Analisis kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi keanggotaan koperasi petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung-Jawa Barat
DESA PASIR LANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT
Oleh : SANTY A14105604
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(2)
RINGKASAN
SANTY. Analisis Kinerja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju, Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung-Jawa Barat. Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI.
Koperasi sebagai soko guru dari tata perekonomian nasional memiliki peran dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Pembangunan koperasi di Indonesia mengalami kemajuan, yang tercermin dari peningkatan kinerja koperasi pada tahun 2004-2006, seperti jumlah koperasi, jumlah anggota, volume usaha, dan SHU. Pada umumnya usaha kecil dan koperasi bergerak dalam bidang pertanian. Salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah paprika, karena paprika bernilai jual tinggi dan tingginya permintaan terhadap paprika belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh petani. Petani sebagai pelaku usahatani pada umumnya memiliki kelemahan dalam hal teknologi, modal dan informasi pasar, sehingga diperlukan kerjasama, salah satunya yaitu melalui suatu wadah yang berbentuk koperasi. Salah satu wujud kerjasama yang terjadi antara pelaku usaha di bidang agribisnis adalah kerjasama antara Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju dengan petani-petani paprika yang berada di Desa Pasir Langu.
Pada KOPTAN Mitra Sukamaju yang awalnya merupakan kelompok tani terjadi penurunan jumlah anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Oleh karena itu, perlu dipertanyakan mengapa jumlah anggota pada KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami penurunan, faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keputusan petani paprika untuk menjadi anggota koperasi, bagaimana kinerja dan seberapa besar manfaat yang diberikan KOPTAN Mitra Sukamaju. Penelitian ini adalah bertujuan untuk menganalisa kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilihat dari sisi keanggotaan, keuangan, usaha, pemasarannya dan sumberdaya manusianya, menganalisa manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju bagi anggotanya, serta menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju.
Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu 20 orang petani anggota dan 10 orang petani non anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Penilaian kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilakukan dengan menilai trend kinerja koperasi selama enam tahun, mulai dari tahun 2001-2006. Penilaian kinerja koperasi ini juga dilakukan dengan membandingkan antara hasil indikator kinerja yang dianggap penting oleh koperasi dengan standard yang telah ditetapkan. Analisis manfaat koperasi khususnya hal pendapatan dianalisis dengan membandingkan pendapatan usahatani dan R/C rasio antara petani anggota dengan petani non anggota koperasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju dianalisis dengan analisis regresi logistik.
Berdasarkan hasil analisis kinerja, dapat disimpulkan bahwa kinerja keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju jika dilihat dari jumlah anggota selama enam tahun terakhir memiliki kecenderungan yang menurun, namun kesejahteraan anggota jika dilihat dari rata-rata SHU yang diterima setiap anggota dapat dikatakan semakin meningkat. Selain itu, KOPTAN Mitra Sukamaju belum
(3)
solvabilitasnya cenderung mengalami peningkatan dibanding tahun 2001. Namun rentabilitas atau kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju dalam menghasilkan laba justru mengalami penurunan. Hal tersebut tampak pada turunya nilai rasio ROI dan ROE pada tahun 2006. Dilihat dari rasio aktivitasnya, perputaran piutang KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2006 mengalami penurunan dibanding tahun 2005, dan periode pengumpulan piutangnya pun mengalami peningkatan, sehingga menyebabkan pembayaran kepada petani anggota mengalami keterlambatan. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi usahanya cenderung mengalami peningkatan, baik dilihat dari volume usaha koperasi maupun produksi per anggotanya. Kinerja pemasaran KOPTAN Mitra cenderung mengalami peningkatan, baik dilihat dari nilai penjualan paprika maupun harga rata-ratanya. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari sisi sumberdaya manusianya pun mengalami peningkatan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah karyawan dan pengurus koperasi yang tingkat pendidikannya mencapai perguruan tinggi.
Hasil analisis manfaat pada KOPTAN Mitra Sukamaju menunjukkan bahwa, koperasi dapat memberikan manfaat kepada anggotanya, khususnya dalam hal pendapatan. Manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju tersebut ditunjukkan oleh lebih tingginya nilai pendapatan usahatani yang diterima anggota KOPTAN Mitra Sukamaju jika dibandingkan dengan petani non anggota, karena adanya manfaat dari adanya pengadaan input pupuk yang lebih murah dan manfaat dari pemasaran yang diberikan koperasi melalui penetapan harga standar. Selain itu, anggota KOPTAN Mitra Sukamaju juga mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan petani non anggota, yang ditunjukkan oleh nilai R/C.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, terdapat dua faktor yang berpengaruh yaitu lamanya pengalaman bertani paprika dan produktivitas paprika yang dihasilkan petani. Pengalaman berkorelasi positif. Sedangkan produktivitas berkorelasi negatif dengan keputusan petani untuk tetap menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju, hal tersebut menunjukkan bahwa KOPTAN Mitra Sukamaju berperan dalam usahatani paprika dengan memberikan manfaat teknologi bagi anggotanya.
Mengingat tingkat kepuasan anggota KOPTAN Mitra Sukamaju belum mencapai target dan banyak petani yang keluar dari keanggotaan koperasi, maka KOPTAN Mitra Sukamaju perlu meningkatkan pelayanan khususnya dalam pengadaan benih dan pestisida bagi anggotanya, yaitu dengan mengadakan kerjasama dengan pemasok input atau bermitra dengan perusahaan besar yang bergerak dalam bidang agribisnis paprika. Kerjasama maupun kemitraan tersebut dilakukan dengan melakukan perjanjian, dimana koperasi akan memasok paprika untuk mitranya dan mendapatkan pasokan input benih maupun obat-obatan dari mitranya. Masalah keterlambatan pembayaran dari KOPTAN Mitra Sukamaju kepada petani akibat adanya piutang yang sulit untuk ditagih oleh koperasi, memerlukan suatu ketegasan dari KOPTAN Mitra Sukamaju kepada pelanggannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperketat perjanjian dalam pembelian maupun penagihan hutang dari koperasi kepada pelanggannya.
(4)
ANALISIS KINERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEANGGOTAAN KOPERASI PETANI (KOPTAN) MITRA SUKAMAJU
DESA PASIR LANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT
Oleh : SANTY A14105604
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(5)
Nama : Santy NRP : A14105604
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
(6)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KINERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEANGGOTAAN KOPERASI PETANI (KOPTAN) MITRA SUKAMAJU DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG-JAWA BARAT” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, KECUALI YANG TERCANTUM DALAM PUSTAKA.
Bogor, Januari 2008
SANTY
(7)
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 2 Maret 1984. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari ayahanda bernama Kim Seng dan ibunda yang bernama Sam Nio.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Semplak 2 Bogor pada tahun 1996, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Bogor dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Bogor dan selesai pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima di Program Diploma III IPB melalui jalur tes sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2005. Selanjutnya pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
(8)
KATA PENGANTAR
Keberadaan koperasi sebagai soko guru dalam perekonomian nasional, memiliki peran dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat, melalui berbagai bidang usaha khususnya pertanian. Berdasarkan pentingnya keberadaan koperasi tersebut, penulis menyusun sebuah skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung”. Skripsi ini juga disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis pada KOPTAN Mitra Sukamaju, yang merupakan sebuah koperasi yang bergerak di bidang agribisnis khususnya usahatani paprika hidroponik. Secara garis besar skripsi ini berisi hasil penelitian dan analisis penulis mengenai kinerja dan manfaat koperasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota pada KOPTAN Mitra Sukamaju. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta rekan mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya dengan topik yang serupa.
Bogor, Januari 2008
(9)
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji Tuhan, karena Kasih Tuhan Yesus Kristus akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua tercinta (Mama dan Papa), atas doa, perhatian dan kasih
sayang yang tulus serta dukungan moril dan materil yang telah diberikan selama ini.
2. Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis.
3. Ibu Febriantina Dewi, SE, MM dan Bapak Ir. Murdianto, MS selaku dosen penguji utama dan penguji komdik yang telah memberikan saran dan masukan bagi perbaikan skripsi ini.
4. Ibu Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian, yang telah banyak memberi saran dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Pengurus KOPTAN Mitra Sukamaju, Bapak Sutardi, Bapak Ceppy, dan Bapak Emos, yang telah memberikan banyak informasi dan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian pada KOPTAN Mitra Sukamaju. 6. Seluruh kepala bagian dan karyawan KOPTAN Mitra Sukamaju, Bapak Aan,
Bapak Agus, Bapak Dede dan Bapak Arif, serta semua pihak yang tidak
(10)
dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih atas informasi dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian.
