6.1.2 Keuangan
Kinerja keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju dinilai dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut dianalisis berdasarkan laporan
keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju yang berupa neraca dan laporan rugilaba. Pos-pos yang ada dalam laporan keuangan KOPTAN Mitra Sukamaju dapat
dilihat pada Lampiran 3. Beberapa rasio keuangan yang dianalisis untuk menilai kinerja KOPTAN Mitra Sukamaju terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas dan rasio aktivitas.
a. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas menunjukan kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju dalam membiayai kewajiban keuangannya, khusunya yang berupa hutang jangka
pendek. Rasio likuiditas yang akan dianalisis ini terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat. Hasil analisis rasio-rasio tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
1,37
1,28 1,24
1,2 1,57
1,55 1,76
1,73 1,94
1,9 1,62
1,58
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4 1,6
1,8 2
N ilai R
asio
2001 2002
2003 2004
2005 2006
Tahun Lancar
Cepat
Gambar 3. Rasio Likuiditas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006
Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa nilai rasio lancar pada KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami penurunan pada tahun 2002 dan merupakan nilai
rasio lancar terendah selama tahun 2001-2006. Nilai rasio lancar pada tahun 2002
adalah sebesar 1,24 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar KOPTAN Mitra Sukamaju hanya dapat dijamin dengan Rp 1,24 aktiva lancar yang
dimilikinya. Pada tahun 2003-2005, nilai rasio lancar KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami peningkatan, yaitu dengan nilai tertinggi pada tahun 2005 yang
mencapai 1,94. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya penurunan hutang lancar koperasi khususnya hutang petani yang turun sebesar 39,98 persen dari
tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2006 nilai rasio lancar KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami penurunan sebesar 16,49 persen. Dengan demikian
kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju dalam memenuhi hutang lancarnya pun mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.
Seperti halnya nilai rasio lancar, nilai rasio cepat KOPTAN Mitra Sukamaju yang terendah juga terjadi pada tahun 2002, karena tingginya nilai persediaan dan
hutang lancar koperasi. Sedangkan pada tahun 2003-2005, nilai rasio cepat KOPTAN Mitra Sukamaju mengalami peningkatan. Nilai rasio cepat pada tahun
2005 merupakan nilai tertinggi yang nilainya mencapai 1,90. Nilai tersebut berarti bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar koperasi dapat dijamin dengan Rp 1,90
aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Pada tahun 2006, nilai rasio cepat KOPTAN Mitra Sukamaju pun mengalami penurunan yaitu sebesar 16,84
persen dari tahun sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan likuiditas KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2006 mengalami penurunan disbanding tahun
sebelumnya, karena adanya peningkatan komponen persediaan dan hutang lancar koperasi tersebut.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas ini digunakan untuk menilai kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju dalam memenuhi kewajiban keuangannya baik yang berupa hutang
jangka pendek maupun jangka panjang apabila koperasi tersebut dibubarkan. Beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas koperasi ini terdiri
dari rasio total hutang dengan modal sendiri serta rasio total hutang dengan total aktiva. Adapaun hasil analisis rasio solvabilitas ini dapat dilihat pada Gambar 4.
3,01
0,73 3,26
0,75 1,78
0,62 1,14
0,52 0,94
0,47 1,7
0,62 0,5
1 1,5
2 2,5
3 3,5
N ila
R a
si o
2001 2002
2003 2004
2005 2006
Tahun Rasio Total
Hutang Dengan Modal Sendiri
Rasio Total Hutang Dengan
Total Aktiva
Gambar 4. Rasio Solvabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006
Rasio total hutang dengan modal sendiri ini menunjukkkan kemampuan modal sendiri KOPTAN Mitra Sukamaju untuk menjamin seluruh hutangnya.
Berdasarkan Gambar 4 di atas, diketahui bahwa pada tahun 2001 total hutang KOPTAN Mitra Sukamaju mencapai 3,01 kali lebih besar dari modal sendiri yang
dimilikinya. Nilai tersebut berarti bahwa KOPTAN Mitra Sukamaju belum mampu menjamin seluruh hutang dengan modal sendiri yang dimilikinya. Tahun
2002-2005 menunjukan terjadinya perbaikan solvabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju, yaitu dengan menurunnya nilai rasio total hutang dengan modal sendiri
koperasi. Bahkan pada tahun 2005 nilai rasio total hutang dengan modal sendiri koperasi turun mencapai nilai 0,94. Nilai tersebut berarti bahwa setiap Rp 1,00
modal sendiri koperasi dapat menjamin Rp 0,94 hutangnya, atau dengan kata lain modal sendiri koperasi pada saat itu sudah dapat menjamin seluruh hutangnya.
