triliun. Perusahaan manufaktur memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis perusahaan
lain Husnan, 1994 dalam Kurniyati, 2015: 7. Oleh karena itu, Peneliti menggunakan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian dan melakukan
pengamatan pada periode 2011 hingga periode 2015. Penelitian mengenai pengaruh Economic Value Added EVA terhadap
Return Saham yang dilakukan Tinneke 2007 menunjukkan hasil bahwa variabel EVA berpengaruh positif terhadap Return Saham tetapi tidak
signifikan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ansori 2015 menyebutkan bahwa EVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return
Saham dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 3,265 pada nilai signifikansi 0,045. Wulandari 2016 menunjukkan hasil penelitian bahwa
EVA tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan t hitung sebesar 0,374 jika dibandingakan dengan t tabel pada tingkat
signifikansi 0,05 dengan df=88 yaitu sebesar 1, 662 maka t hitung lebih kecil dari t tabel 0,3741,662. Ketiga penelitian tersebut memperlihatkan
perbedaan hasil, sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh EVA terhadap Return Saham.
8 Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh Market Value Added MVA
terhadap Return Saham yang dilakukan oleh Ansori 2015 menunjukkan hasil bahwa MVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham
dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 6,878 pada nilai signifikansi sebesar 0,023. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2016
memperlihatkan hasil bahwa MVA tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Hal ini ditunjukkan dengan t hitung sebesar 0,573 jika dibandingkan dengan t
tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan df = 88 yaitu sebesar 1,662 maka t hitung lebih kecil dari t tabel 0,5731,662. Hasil penelitian tersebut masih
menunjukkan hasil penelitian yang berbeda dan dianggap belum menunjukkan hasil yang valid, sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh MVA terhadap Return Saham. Penelitian mengenai pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Return
Saham dilakukan oleh Putra 2011. Dalam penelitiannya, diperoleh hasil bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh negatif pada Return Saham. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Wanto 2014 menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham. Penelitian
tersebut masih menunjukkan hasil yang berbeda sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh Kebijakan Dividen
terhadap Return Saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismayanti 2014 diketahui
bahwa Beta berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Hal ini dapat dilihat dari t hitung sebesar 2,834 yang lebih besar dari t tabel sebesar 2,000
9 dan tingkat signifikansi 0,007 berada dibawah 0,05. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Habib 2016 yang menyebutkan bahwa Beta tidak berpengaruh terhadap Return Saham, yang dibuktikan dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,139. Kedua penelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda, sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh Beta terhadap Return Saham. Berdasarkan uraian latar belakang dan beberapa hasil penelitian
sebelumnya yang menunjukkan hasil yang berbeda-beda, maka Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Economic Value Added
EVA, Market Value Added MVA, Kebijakan Dividen, dan Beta Pasar terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2011- 2015”.