7. Keluarga besar Ibu Hj. Darwilah atas bantuannya kepada penulis selama melakukan penelitian di Desa pasir Langu.
8. Adik-adikku tersayang (Sandi, San Fras dan Shannea) atas semangat dan doa yang tulus selama ini.
9. Sahabat yang selalu setia mendukung dalam doa dan memberikan semangat (Tina, Perta, Renie, Lea, Ochie, Dea dan Rin-rin)
10. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi, yang turut membantu penulis dalam memberikan semangat dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini (Nusrat, Afnita, Cha-cha, Lia, Rena, Jefri, Ari koko, Chi-chi, Nova, Nina, Nana, dll). Akhirnya, semoga Ibu/Bapak dan Saudara/Saudari senantiasa diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Bogor, Januari 2008
Penulis
(11)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penilaian Kinerja Koperasi ... 9
2.2. Manfaat Koperasi ... 11
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan untuk Menjadi Anggota Koperasi... 13
2.4. Persaingan Usaha Paprika ... 14
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16
3.1.1 Efisiensi dan Kinerja Koperasi ... 16
3.1.2 Manfaat dan Pelayanan Koperasi... 17
3.1.3 Keanggotaan Koperasi. ... 18
3.1.4 Bisnis Paprika di Indonesia... 20
3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual... 22
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
4.2. Jenis dan Sumber Data ... 27
4.3. Metode Pengumpulan Data ... 28
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 29
4.4.1 Analisis Kinerja Koperasi ... 30
4.4.1.1 Analisis Rasio Keuangan... 32
4.4.2 Analisis Manfaat Koperasi... 36
4.4.2.1 Pendapatan Usahatani ... 36
4.4.2.2 Rasio Penerimaan Atas Biaya ... 37
4.4.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju 39 BAB V GAMBARAN UMUM KOPERASI 5.1. Sejarah KOPTAN Mitra Sukamaju... 43
5.2. Tujuan KOPTAN Mitra Sukamaju ... 44
(12)
5.3. Kegiatan Bisnis KOPTAN Mitra Sukamaju ... 45
5.3.1 Kegiatan Pengadaan Input ... 45
5.3.2 Kegiatan Produksi ... 46
5.3.3 Kegiatan Pemasaran ... 47
5.4. Struktur Organisasi ... 48
5.5. Karakteristik Petani KOPTAN Mitra Sukamaju... 50
5.6. Keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju... 51
BAB VI ANALISIS KINERJA DAN MANFAAT KOPTAN MITRA SUKAMAJU 6.1. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju... 53
6.1.1. Keanggotaan... 53
6.1.2. Keuangan ... 58
6.1.3. Usaha... 65
6.1.4. Pemasaran ... 67
6.1.5. Sumberdaya Manusia ... 68
6.2. Manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju ... 69
BAB VII ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEANGGOTAAN KOPTAN MITRA SUKAMAJU 7.1. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani Untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju... 75
7.1.1. Faktor Pengalaman Bertani paprika (Tahun) ... 76
7.1.2. Faktor Produktivitas yang Dihasilkan Petani Selama Satu Musim Tanam (Kg/pohon) ... 78
7.2. Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani Untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju... 79
7.3. Faktor-faktor Lain yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani Untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju... 83
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ... 84
8.2. Saran... 86
DAFTAR PUSTAKA... 87
LAMPIRAN... 90
(13)
DAFTAR TABEL
No Halaman 1. Perkembangan Jumlah Koperasi dan Jumlah Anggota Koperasi
di Indonesia Tahun 2004 dan 2006 ... 2 2. Pertumbuhan Modal Sendiri, Volume Usaha dan SHU Koperasi
di Indonesia Tahun 2004 dan 2006 ... 3 3. Klasifikasi Petani Responden... 28 4. Model Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun
2001-2006 Berdasarkan Beberapa Indikator... 31 5. Model Penilaian Kinerja dengan Membandingkan antara Hasil
dan Target ... 32 6. Model Analisis Manfaat Koperasi ... 38 7. Jenis dan Harga Jual Pupuk Hasil Produksi KOPTAN Mitra
Sukamaju Tahun 2007 ... 46 8. Karakteristik Petani Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju
Tahun 2007 ... 50 9. Hasil Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi
Keanggotaan Tahun 2001-2006 ... 53 10. Penilaian Kinerja dari Sisi Keanggotaan dengan Membandingkan Hasil dan Target ... 55 11. Hasil Penilaian Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan KOPTAN
Mitra Sukamaju Tahun 2007... 56 12. Rasio Aktivitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006 ... 64 13. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Usaha Tahun
2001-2006 ... 65 14. Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Usaha
dengan Membandingkan Hasil dan Target ... 66 15. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Pemasaran Tahun
2001-2006 ... 67 16. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dari Sisi Sumberdaya Manusia
Tahun 2001-2006 ... 69 17. Rata-rata Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Paprika Hidroponik
Anggota dan Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Selama Satu Musim Tanam (per 3000 pohon) ... 70 18. Harga Jual Paprika Antara Petani Anggota dan Non Anggota
KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2007 ... 71 19. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Untuk
Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju (α=10%) ... 75
(14)
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan KOPTAN Mitra
Sukamaju... 26 2. Struktur Organisasi pada KOPTAN Mitra Sukamaju... 49 3. Rasio Likuiditas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006... 58 4. Rasio Solvabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006 .... 60 5. Rasio Rentabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006.... 62
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1. Volume dan Nilai Ekspor Paprika Indonesia ke Singapura Tahun
2004-2005 ... 90 2. Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan KOPTAN Mitra Sukamaju 91 3. Laporan Keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006.... 92 4. Rata-rata Pendapatan Usahatani Paprika Anggota dan Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Selama Satu Musim Tanam
(per 3000 pohon) ... 93 5. Data Responden untuk Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju... 94 6. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan
KOPTAN Mitra Sukamaju... 95
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 telah membawa dampak yang buruk pada perekonomian Indonesia. Unit usaha besar maupun menengah yang aktivitasnya terkait dengan bahan baku impor banyak yang tidak mampu mengatasi gejolak ekonomi yang terjadi pada pada saat krisis, sehingga banyak yang mengalami kebangkrutan. Pada kenyataannya, unit usaha kecil seperti koperasi yang aktivitasnya lebih berorientasikan lokal atau domestik masih bisa bertahan dalam masa krisis ekonomi (Darwin dkk, 2000).
Usaha kecil sebagai salah satu pelaku ekonomi terus mengalami pertumbuhan dan dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi dan UKM (2006) dijelaskan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) pada tahun 2006, jumlahnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,9 persen menjadi 48,9 juta unit. UKM juga memberikan kontribusi kepada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 53,3 persen atau Rp 1778,75 triliun, dan mengalami peningkatan sebesar 19,3 persen dibanding tahun 2005. Selain itu, UKM juga memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,18
(17)
persen dengan menyerap 85,4 juta tenaga kerja, atau meningkat sebesar 2,6 persen dibanding tahun 20051.
Demikian pula dengan koperasi sebangai soko guru dari tata perekonomian nasional memiliki peran dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta meredistribusikan aset secara merata pada masyarakat Indonesia (Darwin dkk, 2000). Koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, terus mengalami perkembangan.
Pembangunan koperasi di Indonesia mengalami kemajuan, yang tercermin dari peningkatan kinerja koperasi pada tahun 2004-2006. Hal tersebut terlihat dari peningkatan beberapa variabel seperti jumlah koperasi dan jumlah anggota koperasi.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Koperasi dan Jumlah Anggota Koperasi di Indonesia Tahun 2004 dan 2006
Tahun Variabel
2004 2006
Pertumbuhan (%) Jumlah Koperasi (Unit) 130.730 141.314 8,10 Jumlah Anggota (Juta Orang) 27,52 27,91 1,40 Sumber : Badan Pusat Statistik (2006), diolah
Pada tahun 2004 jumlah koperasi yang ada di Indonesia adalah sebanyak 130.730 unit dan pada tahun 2006 meningkat sebesar 8,10 persen menjadi 141.314 unit. Selain itu, jumlah anggota koperasi yang ada di Indonesia pada tahun 2006 juga mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 1,40 persen jika
1
(18)
dibandingkan dengan tahun 2004. Lebih rendahnya pertumbuhan jumlah anggota dibandingkan dengan jumlah koperasi yang ada di Indonesia pada tahun 2006 tersebut, diduga karena kurangnya apresiasi dari masyarakat akibat ketidakmampuan koperasi manjalankan fungsi sebagaimana yang dijanjikan, khususnya dalam dalam memberikan layanan. Selain terjadi pertumbuhan pada jumlah koperasi dan jumlah anggota koperasi, juga terjadi pertumbuhan pada beberapa variabel lainnya, seperti modal sendiri, volume usaha dan SHU koperasi, yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pertumbuhan Modal Sendiri, Volume Usaha dan SHU Koperasi di Indonesia Tahun 2004-2006
Variabel Pertumbuhan Tahun 2004-2006 (%)
Modal Sendiri (Rp juta) 39,18 Volume Usaha (Rp juta) 45,80 Sisa Hasil Usaha (Rp juta) 34,98 Sumber : Badan Pusat Statistik (2006), diolah
Seiring dengan peningkatan jumlah koperasi dan jumlah anggota koperasi di Indonesia, modal sendiri koperasi juga mengalami peningkatan yang mencapai 39,18 persen. Dilihat dari sisi usaha, pada tahun 2006 volume usaha koperasi pun mengalami peningkatan sebesar 45,80 persen. Dengan meningkatnya volume usaha tersebut, maka terjadi kenaikan SHU yang dihasilkan oleh koperasi. Peningkatan SHU pada tahun 2006 jika dibandingkan dengan tahun 2004 cukup besar, yaitu mencapai 34,98 persen. Oleh sebab itu, pemberdayaan koperasi dan UKM menjadi strategis untuk mendukung peningkatan produktivitas, penyediaan lapangan kerja yang lebih luas dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Selain itu, koperasi dan UKM juga merupakan bagian penting yang mencerminkan kemajuan kesejahteraan rakyat Indonesia, mengingat besarnya
(19)
potensi UKM maupun koperasi dengan kegiatan usaha yang mencakup hampir semua lapangan usaha serta tersebar di seluruh tanah air2.
Pada umumnya usaha kecil dan koperasi memiliki keunggulan dan bergerak dalam bidang yang memanfaatkan sumberdaya alam seperti pertanian. Pertanian merupakan sektor yang paling tangguh dalam menghadapi perubahan. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian mengandalkan potensi sumberdaya dalam negeri sehingga ketergantungannya terhadap bahan-bahan yang berasal dari impor sangat kecil. Sebagai basis kekuatan perekonomian nasional, sektor pertanian memiliki peran yang cukup besar sehingga perlu untuk terus dikembangkan (Hafsah, 2000).
Salah satu komoditas pertanian yang memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan adalah komoditas hortikultura khususnya sayuran. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh peningkatan volume impor sayuran di Indonesia pada periode 1999 – 2004 sebesar 36,91 persen, yaitu pada tahun 1999 volume impor sayuran mencapai 317.333.609 kilogram, sedangkan pada tahun 2004 naik menjadi 434.476.188 kilogram (Badan Pusat Statistik, 2005).
Paprika (Capsicum annum) merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai jual tinggi dan memiliki keunikan jika dibandingkan dengan cabai pada umumnya, baik dari bentuk, warna maupun rasanya. Paprika umumnya dikonsumsi oleh orang asing dan masyarakat kalangan menengah ke atas, sehingga pasar yang banyak meminta komoditas ini adalah pasar khusus seperti hotel, restoran, catering dan swalayan.
