11 output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub sistem hilir meliputi kegiatan
pengolahan produk yang dihasilkan oleh sub sistem budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sedangkan sub sistem penunjang adalah sub
sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem diatas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank mapun non bank, lembaga
penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan pelatihan, transportasi, komunikasi, dan kebijakan-kebijakan pemerintah
.
2.2 Risiko Produksi
Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang akan menimbulkan dampak kerugian. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap keputusan selalu
mengandung risiko. Oleh sebab itu kejelian menanggapi dan meminimalisir risiko merupakan hal wajib yang harus dilakukan setiap perusahaan. Terutama agribisnis
yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha akan sangat membutuhkan penanganan risiko yang efektif. Risiko dalam agribisnis
diantaranya risiko produksi, disini dapat dilihat dalam hal produk yaitu produk tersebut gagal panen, dan rendahnya kualitas produk. Selanjutnya risiko pasar
dapat terjadi karena rendahnya harga jual, bargaining position perusahaan yang rendah dan ketidaktersediaan pasar. Selanjutnya risiko dalam hal teknologi seperti
rusaknya mesin dan alat-alat pertanian. Selain itu risiko yang sering dihadapi oleh dunia agribisnis yaitu risiko pendanaan seperti kredit macet.
Khusus untuk risiko produksi sering kali menjadi risiko yang paling berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Ada banyak sumber risiko produksi
diantaranya cuaca dan iklim. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini 2003 tentang risiko peternakan sapi perah. Pada penelitian ini, sumber
risiko produksi yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan adalah musim hujan dan musim kemarau. Selain itu pengaruh fluktuasi harga jual susu, pakan,
serta pengaruh saluran pemasaran juga berdampak pada pendapatan usaha ini. Hasil analisis risiko pada penelitian ini didapatkan nilai return sebesar Rp
1.623.216,9 dimana nilai tersebut merupakan rata-rata pendapatan bersih selama 12 periode.nilai simpangan baku sebesar Rp 398.441,4 artinya nilai risiko yang
harus dihadapi sebesar Rp 398.441,4 cateris paribus. Nilai koefisien variasi sebesar 0,2 yang berarti bahwa risiko atau fluktuasi pendapatan bersih yang
ditanggung oleh peternak sebesar 20 persen dari pendapatan bersih rata-rata yang diperoleh. Sedangkan nilai pendapatan bersih terendah sebesar Rp 826.334,00
12 artinya bahwa peternak paling sedikit mendapatkan keuntungan sebesar Rp
826.334,00. Agribisnis peternakan khususnya beternak ayam broiler cenderung
memiliki tingkat risiko yang tinggi. Fluktuasi harga input maupun output menjadi faktor yang paling besar penyebab risiko. Penelitian yang dilakukan Robi’ah
2006 dan Herawati 2001 sesuai dengan pernyataan diatas dimana penelitian robi’ah menyatakan bahwa tingginya tingkat risiko yang dihadapi usahaternak
ayam broiler pada Sunan Kudus Farm SKF adalah sebesar 1,3. Tingginya tingkat risiko tersebut dikarenakan fluktuasi harga input pakan dan DOC dengan
struktur pasar oligopoly, fluktuasi harga output dengan struktur pasar persaingan tidak sempurna serta fluktuasi hasil produksi yang bergantung pada kondisi alam
yang menyebabkan risiko yang dihadapi tinggi. Penelitian Herawati 2001 juga menyatakan bahwa biaya biaya paling besar yang dikeluarkan CV Pekerja Keras
dalam produksinya adalah biaya pakan sebesar 62,55 persen dan DOC sebesar 29,23 persen. Sedangkan biaya obat dan vaksin, biaya tenaga kerja, biaya sewa
kandang dan biaya lain-lain relatif kecil yaitu sebesar 4,06 persen, 1,34 persen, 1,23 persen dan 0,33 persen.
Risiko produksi pada peternakan ayam broiler tergolong besar, perubahan cuaca dan penyakit menjadi hal yang paling berpengaruh terhadap risiko produksi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Aziz 2009 tentang analisis risiko dalam usaha ternak ayam broiler studi kasus peternakan ayam broiler milik Bapak Restu di
Desa Tapos Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini adalah usaha tersebut memiliki risiko harga, produksi dan sosial yang berakibat
pendapatan berfluktuasi tajam. Khusus untuk risiko produksi disebabkan oleh cuaca, iklim dan penyakit. Pada dasarnya risiko produksi yang disebabkan oleh
penyakit dan keadaan cuaca tidak hanya menyerang usahaternak ayam broiler akan tetapi hal ini juga terdapat pada usaha agribisnis secara keseluruhan.
Beberapa penelitian terdahulu yang telah dijabarkan diatas merupakan referansi bagi peneliti, atau tolak ukur dalam melakukan penelitian ini.
Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko produksi khususnya pada sub sektor peternakan cenderung dipengaruhi oleh
cuaca, karena cuaca berpengaruh langsung terhadap kehidupan ternak. Selain itu berbagai jenis penyakit ternak juga sangat berpengaruh signifikan bagi risiko
produksi peternakan.
13
2.3 Penyakit Ayam Broiler