Hal tersebut terjadi karena terjadinya peningkatan modal sendiri KOPTAN Mitra Sukamaju yang berasal dari peningkatan komponen cadangan modal. Namun
pada tahun 2006 terjadi penurunan solvabilitas koperasi. Hal tersebut tercermin dari peningkatan nilai rasio total hutang dengan modal sendiri yang nilainya
mencapai 1,70 karena total hutang KOPTAN Mitra Sukamaju mengalamai peningkatan yang cukup tinggi.
Rasio total hutang dengan total aktiva menunjukkan sejauh mana nilai total aktiva yang dimiliki KOPTAN Mitra Sukamaju dibiayai oleh hutangnya. Nilai
rasio ini mengalami fluktuasi yang seiring dengan nilai rasio total hutang dengan modal sendiri. Nilai rasio terendah terjadi pada tahun 2005 karena adanya
peningkatan total aktiva dan penurunan total hutang koperasi. Begitu pula dengan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2001 seperti halnya nilai rasio total hutang
dengan modal sendiri. Pada tahun 2006 nilai rasio ini juga mengalami peningkatan dan menunjukkan semakin besarnya nilai aktiva KOPTAN Mitra
Sukamaju yang dibiayai oleh hutang. Peningkatan nilai rasio ini menunjukkan terjadinya penurunan solvabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju pada tahun 2006
dibanding tahun sebelumnya.
c. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan KOPTAN Mitra Sukamaju untuk memperoleh keuntungan dan efisiensi manajemennya. Beberapa
rasio yang digunakan untuk mengukur rentabilitas koperasi ini dintaranya adalah ROI dan ROE. Adapun hasil analisis rasio rentabilitas pada KOPTAN Mitra
Sukamaju dapat dilihat pada Gambar 5.
0,1 0,42
0,1 0,43
0,14 0,4
0,11 0,24
0,11 0,23
0,08 0,23
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35 0,4
0,45
N ilaiRas
io
2001 2002
2003 2004
2005 2006
Tahun
ROI ROE
Gambar 5. Rasio Rentabilitas KOPTAN Mitra Sukamaju Tahun 2001-2006
Rasio ROI seperti terlihat pada Gambar 5, merupakan rasio rentabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba atas
seluruh aktiva atau investasi yang digunakan. Nilai rasio ROI ini tidak terlalu berfluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2003, nilai rasio ROI KOPTAN Mitra
Sukamaju mengalami peningkatan dan mencapai nilai tertinggi selama enam tahun, yaitu sebesar 0,14. Nilai tersebut berarti bahwa KOPTAN Mitra
Sukamaju mampu menghasilkan laba atau SHU yaitu sebesar Rp 0,14 dari Rp 1,00 total aktivanya. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa KOPTAN Mitra
Sukamaju telah mampu menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh
aktivanya secara efisien. Sedangkan nilai rasio ROI terendah terjadi pada tahun 2006 dengan nilai rasio yang hanya mencapai 0,08, hal tersebut disebabkan karena
meskipun nilai SHU koperasi meningkat, namun nilai total aktiva yang digunakan lebih besar dari tahun sebelumnya. Hal tersebut berarti bahwa kemampuan
KOPTAN Mitra Sukamaju untuk menghasilkan laba dari aktiva yang digunakannya mengalami penurunan, dan koperasi tersebut kurang efisien dalam
menggunakan aktiva untuk menghasilkan laba dalam menjalankan kegiatan usahanya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Rasio ROE menunjukkan kemampuan koperasi dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri. Pada tahun 2001-2002 nilai
rasio ROE KOPTAN Mitra Sukamaju meningkat dan mencapai nilai tertinggi yaitu pada tahun 2002 dengan nilai 0,43. Nilai tersebut berarti bahwa koperasi
mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,43 dari Rp 1,00 modal sendiri yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dengan demikian hal tersebut
juga menunjukkan penggunaan modal sendiri untuk menghasilkan laba semakin efisien. Sebaliknya, pada tahun 2003-2006 terjadi penurunan nilai rasio ROE
dengan nilai terendah sebesar 0,23 yang terjadi pada tahun 2005 dan 2006. Penurunan nilai tersebut menunjukkkan berkurangnya kemampuan KOPTAN
Mitra Sukamaju dalam menghasilkan laba dari modal sendiri yang digunakannya, atau kurang efisiennya penggunaan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi
koperasi dibanding tahun-tahun sebelumnya.