2
(20)
Permintaan terhadap parika cukup tinggi dan tingginya permintaan tersebut belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh petani (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Banyaknya orang asing yang menetap, bermunculannya hotel, restoran dan usaha
catering yang menyediakan menu masakan asing dan swalayan yang
menyediakan berbagai sayuran impor serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi menyebabkan permintaan terhadap paprika semakin meningkat. Meningkatnya permintaan terhadap paprika merupakan peluang besar bagi pengembangan usaha paprika di Indonesia.
Paprika merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tropis dan bukan tanaman asli dari Indonesia, sehingga untuk membudidayakannya diperlukan teknologi dan perlakuan khusus agar sesuai dengan kondisi aslinya. Paprika dapat dibudidayakan secara konvensional maupun secara hidroponik. Paprika yang dibudidayakan secara hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai media tanamnya serta menggunakan greenhouse sebagai naungan. Budidaya secara hidroponik ini memungkinkan tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, namun membutuhkan modal yang relatif besar karena kebutuhan sarana fisik seperti greenhouse, serta pupuk atau nutrisi (Venessa, 2001).
Dalam menjalankan usaha paprika terdapat resiko usaha yang terkait dengan fluktuasi harga dan gangguan hama. Selain itu, petani sebagai pelaku usaha pada umumnya memiliki kelemahan dalam hal teknologi, modal dan informasi pasar, sehingga diperlukan bantuan berupa teknologi budidaya, modal dan jaminan pasar yang pasti bagi petani kecil untuk dapat mengembangkan usahataninya. Oleh
(21)
karena itu, untuk mengembangkan usahataninya diperlukan kerjasama, salah satunya yaitu melalui suatu wadah yang berbentuk koperasi.
Salah satu wujud kerjasama yang terjadi antara pelaku usaha di bidang agribisnis adalah kerjasama antara Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju dengan petani-petani paprika yang berada di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Kerjasama tersebut salah satunya dilandasi oleh tujuan dan kepentingan yang sama yaitu untuk memperbaiki situasi ekonomi dan sosial melalui usaha bersama.
KOPTAN Mitra Sukamaju memiliki tujuan untuk membantu petani paprika yang berada di Desa Pasir Langu. Oleh sebab itu, koperasi diharapkan memiliki kinerja yang baik sehingga dapat memberikan pelayanan dan manfaat bagi anggotanya. Dengan adanya kerjasama yang baik antara koperasi dengan anggotanya diharapkan koperasi dapat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota maupun masyarakat pada umumnya.
1.2 Perumusan Masalah
Paprika adalah salah satu komoditas sayuran asing karena paprika bukan tanaman asli Indonesia. Oleh karena itu, pengetahuan tentang budidaya paprika khususnya yang dilakukan secara hidroponik sangat diperlukan oleh para petani tradisional di Desa Pasir Langu. Saat ini, Desa Pasir Langu yang terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra produksi paprika di Indonesia. Perkembangan usahatani paprika di Desa Pasir Langu tidak terlepas dari peranan Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju, yang menjadi pelopor budidaya paprika di daerah tersebut. KOPTAN Mitra Sukamaju berperan aktif dalam upaya pemberdayaan masyarakat Desa pasir Langu melalui usahatani
(22)
paprika secara hidroponik. KOPTAN Mitra Sukamaju dalam menjalankan kegiatan usahanya berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, dengan memberikan berbagai fasilitas dan pelayanan bagi anggotanya.
Pada tahun 2006, jumlah anggota KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2001. Pada tahun 2001, petani yang menjadi anggota koperasi tersebut adalah sebanyak 50 orang petani, dan berkurang menjadi 20 orang petani pada tahun 2006. Demikian pula terjadi penurunan dalam jumlah greenhouse anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Pada tahun 2001, jumlah greenhouse anggota pada KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai jumlah tertinggi, yaitu mencapai mencapai 97 greenhouse, sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan saat ini jumlahnya berkurang menjadi 54 greenhouse.
Oleh karena itu, perlu dipertanyakan mengapa jumlah anggota pada KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami penurunan atau banyak anggota KOPTAN Mitra Sukamaju yang keluar dari keanggotaannya. Dengan demikian perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keputusan petani paprika untuk menjadi anggota koperasi atau tidak. Selain itu, perlu diketahui juga seberapa besar manfaat yang diberikan KOPTAN Mitra Sukamaju terhadap anggotanya, khususnya dalam hal pendapatan.
Pencapaian tujuan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya harus didukung dengan manajemen yang baik dalam mengatur segala kegiatan organisasi dan usaha koperasi. Hasil manajemen yang baik salah satunya dapat dilihat dari kinerja koperasi. Dengan adanya kendala yang juga dihadapi oleh KOPTAN Mitra Sukamaju seperti banyaknya piutang yang sulit untuk ditagih,
(23)
maka penilaian terhadap kinerja koperasi juga sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa efisien usaha KOPTAN Mitra Sukamaju dalam melaksanakan kegiatannya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada anggotanya.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka garis besar penelitian ini adalah bertujuan untuk :
1. Menganalisa kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilihat dari sisi keanggotaan, keuangan, usaha, pemasarannya dan sumberdaya manusianya.
2. Menganalisa manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju bagi anggotanya.
3. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu KOPTAN Mitra Sukamaju dan petani-petani paprika yang berada di Desa Pasir Langu, khususnya bagi petani paprika yang menjadi anggota. Dengan adanya informasi dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi pengembangan usaha KOPTAN Mitra Sukamaju untuk terus meningkatkan kinerjanya serta meningkatkan manfaat atau pelayanan yang dapat diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan pembanding bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
(24)
(25)
(26)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penilaian Kinerja Koperasi
Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Lebih khusus Palapa (2006) menjelaskan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh badan usaha dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, penilaian terhadap kinerja koperasi diperlukan untuk mengetahui seberapa efisien koperasi tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya. Menurut Ginting (2003), kinerja koperasi dapat dinilai dari keragaan koperasi baik dari segi organisasi, usaha maupun keuangannya. Ginting menganalisis keragaan Koperasi Kredit Sejahtera dari segi organisasinya yang meliputi keanggotaan (jumlah anggota), pengurus dan manajemen (pembagian tugas dan tanggung jawab). Selain itu, keragaan koperasi juga dinilai dari segi usahanya yaitu dengan melihat volume usaha dan perkembangan permodalan koperasi khususnya proporsi modal luar terhadap modal sendiri. Sedangkan dari segi keuangan, kesehatan keuangan koperasi dinilai dengan analisis rasio seperti rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.
Sedikit berbeda dengan Ginting, Palapa (2006) mengevaluasi kinerja koperasi tidak hanya secara internal tetapi juga secara eksternal. Secara internal, Palapa mengevaluasi kinerja Koperasi Puspa Anggrek seperti yang dilakukan Ginting, yaitu dengan menganalisis kinerja koperasi dari segi organisasi, usaha dan keuangan. Sedangkan evaluasi kinerja koperasi secara eksternal dilakukan
(27)
dengan menggunakan analisis tingkat kepentingan dan kepuasan anggota dengan metode Importance Performance Analysis dan metode Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index). Metode tersebut digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan anggota berdasarkan penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi yang telah dijalankan oleh pegurus koperasi. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Palapa pada Koperasi Puspa Anggrek menunjukkan bahwa secara umum kinerja koperasi tersebut dalam melaksanakan prinsip-prinsip koperasi belum cukup memuaskan anggotanya, karena koperasi masih menitikberatkan pada perbaikan usaha dan keuangan daripada mencapai idealisme koperasi.
Ratri (2004), menganalisis kinerja KPBS melalui penerapan Balanced Scorecard. Penilaian terhadap kinerja KPBS tersebut dilakukan dengan menilai kinerja koperasi dari empat perspektif, yaitu perspektif keanggotaan yang meliputi kepuasan anggota terhadap pelayanan koperasi dan peningkatan rata-rata SHU anggota. Selain itu, perspektif keuangan dinilai berdasarkan rasio keuangan, pertumbuhan penjualan dan total pendapatan koperasi. Perspektif proses bisnis internal juga dinilai, yaitu dalam hal pemanfaatan teknologi yang tercermin dari peningkatan produksi serta penilaian terhadap kerjasama dengan pihak ketiga yaitu dalam hal peningkatan harga jual. Sedangkan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, penilaian dilakukan terhadap peningkatan profesionalisme karyawan yang meliputi jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan, jumlah karyawan yang menguasai komputer dan tingkat ketepatan waktu kehadiran serta penilain terhadap lingkungan kerja yang meliputi frekuensi pertemuan atau rapat serta frekuensi pertemuan informal.
(28)
2.2 Manfaat Koperasi
Koperasi sebagai suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial diharapkan dapat memberikan manfaat bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Hapsari (2003), menyatakan bahwa dengan kondisi koperasi yang efisien diharapkan koperasi dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi anggotanya. Selain itu menurut penelitian Hapsari pada Koperasi Pertanian Nusantara (KOPERTA), keberadaan koperasi dapat memberikan tiga manfaat utama bagi anggota yaitu manfaat ekonomi, sosial dan teknologi yang seluruhnya berupa pelayanan bagi anggota. KOPERTA yang bergerak dalam bidang agribisnis beras organik, berperan mulai dari pengadaan sarana produksi hingga pemasaran. Dalam hal pengadaan sarana produksi dan budidaya, koperasi lebih berperan sebagai lembaga penunjang yang memberikan penyuluhan dan monitoring. Sedangkan pada penanganan pasca panen dan pemasaran, kegiatan tersebut dilakukan oleh koperasi.
Menurut Ginting (2003), meskipun kinerja keuangan Koperasi Kredit Sejahtera kurang baik tetapi koperasi tersebut dapat memberikan berbagai manfaat bagi anggotanya, baik yang berupa manfaat ekonomi maupun manfaat sosial. Berdasarkan hasil analisis skor tingkat manfaat ekonomi yang dirasakan anggota Koperasi Kredit Sejahtera yaitu berupa : (1) peningkatan pendapatan sebesar 0,86 (2) pinjaman yang layak, cepat dan terarah sebesar 0,96 dan (3) tempat pelayanan yang strategis sebesar 0,88. Sedangkan manfaat sosial yang telah dirasakan anggota yaitu hubungan kekerabatan yang semakin baik dengan sesama anggota serta promosi tentang pengunaan uang secara bijak.
(29)
Menurut Budiono seperti yang dijelaskan oleh Kusumah (1987), keuntungan atau manfaat lain yang dapat diberikan koperasi kepada anggotanya diantaranya adalah : (1) harga jual yang lebih tinggi untuk produk anggota dan harga beli barang sarana produksi yang lebih murah (2) dapat menghemat atau menekan biaya operasi usaha (3) Kenaikan produktifitas usaha, karena memperoleh informasi pasar, teknologi yang lebih tepat dari koperasi dan (4) memperoleh peningkatan pengetahuan, keterampilan, tumbuhnya manfaat kekeluargaan, tanggung jawab dan harga diri (manfaat non ekonomis).
Pamudyani (2002), menjelaskan secara khusus bahwa koperasi dapat memberikan manfaat ekonomi yang berupa peningkatan pendapatan anggotanya. Berdasarkan penelitian Pramudyani pada KUD Mojosongo, ternyata koperasi tersebut cukup berperan dalam upaya peningkatan pendapatan anggota peternak sapi perah. Hal tersebut tercermin dari pemberian subsidi konsentrat sehingga harganya menjadi lebih murah untuk menekan biaya produksi. Selain itu KUD Mojosongo juga memberikan fasilitas yang berupa pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan kebuntingan, pemberian obat cacing secara cuma-cuma serta fasilitas inseminasi buatan yang lebih murah.
Peran KUD Mojosongo dalam peningkatan pendapatan anggotanya ini dianalisis dengan membandingkan pendapatan bersih atas biaya total maupun rasio R/C, peternak yang menjadi anggota KUD dan peternak non anggota. Berdasarkan hasil penelitian Pramudyani dapat disimpulkan bahwa pendapatan peternak anggota lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan peternak non anggota. Hal tersebut menunjukkan peranan koperasi dalam peningkatan
(30)
pendapatan anggota, dimana usahatani ternak yang dilakukan oleh anggota KUD lebih menguntungkan daripada peternak non anggota.
Sebuah koperasi dapat berkembang apabila ada kerjasama yang baik antara pengurus, manajer dan anggotanya. Dalam pengembangan koperasi diharapkan anggota dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan koperasi, karena pada hakekatnya koperasi adalah berasal dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. Hapsari (2003) menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggota dalam koperasi terkait erat dengan manfaat yang diterima anggota dari usaha yang dijalankan koperasi. Semakin besar manfaat yang dirasakan anggota, maka partisipasi yang diberikan pun semakin tinggi. Berdasarkan penelitian Hapsari pada KOPERTA, dijelaskan bahwa KOPERTA telah memberikan manfaat ekonomis dan manfaat sosial yang cukup tinggi bagi anggotanya sehingga partisipasi anggota juga cukup tinggi atau anggota cukup aktif dalam kegiatan yang ada di koperasi. Begitu pula dengan hasil analisis korelasi Rank Spearman yang dilakukan Ginting (2003) menunjukkan bahwa manfaat sosial dan manfaat ekonomi mempunyai hubungan yang nyata dengan tingkat partisipasi anggota di bidang organisasi, modal dan usaha. Korelasi antara manfaat ekonomi dan manfaat sosial terhadap partisipasi di bidang permodalan menunjukkan hubungan yang lemah, sedangkan korelasi yang kuat ditunjukkan oleh hubungan antara manfaat sosial dengan partisipasi di bidang organisasi.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Menjadi Anggota Koperasi
Keanggotaan koperasi yang bersifat sukarela dan terbuka, memungkinkan setiap orang secara individu maupun perusahaan untuk bergabung menjadi
(31)
anggota koperasi. Dalam membuat keputuskan untuk menjadi anggota koperasi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut Tambunan (2002), faktor-faktor yag mempengaruhi suatu perusahaan untuk menjadi anggota koperasi atau tidak adalah inovasi, kualitas produk yang dihasilkan, patent, garansi, network dan respon. Berdasarkan penelitian Tambunan dengan menggunakan model Logit, keputusan perusahaan untuk menjadi anggota koperasi mempunyai hubungan yang kuat (positif) dengan peubah inovasi, kualitas dan respon. Sedangkan perusahaan yang telah memiliki patent, memberikan garansi bagi produkya dan memiliki jaringan usaha (network) cenderung tidak menjadi anggota koperasi.
Sedikit berbeda dengan Tambunan, Ros (2004) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melanjutkan kemitraan dengan Koperasi Agribisnis Mitra Tani. Berdasarkan hasil analisa Logit diketahui bahwa variabel umur, tingkat pendidikan dan proporsi modal sendiri merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melanjutkan kemitraan dengan koperasi. Sedangkan faktor pengalaman, luas lahan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan proporsi status lahan tidak berpengaruh secara nyata terhadap keputusan petani untuk melanjutkan kerjasama dengan koperasi.
2.4 Persaingan Usaha Paprika
Paprika hidroponik merupakan salah satu komoditas hortikultura sayuran yang potensial untuk dikembangkan. Dengan semakin berkembangnya usaha paprika di Indonesia, maka persaingan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dalam bisnis paprika. Tampubolon (2005), melakukan penelitian mengenai paprika khususnya mengenai persaingan usaha paprika pada beberapa perusahaan agribisnis seperti PT ABBAS Agri, PT JORO dan PT THA. Menurut
(32)
Tampubolon, PT ABBAS Agri secara keseluruhan dinilai lebih dapat bersaing dan kompetitif di pasaran paprika dibandingkan dengan dua perusahaan lainnya. Hal tersebut dilihat dari sisi efisiensi usaha yaitu nilai R/C rasio PT ABBAS Agri yang lebih tinggi dari dua perusahaan lainnya. Meskipun demikian usaha paprika hidroponik di kedua perusahaan lainnya juga efisien untuk dilaksanakan karena hasil R/C rasio kedua perusahaan lainnya pun bernilai lebih besar dari satu. Daya saing ketiga perusahaan tersebut juga dilihat dari sisi biaya dan harga jual. Adanya perbedaan tingkat harga jual dan biaya di masing-masing perusahaan mengakibatkan terjadinya persaingan yang ketat di pasar paprika. Meskipun PT ABBAS Agri mengeluarkan biaya yang paling besar dibandingkan dua perusahaan lainnya, tetapi PT ABBAS Agri juga memiliki tingkat harga jual yang tertinggi. Selain itu, PT ABBAS Agri sudah cukup baik dalam hal pemasaran paprika hidroponik yang dihasilkan.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan terlebih dahulu mengenai koperasi, tidak terdapat penelitian yang menganalisa kinerja, manfaat dan faktor-faktor yang mempengaruhi keanggotaan koperasi secara bersamaan. Analisis kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi keanggotaan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, baik dari sisi koperasi maupun dari sisi petani/anggota.
(33)
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Efisiensi dan Kinerja Koperasi
Koperasi sebagai sebuah organisasi dituntut untuk dapat menjalankan usahanya dengan efisien. Efisiensi dapat dimengerti sebagai kehematan penggunaan sumber-sumber daya dalam suatu kegiatan organisasi. Semakin hemat suatu organisasi menggunakan sumber-sumber, maka semakin efisienlah organisasi tersebut. Menurut tulisan Ramudi Ariffin, efisiensi tersebut terjadi karena adanya pemusatan kegiatan atau joint action dari individu-individu ke dalam koperasi, yang merupakan wujud dari pencapaian skala ekonomi atau economies of scale. Skala ekonomi berarti semakin menurunnya biaya per satuan barang/jasa apabila kegiatan (produksi) diperbesar (Rusidi dan Suratman, 2002). Oleh sebab itu, untuk mengetahui seberapa efisien kegiatan usaha yang dijalankan oleh sebuah koperasi, maka diperlukan penilaian terhadap kinerja koperasi tersebut.
Penilaian kinerja usaha merupakan penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu badan usaha, bagian badan usaha dan karyawan berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Krisnamurthi (2002), sebuah koperasi akan eksis apabila mampu mengembangkan kegiatan usaha yang : fleksibel sesuai dengan kepentingan anggota, berorientasi pada pemberian pelayanan bagi anggota, berkembang sejalan dengan perkembangan usaha anggota, biaya transaksi antara koperasi dan anggota mampu
(34)
ditekan lebih kecil dari biaya non anggota dan mampu mengembangkan modal yang ada di dalam kegiatan koperasi dan anggota sendiri. Salah satu indikator utama kegiatan usaha yang dikembangkan koperasi adalah jika usaha anggota berkembang sejalan dengan perkembangan usaha koperasi.
3.1.2 Manfaat dan Pelayanan Koperasi
Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan memberikan berbagai pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Pelayanan menurut Hoesin seperti yang dikutip Rusidi dan Suratman (2002) adalah segala usaha/kegiatan yang dilakukan koperasi untuk melayani kebutuhan/keperluan anggota. Dengan baiknya pelayanan yang diberikan oleh koperasi, maka anggota akan merasakan manfaat berkoperasi.
Hoesin menjelaskan bahwa manfaat yang diperoleh anggota karena berkoperasi disebut juga “Cooperative effect”. Manfaat yang diperoleh anggota dapat berupa peningkatan kemampuan ekonomi, organisasi/manajemen, pendidikan dan lain-lain. Manfaat tersebut dapat diperoleh karena efisiensi dan efektivitas yang diciptakan koperasi yaitu melalui penghimpunan kekuatan khususnya dalam bentuk manajemen, dana/modal, keterampilan, kapasitas produksi/skala ekonomis dan posisi tawar.
Manfaat berkoperasi seperti yang dijelaskan Hoesin diantaranya adalah sebagai fungsi dari harga bahan baku, pengadaan, skala usaha/kapasitas produksi, harga jual, penyaluran dan daya saing. Adanya manfaat yang diterima anggota dengan berkoperasi akan mendorong anggota untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan koperasi (Rusidi dan Suratman, 2002). Manfaat ini dapat berupa
(35)
manfaat ekonomi, manfaat sosial dan manfaat teknologi. Menurut Sugiyanto seperti dikutip oleh Rusidi dan Suratman (2002), manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dapat berasal dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama, pemasaran dan pengolahan bersama, simpan pinjam melalui koperasi dan dalam bentuk pembagian SHU. Manfaat sosial dapat berupa bertambah baiknya hubungan antara anggota dengan pengurus, karyawan maupun dengan sesama anggota (Probowati, 2000). Sedangkan manfaat teknologi menurut Solehati meliputi adanya peningkatan pengetahuan, sikap maupun keterampilan, kemauan untuk mencoba teknik budidaya/produksi baru ataupun jenis peralatan baru.
3.1.3 Keanggotaan Koperasi
Koperasi merupakan suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang terbentuk dengan anggota sebagai tulang punggungnya (Firdaus dan Agus, 2004). Pasal 17 UU No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Menurut Hannel/Huller seperti yang dikutip Rusidi dan Suratman (2002), keberadaan anggota sebagai pemilik berarti bahwa anggota berkewajiban memberikan kontribusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasinya serta ikut mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan koperasinya. Sedangkan anggota sebagai pengguna jasa koperasi berarti bahwa anggota berhak untuk memanfaatkan berbagai potensi yang disediakan oleh koperasi untuk menunjang kepentingan-kepentingannya.
Keanggotaan koperasi adalah didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi. Menurut Sagimun (1983), koperasi
(36)
merupakan wadah persekutuan orang-orang yang lemah ekonominya untuk bekerjasama memperbaiki nasib mereka. Faktor kesamaan kepentingan dalam usaha koperasi ini merupakan tolok ukur untuk menentukan diterima atau tidaknya seseorang menjadi anggota koperasi.
Prinsip koperasi menyatakan bahwa keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. Sifat terbuka dalam prinsip koperasi tersebut memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun. Setiap orang yang telah mampu melakukan tindakan hukum dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh koperasi dapat menjadi anggota pada koperasi tersebut. Selain itu, sifat kesukarelaan dalam keanggotaan koperasi, mengandung makna bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksa oleh siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar koperasi.
Hannel dalam tulisannya yang dikutip oleh Rusidi dan Suratman (2002), menyatakan bahwa pada dasarnya setiap anggota akan menilai keputusannya untuk memasuki dan untuk mempertahankan/memelihara hubungannya dengan suatu organisasi koperasi apabila insentif atau perangsang yang diperolehnya lebih besar atau minimal sama dengan besarnya kontribusi atau sumbangan yang harus diberikan. Insentif yang dimaksud adalah peningkatan pelayanan secara efisien oleh koperasi melalui penyediaan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan para anggota. Sedangkan kontribusi para anggota bagi pembentukan dan pertumbuhan koperasi salah satunya adalah dalam bentuk sarana keuangan dan partisipasi anggota (Rusidi dan Suratman, 2002).
(37)
Setiap orang maupun perusahaan yang terlibat dalam keanggotaan koperasi memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992. Setiap anggota koperasi memiliki kewajiban dan hak yang sama terhadap koperasi untuk menghindari adanya kecenderungan anggota hanya akan mementingkan pribadinya sendiri. Bahkan Krisnamurthi (2002), menyatakan bahwa anggota dan masyarakat akan semakin merasakan peran dan manfaat koperasi jika terdapat kesadaran dan kejelasan dalam hal keanggotan koperasi. Hal tersebut mengacu pada pemahaman anggota dan masyarakat terhadap perbedaan hak dan kewajiban serta manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi anggota atau tidak menjadi anggota, sehingga akan terdapat insentif untuk menjadi anggota koperasi. Oleh karena itu, insentif tersebut akan menumbuhkan kesadaran dan loyalitas anggota kepada organisasinya, yang akhirnya akan menjadi basis kekuatan koperasi itu sendiri.
3.1.4 Bisnis Paprika di Indonesia
Paprika merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis dan bukan tanaman asli Indonesia. Menurut Prihmantoro dan Indriani (2003), faktor lingkungan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan agar tanaman paprika yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Faktor lingkungan yang menjadi syarat tumbuh paprika diantaranya adalah iklim, tanah atau media serta ketinggian tempat.
Paprika dapat dibudidayakan secara hidroponik di dalam greenhouse dengan menggunakan media tanam selain tanah salah satunya berupa arang sekam, maupun secara konvensional dengan menggunakan tanah sebagai
(38)
medianya. Budidaya secara hidroponik ini memungkinkan tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik (Lingga, 1985). Namun demikian, budidaya paprika secara hidroponik ini membutuhkan modal yang relatif besar karena kebutuhan sarana-sarana fisik seperti greenhouse, sarana irigasi, nutrisi dan sarana-sarana produksi lainnya.
Paprika juga merupakan salah satu komoditas sayuran asing yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingginya permintaan terhadap paprika. Permintaan dari hotel berbintang rata-rata sekitar 15 kg paprika per hari sedangkan swalayan membutuhkan sekitar lima kilogram per harinya, dan tingginya permintaan tersebut belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh petani (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Banyaknya orang asing yang menetap, bermunculannya hotel, restoran dan usaha catering yang menyediakan menu masakan asing dan swalayan yang menyediakan berbagai sayuran impor serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi menyebabkan permintaan terhadap paprika semakin meningkat. Meningkatnya permintaan terhadap paprika merupakan peluang besar bagi pengembangan usaha paprika di Indonesia.
Paprika merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai jual tinggi dan telah menembus pasar internasional. Salah satu negara yang menjadi tujuan ekspor paprika Indonesia adalah negara Taiwan. Namun sejak sekitar tahun 2003–2004, ekspor paprika Indonesia ke Taiwan terhenti. Hal tersebut disebabkan oleh adanya isu lalat buah pada produk paprika Indonesia. Meskipun demikian Taiwan bukalah satu-satunya negara tujuan ekspor paprika Indonesia. Negara lain yang juga menjadi tujuan ekspor paprika Indonesia adalah Hongkong
(39)
dan Singapura. Volume dan nilai ekspor paprika Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual
Bagi koperasi yang merupakan perkumpulan orang, anggota merupakan sumber potensi utama. Sama halnya dengan koperasi pada umumnya, keberadaan anggota juga sangat penting artinya bagi KOPTAN Mitra Sukamaju yang merupakan pelopor usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu.
Pada dasarnya pelayanan yang lancar dan bermutu merupakan motif utama koperasi, dan dari situlah tingkat hubungan koperasi dengan anggotanya dapat diketahui untuk menciptakan kepuasan bagi anggotanya. Bila anggota sudah merasa puas dengan pelayanan koperasi, maka anggota akan tetap mempertahankan keanggotaannya, atau bagi anggota akan timbul perasaan tidak ingin keluar/pindah ke koperasi lainnya (Soedjono, 2000). Oleh karena keberhasilan suatu koperasi tercermin dari efisiennya kegiatan usaha yang dijalankan, maka penilaian terhadap kinerja koperasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan koperasi baik dari segi organisasi, usaha maupun keuangannya dari waktu ke waktu. Koperasi yang efisien atau memiliki kinerja yang baik dapat memberikan manfaat bagi anggotanya dalam bentuk pelayanan yang memuaskan.
Keanggotaan pada suatu koperasi termasuk KOPTAN Mitra Sukamaju juga ditentukan oleh keputusan petani paprika untuk masuk, keluar atau pun tetap mempertahankan keanggotaannya pada koperasi tersebut. Terdapat berbagai faktor yang diduga dapat mempengaruhi keputusan petani untuk masuk menjadi anggota koperasi. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan petani
(40)
untuk menjadi anggota koperasi terdiri dari faktor usaha maupun faktor rumah tangga petani itu sendiri.
Penentuan faktor-faktor tersebut didasarkan atas teori mengenai keanggotaan koperasi, pemikiran serta berdasarkan referensi dari penelitian sebelumnya. Faktor usaha yang dapat mempengaruhi keputusan petani diantaranya adalah faktor produktivitas, biaya, harga, pendapatan, modal dan luas lahan yang digunakan untuk usahatani paprika.
1. Faktor produktivitas paprika yang dihasilkan selama satu musim tanam, diduga akan mempengaruhi keputusan petani utnuk menjadi anggota koperasi secara negatif. Petani yang produktivitas paprikanya rendah akan memerlukan koperasi untuk memperoleh pengetahuan mengenai budidaya paprika atau mengaharapkan manfaat teknologi dari koperasi untuk dapat meningkatkan produktivitasnya.
2. Faktor pendapatan usahatani paprika per musim tanam, diduga akan memiliki hubungan negatif dengan keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi. Hal tersebut disebabkan karena manfaat yang ditawarkan koperasi khususnya yang berupa peningkatan pendapatan, mungkin merupakan alasan yang tepat sekaligus sebagai rangsangan yang menarik bagi petani yang berpendapatan rendah untuk bergabung dengan koperasi, sedangkan bagi petani yang berpendapatan tinggi, mungkin diperlukan manfaat atau alasan lainnya untuk bergabung menjadi anggota koperasi selain peningkatan pendapatan.
3. Faktor luas lahan diduga akan berpengaruh positif terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi, karena diduga petani yang lahan paprikanya luas memerlukan pasar yang lebih jelas agar dapat menampung seluruh hasil
(41)
produksinya. Dengan demikian, diduga petani yang lahannya lebih luas sangat memerlukan kerjasama dengan koperasi dalam memasarkan hasil produksinya dengan resiko yang lebih rendah.
4. Faktor biaya, diduga juga akan mempengaruhi keputusan petani secara positif. Semakin besar biaya yang harus dikeluarkan petani, maka diduga petani akan memerlukan kerjasama dengan koperasi yang dapat memberikan pelayanan pengadaan input dengan harga yang lebih murah karena adanya skala ekonomis pada usaha koperasi, agar uhataninya menjadi lebih efisien.
5. Faktor harga jual, diduga akan mempengaruhi keputusan petani secara negatif. Hal tersebut diduga karena jika harga jual paprika yang diterima petani rendah, maka petani memerlukan koperasi untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi dengan adanya skala ekonomis dan tingginya posisi tawar pada koperasi, sehingga petani cenderung untuk menjadi anggota koperasi.
6. Faktor modal, diduga akan mempengaruhi keputusan petani secara negatif. Hal tersebut diduga karena petani yang memiliki keterbatasan modal atau modal yang kecil, akan memerlukan kerjasama dengan koperasi sebagai lembaga yang dapat memberikan manfaat dan pelayanan bantuan modal (simpan pinjam).
Selain faktor usaha petani, terdapat faktor rumah tangga petani yang juga diduga dapat mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah faktor umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga serta pengalaman bertani.
1. Faktor umur petani diduga berpengaruh positif terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi. Semakin tua umur petani, kemungkinan
(42)
petani lebih menginginkan kepastian dalam usahanya dengan berkoperasi, dibandingkan menjadi petani mandiri yang membutuhkan kemandirian petani dalam mengelola usahataninya.
2. Faktor lamanya pengalaman bertani paprika, diduga akan berkorelasi negatif dengan keputusan petani untuk menjadi anggota. Semakin lama pengalaman petani dalam bertani paprika, memungkinkan petani sudah memiliki jaminan pasar yang pasti dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai usahatani paprika. Dengan demikian petani yang berpengalaman tidak terlalu membutuhkan koperasi untuk mendukung kegiatan usahataninya.
3. Faktor jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan diduga akan berkorelasi positif dengan keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan petani, maka kemungkinan petani tersebut membutuhkan pendapatan yang lebih tinggi untuk mencukupi keperluan keluarganya, yang mereka harapkan dapat diperoleh dengan berkoperasi.
4. Faktor tingkat pendidikan petani, diduga akan berhubungan positif dengan keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi. Semakin tinggi pendidikan petani memungkinkan petani tersebut lebih paham mengenai konsep usaha dalam bentuk koperasi dan menganggap bahwa dengan berkoperasi dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan memberikan berbagai manfaat dalam bentuk pelayanan untuk mendukung usahataninya.
(43)
Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran konseptual ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Faktor Usaha Petani 1) Produktivitas 2) Biaya
3) Harga 4) Pendapatan 5) Modal 6) Luas Lahan
KEANGGOTAAN KOPTAN Mitra Sukamaju
Faktor Rumah Tangga Petani 1) Umur
2) Jumlah anggota keluarga 3) Pendidikan
4) Pengalaman
Manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju
Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju
Keanggotaan
Keuangan
Usaha
Pemasaran
Sumberdaya manusia
Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju
(44)
(45)
(46)
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju yang terletak di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive) berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya bahwa Desa Pasir
Langu merupakan salah satu sentra produksi paprika di Indonesia. Selain itu, KOPTAN Mitra Sukamaju merupakan koperasi yang bergerak dibidang usahatani paprika hidroponik yang berada di Desa Pasir Langu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2007.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data yang diperoleh dari petani dan pengurus koperasi, yaitu mengenai karakteristik petani (umur, pendidikan, pengalaman dan jumlah anggota keluarga) dan usahatani paprika (produktivitas, biaya, harga, modal, luas lahan, dan pendapatan). Selain itu data primer yang juga dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pendapat petani maupun pengurus mengenai, pelayanan dan manfaat koperasi.
(47)
b. Data Sekunder
Data sekunder yang berupa daftar anggota, struktur organisasi, serta laporan keuangan koperasi (Neraca dan Laporan Rugi/Laba) yang diperoleh dari KOPTAN Mitra Sukamaju. Selain itu diperlukan juga data dari instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian baik dari Kantor Desa Pasir Langu, maupun Departemen Koperasi.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi). Selain itu, dilakukan wawancara dengan pengurus, karyawan dan manajer koperasi dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide) serta wawancara dengan petani paprika (anggota dan non anggota koperasi) dengan menggunakan daftar pertanyaan yang lebih rinci dan lengkap (schedule).
Responden dalam penelitian ini terdiri dari pengurus koperasi dan petani paprika. Khusus untuk petani paprika yang menjadi responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 3. Klasifikasi Petani Responden
No. Responden Penelitian Jumlah (orang)
1. Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju 20
2. Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju : 10
Total 30
Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu petani yang menjadi anggota koperasi dan petani non anggota. Petani anggota yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 20
(48)
orang, dari 54 anggota yang tercatat dalam keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju. Pemilihan sempel tersebut ditentukan berdasarkan pertimbangan pribadi atau judgement sample. Dimana responden yang dipilih adalah hanya petani yang menjadi kepala keluarga dalam keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju. Pemilihan tersebut dilakukan karena 54 anggota yang terdaftar dalam keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju tersebut sebenarnya adalah jumlah
greenhouse yang dimiliki oleh 20 orang petani yang menjadi kepala keluarga.
Selain itu, petani non anggota yang dijadikan responden dalam penelitian ini terdiri dari 10 orang petani paprika yang pernah menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju. Sempel tersebut dipilih berdasarkan teknik snowball sampling, yaitu berdasarkan informasi yang diperoleh dari KOPTAN Mitra Sukamaju sebagai kelompok responden yang relevan untuk menunjuk calon responden lainnya, yaitu petani paprika yang pernah menjadi anggota koperasi tersebut.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan diolah untuk dilakukan analisa lebih lanjut baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisa kualitatif deskriptif dilakukan untuk melihat dan memberikkan gambaran mengenai kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui manfaat ekonomi koperasi yang diterima anggota khususnya dalam hal pendapatan. Selain itu, analisis kualitatif juga digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota koperasi dengan menggunakan model Logit.
(49)
Kinerja dan manfaat KOPTAN Mitra Sukamaju ini tidak diuji dalam kaitannya dengan keanggotaan koperasi, karena data keanggotaan (jumlah anggota) berupa data time series sedangkan data mengenai kinerja (kepuasan anggota terhadap pelayanan) dan manfaat koperasi berupa data cross section, sehingga sulit untuk diuji. Oleh karena itu, baik manfaat ataupun kinerja dalam hal ini hanya dideskripsikan, guna mendukung hasil analisis atau pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju.
4.4.1 Analisis Kinerja Koperasi
Penilaian kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju dilakukan dengan menilai trend kinerja koperasi selama enam tahun terakhir, mulai dari tahun 2001 pada saat keanggotaan KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai jumlah tertinggi sampai dengan tahun 2006. Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju akan dinilai dari sisi keanggotaan yang meliputi perkembangan jumlah anggota dan jumlah greenhouse
anggota dan SHU per anggota. Dari sisi keuangan, yang akan dinilai adalah kesehatan keuangan koperasi melalui analisis rasio keuangan. Selain itu, dari sisi usaha, sumberdaya manusia dan pemasaran koperasi yang akan dinilai adalah pertumbuhan produksi, penjualan dan tingkat pendidikan karyawan serta pengurus koperasi. Indikator-indikator kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju yang akan dinilai dapat dilihat pada Tabel 4.
(50)
Tabel 4. Model Penilaian Kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006 Berdasarkan Beberapa Indikator
Indikator Kinerja 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah anggota
Jumlah greenhouseanggota
SHU per anggota Rasio Keuangan: 1.Likuiditas 2.Solvabilitas 3.Rentabilitas 4.Aktivitas
Volume usaha koperasi
Produksi paprika/anggota
Penjualan paprika
Harga rata-rata
Jumlah karyawan dan pengurus koperasi yang pendidikannya mencapai PT
Selain itu, penilaian kinerja koperasi ini juga dilakukan dengan membandingkan antara hasil indikator kinerja yang dianggap penting oleh koperasi dengan standard yang telah ditetapkan koperasi. Indikator kinerja yang penting bagi koperasi diantaranya adalah kepuasan anggota terhadap pelayanan koperasi, jumlah anggota dan perkembangan volume usaha. Secara lengkap penilaian kinerja ini dapat dilihat pada Tabel 5.
(51)
Tabel 5. Model Penilaian Kinerja dengan Membandingkan antara Hasil dan Target
Indikator Kinerja Hasil pada Tahun 2006 (A)
Target (B)
Pencapaian (A/Bx100%) Kepuasan anggota
Peningkatan jumlah
greenhouse anggota
Peningkatan volume usaha
4.4.1.1 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan alat ukur kinerja koperasi secara kuantitatif. Analisis rasio menggambarkan suatu hubungan (matemathical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisis rasio ini juga dapat memberi gambaran tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan (Munawir, 1995).
(1) Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu koperasi untuk membayar hutang-hutang jangka pendek. Likuiditas koperasi dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi dana tunai. Aktiva lancar tersebut dapat berupa kas, piutang dagang, persediaan, maupun beban dibayar di muka (Siegel, 1993). Beberapa rasio untuk mengukur likuiditas adalah: a. Rasio Lancar (current ratio)
Rasio lancar (current ratio) membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio lancar ini mencerminkan tingkat keamanan kreditor dalam jangka pendek, atau kemampuan koperasi untuk membayar hutang-hutang lancar dari aktiva lancarnya.
(52)
Current Ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang (Munawir, 1995). Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rasio Lancar =
Aktiva Lancar Hutang Lancar
b. Rasio Cepat (quick ratio)
Rasio cepat atau quick ratio merupakan uji likuiditas yang lebih ketat karena komponen persediaan dan beban dibayar di muka tidak diperhitungkan ke dalam aktiva lancar. Oleh karena itu, rasio cepat ini merupakan perbandingan antara aktiva-aktiva yang lebih likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar (Siegel, 1993). Rasio cepat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat =
Hutang Lancar
(2) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan koperasi untuk memenuhi kewajiban keuangannya baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjangnya apabila koperasi tersebut dibubarkan. Suatu koperasi dikatakan solvabel apabila koperasi tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan untuk membayar semua hutang-hutangnya. Sebaliknya apabila jumlah aktiva labih sedikit daripada jumlah hutangnya, berarti koperasi tersebut dalam keadaan insolvabel (Munawir, 1995). Terdapat beberapa rasio yang digunakan untuk menganalisis solvabilitas suatu koperasi, diantaranya adalah :
(53)
a. Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus di bawah ini :
b. Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva
Rasio ini menunjukkan sejauh mana nilai dari total aktiva yang dimiliki koperasi dibiayai oleh hutang. Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(3) Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk operasi atau untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (Munawir, 1995). Rasio-rasio rentabilitas yang digunakan diantaranya adalah :
a. Return on Investment (ROI)
Laba atas investasi atau Return on Investment merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas atau rentabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan koperasi dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Munawir (1995), rasio ini menghubungkan keuntungan
Total Hutang Total Aktiva Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva =
Total Hutang Modal Sendiri Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri =
(54)
yang diperoleh dari opersinya perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets).
ROI ini juga memperlihatkan apakah manajemen menggunakan sumber-sumber yang ada dengan efisien untuk mendapatkan laba (Siegel, 1993). Perhitungan ROI menggunakan rumus di bawah ini :
b. Return on Equity (ROE)
ROE mengukur kemampuan koperasi menghasilkan laba setelah pajak dengan kemampuan koperasi dalam mengelola modal sendiri. Semakin besar nilai rentabiitas modal sendiri menunjukkan penggunaan atas modal sendiri yang semakin baik. Perhitungan ROE menggunakan rumus sebagai berikut :
(4) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas atau rasio pemanfaatan aset mencerminkan cara perusahaan menggunakan aset untuk mendapatkan penghasilan dan laba (Siegel, 1993). Rasio yang digunakan dalam menganalisis aktivitas perusahan salah satunya adalah perputaran piutang.
Perputaran piutang koperasi adalah banyaknya kali piutang dagang dapat ditagih oleh koperasi tersebut dalam satu tahun. Perputaran piutang ini dapat dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan piutang dagang.
Sisa Hasil Usaha Modal Sendiri
ROE = x 100 %
Sisa Hasil Usaha Total Aktiva
(55)
Tingkat perputaran piutang ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Penjualan Piutang Dagang Perputaran Piutang =
Selain perputaran piutang, dapat pula dihitung periode penagihan rata-rata atau waktu rata-rata pengumpulan piutang. Rata-rata periode tagih adalah jumlah rata-rata wktu yang diperlukan utuk menagih piutang. Rasio ini bermanfaat untuk mengevaluasi kebijakan pinjaman dan kebijakan penagihan (Sundjaja dan Barlian, 2003). Periode pengumpulan piutang ini dapat dihitung dengan rumus berikut :
Piutang
Penjualan Tahunan/360 Periode Pengumpulan Piutang =
4.4.2 Analisis Manfaat Koperasi 4.4.2.1 Pendapatan Usahatani
Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui besarnya manfaat berkoperasi yang dirasakan anggota dalam hal pendapatan. Menurut Hernanto seperti yang dijelaskan Pramudyani (2002), analisis pendapatan memerlukan data penerimaan (revenue) dan pengeluaran (expenses) baik yang menyangkut tetap (fixed) maupun biaya operasi (operating expenses). Kesemuanya dalam perhitungan tunai (cash).
Biaya usahatani dapat berupa biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dibayar dengan uang tunai, seperti untuk pembelian
(56)
sarana produksi dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga serta biaya penyusutan.
Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi, 1986). Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup yang berbentuk benda, sehingga nilai produk yang dikonsumsi tidak dihitung sebagi penerimaan usahatani.
Perhitungan pendapatan usahatani ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Perhitungan pendapatan usahatani secara umum yaitu :
π = NP – BT – BD Dimana :
π : Pendapatan atas biaya total
NP : Nilai produksi atau penerimaan usahatani (harga jual paprika x jumlah produksi) BT : Biaya tunai
BD : Biaya diperhitungkan
4.4.2.2 Rasio Penerimaan Atas Biaya
Perhitungan rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio) dapat digunakan untuk melihat besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani, dan sekaligus untuk melihat besarnya manfaat koperasi bagi angggota. Hasil dari perhitungan R/C rasio dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan usahatani dapat menguntungkan atau tidak dalam pelaksanaannya.
(57)
Rasio penerimaan atas biaya ini dapat dihitung dengan cara membagi penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usahatani dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. R/C rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Total Penerimaan Usahatani Paprika Total Pengeluaran Usahatani Paprika Rasio R/C =
TR = TC
Kegiatan usahatani dikatakan menguntungkan apabila angka dari R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio lebih dari satu artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Demikian pula sebaliknya, jika nilai R/C rasio lebih kecil dari satu berarti bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu rupiah.
Analisis manfaat ekonomi koperasi khususnya hal pendapatan yang diterima anggota koperasi, akan dianalisis dengan membandingkan pendapatan usahatani dan R/C rasio antara petani anggota dengan petani non anggota koperasi. Model analisis manfaat tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Model Analisis Manfaat Koperasi
Uraian Anggota
(Rp)
Non Anggota (Rp) Penerimaan Tunai Usahatani Paprika (A)
Biaya Tunai Usahatani Paprika (B) Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) Biaya Diperhitungkan (C)
Biaya Total (D = B+C)
Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) R/C Rasio Atas Biaya Tunai
R/C Rasio Atas Biaya Total Sumber : Pramudyani (2002)
(58)
4.4.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Menjadi Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 15.0 yang mempunyai fasilitas binary logistic regression. Regresi logistik biner (binary
logistic regression) digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel
independen x1,x2,…,xk terhadap variabel dependen Y yang berupa variabel biner yang hanya mempunyai dua nilai (Uyanto, 2006).
Bila variabel dependen Y ini dilambangkan dengan 1 (sukses) = anggota koperasi dan 0 (gagal) = non anggota koperasi, maka probabilitas petani paprika menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju adalah P(Y=1) = π dan P(Y=0) = 1- π dengan nilai harapan E(Y) = 1(π) + 0(1- π) = π. Bentuk umum fungsi logit untuk variabel dependen Y, dengan k variabel independen, yang mempunyai probabilitas π adalah sebagai berikut :
jk k j j j j
j x x x
it β β β β
π π
π = + + + +
−
= 0 1 1 2 2 K
1 ln ) (
log
(6.1)
atau
(
j j k jk)
j j
x x
x β β
β β π π + + + + =
− exp 0 1 1 2 2 K
1
(6.2)
atau
(
)
(
jk j k jk)
jk k j j j x x x x x x β β β β β β β β π + + + + + + + + + = K K 2 2 1 0 2 2 1 1 0 exp 1 exp (6.3) Dimana :
β0 = konstanta, βi = koefisien, xji = prediktor ke-i, dan πj = probabililitas bahwa faktor atau covariate ke-j mempunyai response 1 (sukses)
(59)
Dalam model regresi logistik biner ini akan dimasukkan tujuh variabel independen atau peubah respons yang diduga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju atau tidak. Pemilihan variabel ini didasarkan atas teori mengenai keanggotaan koperasi, kerangka pemikiran serta berdasarkan referensi dari penelitian sebelumnya. Dari sepuluh faktor pada kerangka pemikiran, hanya akan dimasukkan tujuh variabel kerena variabel biaya, harga dan modal tidak bervariasi untuk setiap anggota dan juga non anggota dan menjadi penciri, sehingga tidak dimasukkan ke dalam model Logit. Tujuh variabel yang dimasukkan tersebut diantaranya adalah :
X1 = Umur petani (tahun)
X2 = Lamanya pengalaman bertani paprika (tahun)
X3 = Jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan (orang) X4 = Tingkat pendidikan petani (SD=1, SMP=2, SMA=3, PT=4)
X5 = Produktivitas paprika yang dihasilkan selama satu musim tanam (kg/pohon) X6 = Pendapatan usahatani paprika per musim tanam (dalam jutaan rupiah) X7 = Luas lahan (hektar)
Pendugaan Parameter Model
Likelihood Function (LF) menunjukkan probabilitas bahwa Yi = 1 atau 0.
Fungsi kemungkinan f(Yi) untuk suatu random sempel dengan n observasi, ditunjukkan oleh persamaan berikut :
Π
i yi[
i yi]
(6.4)n i i n i x x Y fi − = = −
=
Π
11 1 ) ( 1 ) ( )
( π π
Pendugaan parameter dalam model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum (Maximum Likelihood
(60)
Estimation). Metode kemungkinan maksimum ini digunakan untuk memaksimalkan LF guna mendapatkan nilai parameter βi sedemikian rupa, sehingga probabilitas untuk mendapatkan nilai Y maksimum. Nilai dugaan βi dapat diperoleh dengan membuat turunan pertama fungsi logaritma dari likelihood function, terhadap setiap nilai parameter (βi) yang akan kita ketahui, kemudian menyamakannya dengan nol (Supranto, 2004).
Uji Kesesuaian Model Logistik
Setelah melakukan pendugaan parameter model, selanjutnya adalah melakukan pengujian kesesuaian model yang dibentuk. Ketepatan model akan diuji dengan menggunakan statistik chi-square (χ2). Statistik χ2 dihitung melalui :
∑
−=
taksiran taksiran
pengama 2
2 ( tan )
χ (6.5)
Chi-squaregoodness of fit test ini digunakan untuk menguji hipotesis :
H0 : Memasukan variabel independen ke dalam model tidak akan menambah kemampuan prediksi model regresi logistik
H1 : Memasukan variabel independen ke dalam model akan menambah kemampuan prediksi model regresi logistik
Sedangkan untuk menguji apakah masing-masing koefisien regresi logistik
signifikan, digunakan statistik uji Wald. Rumus umum statistik uji Wald adalah : 2
. ⎟⎠ ⎞ ⎜
⎝ ⎛ =
E S
Wald β (6.6)
Berdasarkan hipotesis :
H0 : βi = 0 (parameter tidak layak berada dalam model) H1 : βi ≠ 0 (parameter model layak berada dalam model)
(61)
Kaidah pengambilan keputusan (daerah penolakan) untuk kedua uji tersebut adalah tolak hipotesis nol apabila p-value kurang dari α (Uyanto,2006).
Interpretasi Koefisien
Setiap koefisien dalam model regresi logistik (βi) ini mengukur perubahan dalam perkiraan logit. Jika variabel bebas tertentu (Xj) naik 1 unit, sedangkan variabel bebas lainnya tetap, maka secara rata-rata perkiraan logit akan naik atau turun sebesar nilai koefisien tersebut. Interpretasi hasil regresi logistik dapat dilakukan dengan melihat nilai rasio oddsnya. Jika suatu peubah penjelas mempunyai tanda koefisien positif, maka nilai rasio oddsnya akan lebih besar dari satu, atau sebaliknya sebaliknya. Interpretasi terhadap nilai odds ini diperoleh dengan mengambil antilog dari berbagai koefisien. Interpretasi dari nilai odds rasio ini adalah kecenderungan atau peluang Y=1 pada kondisi x=1 sebesar
exp
(βi) kali dibandingkan dengan x=0.(62)
(63)
5.1 Sejarah KOPTAN Mitra Sukamaju
Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju adalah sebuah koperasi yang bergerak di bidang agribisnis, dan merupakan pelopor dalam usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu. Koperasi ini berlokasi di Jalan Pasir Langu No. 51, Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Penduduk Desa Pasir Langu sebagian besar memiliki mata pencaharian utama sebagai petani, yaitu sebanyak 2.563 orang atau sebesar 46,85 persen. Komoditas pertanian yang saat ini banyak diusahakan di Desa Pasir Langu selain waluh adalah paprika, yang kini telah dibudidayakan pada lahan seluas 15 hektar, dengan produksi yang mencapai 6,3 ton/hektar.
KOPTAN Mitra Sukamaju ini awalnya merupakan sebuah kelompok tani, yang didirikan pada tahun 1994 dengan nama Kelompok Tani Sukamaju. Kelompok Tani Sukamaju ini didirikan oleh 11 orang perintis, yang memiliki ketertarikan terhadap komoditas paprika. Para perintis termotivasi untuk mengusahakan paprika hidroponik ini, karena adanya potensi usaha paprika yang cukup cerah.
Pada awalnya, 11 orang perintis Kelompok Tani Sukamaju melakukan percobaan untuk membudidayakan 800 pohon paprika dalam sebuah greenhouse, yaitu pada lahan seluas 200 m2 dengan menggunakan modal patungan. Percobaan tersebut dilakukan oleh para perintis dengan berbekal pengetahuan yang diperoleh secara otodidak, yaitu dari membaca buku mengenai budidaya paprika hidroponik,
(64)
serta dari hasil kunjungan dan pengamatan mereka ke PT Saung Mirwan dan Balitsa. Setelah satu tahun melakukan percobaan, para perintis berhasil memperluas areal penanaman menjadi 600 m2 dengan menanam 1.800 pohon.
Pada tahun 1995, Kelompok Tani Sukamaju berganti nama menjadi Kelompok Tani Mitra Sukamaju dan mulai mengadakan kerjasama dengan PT Saung Mirwan dalam memasarkan paprika hasil produksi mereka. Setelah pasar yang ada dirasakan cukup stabil, maka pada tahun 1997 budidaya paprika hidroponik ini dilakukan secara mandiri oleh masing-masing perintis.
Pada perkembangan selanjutnya, tanggal 13 April 1999, Kelompok Tani Mitra Sukamaju ini menjadi sebuah usaha yang berbentuk koperasi dengan nama Koperasi Petani Mitra Sukamaju dengan nomor badan hukum 180/BH/518-KOP/IV/1999. Perubahan bentuk usaha dari kelompok tani menjadi usaha yang berbadan hukum koperasi ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, diantaranya adalah untuk mempermudah pencarian dana dalam rangka pengembangan usaha serta untuk memperbaiki sistem manajemen agar lebih teratur.
5.2 Tujuan KOPTAN Mitra Sukamaju
KOPTAN Mitra Sukamaju merupakan suatu badan usaha berbentuk koperasi yang berwatak sosial dan didirikan dengan tujuan tertentu. Sama halnya dengan koperasi pada umumnya, KOPTAN Mitra Sukamaju pun memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
KOPTAN Mitra Sukamaju ini memiliki tujuan khusus untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan memberikan berbagai pelayanan. Hal tersebut dilakukan dengan menyediakan sarana produksi dengan harga yang relatif murah,
(65)
serta memberikan berbagai penyuluhan agar pendapatan dan kesejahteraan anggota meningkat melalui usaha paprika hidroponik. Selain itu, KOPTAN Mitra Sukamaju juga berusaha untuk melindungi petani dari harga yang terlalu rendah serta memberikan kepastian pasar bagi para petani paprika.
Lebih umum lagi, KOPTAN Mitra Sukamaju memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Pasir Langu. Hal tersebut dilakukan dengan menyerap tenaga kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran, sehingga kesejahteraan masyarakat Desa Pasir Langu dapat meningkat.
5.3 Kegiatan Bisnis KOPTAN Mitra Sukamaju
KOPTAN Mitra Sukamaju adalah pelopor dalam pengembangan usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu. Kegiatan utama yang dilakukan koperasi ini meliputi kegiatan pengadaan input, proses produksi dan pemasaran.
5.3.1 Kegiatan Pengadaan Input
Kegiatan pengadaan input pada KOPTAN Mitra Sukamaju, dilakukan untuk mempermudah anggota dalam memperoleh sarana produksi dengan harga yang relatif murah. Awalnya, koperasi ini menyediakan input produksi berupa benih, pupuk/nutrisi dan obat-obatan. Namun saat ini, KOPTAN Mitra Sukamaju hanya menyediakan input yang berupa pupuk/nutrisi yang diproduksi sendiri oleh koperasi tersebut.
Koperasi menjual pupuk/nutrisi tersebut baik kepada petani anggota maupun non anggota. Pupuk tersebut dijual dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk yang dijual toko sarana pertanian di
(1)
(2)
Lampiran 2. Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan KOPTAN Mitra Sukamaju
JUMLAH SKOR 1 JUMLAH SKOR 2 JUMLAH SKOR 3 JUMLAH SKOR 4 No JENIS PELAYANAN
(orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
A. PENGADAAN INPUT :
Benih 9 45 11 55 0 0 0 0
Pupuk/Nutrisi 0 0 0 0 4 20 16 80
Obat-obatan/pestisida 17 85 3 15 0 0 0 0
B. PROSES PRODUKSI :
Bimbingan teknis 0 0 0 0 13 65 7 35
Konsultasi teknis 0 0 0 0 11 55 9 45
C. PEMASARAN :
Harga 0 0 3 15 13 65 4 20
Jaminan pasar 0 0 1 5 6 30 13 65
Pembayaran 0 0 10 50 10 50 0 0
D. PENGEMBANGAN USAHA :
Bantuan modal 12 60 8 40 0 0 0 0
E. LAYANAN LAIN :
Simpan/pinjam 1 5 10 50 9 45 0 0
Hubungan kekeluargaan 0 0 0 0 6 30 14 70
TOTAL SKOR 39 17,73 46 20,91 72 32,73 63 28,63
Keterangan :
Skor Kepuasan Anggota : 1 = Sangat Tidak Puas 3 = Puas
2 = Tidak Puas 4 = Sangat Puas
(3)
Lampiran 3. Laporan Keuangan KOPTAN Mitra SUkamaju Tahun 2001-2006
Nilai (Rp) Keterangan
2001 2002 2003 2004 2005 2006 AKTIVA LANCAR 215.136.996 350.040.788 275.700.338 231.918.783 233.292.595 436.003.378 AKTIVA TETAP 85.085.311 64.305.536 84.964.179 65.916.272 79.075.815 61.752.108 TOTAL AKTIVA 300.222.307 414.346.324 360.664.517 297.835.055 312.368.410 497.755.486 HUTANG LANCAR 157.526.246 281.200.508 175.223.250 131.418.284 120.488.000 269.950.452 TOTAL HUTANG 217.896.246 309.422.508 224.741.250 153.418.284 146.813.500 307.337.173 MODAL SENDIRI 72.326.061 94.923.816 125.953.267 134.416.771 155.554.910 180.418.313 PENJUALAN 1.608.410.720 1.773.136.790 1.508.774.920 1.605.534.780 1.988.894.980 3.337.460.000 PIUTANG 154.757.350 272.387.150 247.525.600 201.531.750 179.252.500 338.450.750 PERSEDIAAN 13.120.500 12.350.000 3.838.000 4.000.000 4.180.000 9.180.500 SHU 30.290.418 40.387.964 50.748.433 32.807.721 35.750.000 42.071.543
(4)
(5)
(6)
93
Lampiran 4. Hasil Analisis Rata-rata Pendapatan Usahatani Paprika Anggota dan Non Anggota KOPTAN Mitra Sukamaju Selama Satu Musim Tanam (per 3000 pohon)
Nilai Rata-Rata (Rp) Uraian
Anggota Non Anggota
A. PENERIMAAN TUNAI
Penjualan paprika hijau 23355000 21515000 Penjualan paprika merah 12456000 13614000 Penjualan paprika kuning 5449500 5409000 Total Penerimaan : 41260500 40538000
B. BIAYA TUNAI
Benih 4653000 4676000
Pupuk 7876000 8412000
Pestisida 6860000 6880000
Arang sekam 1489820 1507500
TKLK 3120000 3045000
Pajak 73750 69700
Total Biaya Tunai : 24072570 24590200 (A-B) PENDAPATAN ATAS BIAYA TUNAI 17187930 15947800 C. BIAYA DIPERHITUNGKAN
TKDK 1882500 2700000
Penyusutan 6960000 5920000
Total Biaya Diperhitungkan : 8842500 8620000 D. BIAYA TOTAL (B+C) 32915070 33210200 (A-D) PENDAPATAN ATAS BIAYA TOTAL 8345430 7327800 R/C ATAS BIAYA TUNAI 1,71 1,64 R/C ATAS BIAYA TOTAL 1,25 1,21