Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi

45

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi

Identifikasi sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung, wawancara dan menganalisis laporan produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Alur kegiatan produksi ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dimulai dari tahap pemanasan, pertumbuhan, panen serta pasca panen. Secara umum risiko produksi di peternakan ayam broiler milik Bapak Restu berupa kematian ayam yang dibudidayakan. Risiko tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa sumber. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, wawancara, dan analisis laporan produksi terhadap proses pemeliharaan ayam broiler di lokasi penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber timbulnya risiko produksi. Pada bab pembahasan ini, sebelum penjabaran tentang sumber-sumber risiko produksinya terlebih dahulu dilihat faktor yang menyebabkan timbulnya sumber risiko produksi tersebut. Hal yang menjadi perhatian dan peranan penting dalam identifikasi sumber-sumber risiko produksi yaitu keberadaan sumberdaya manusia SDM. SDM selalu memiliki peranan penting dalam setiap kegiatan manusia tidak terkecuali kegiatan bisnis seperti yang dijalankan oleh peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Kegiatan bisnis selalu memberdayakan teknologi dalam menjalankan usahanya. Meskipun suatu bisnis telah menggunakan teknologi modern, namun keberadaan SDM akan tetap menjadi prioritas penting, apalagi bisnis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknologi yang masih sederhana, tentu akan lebih membutuhkan kedisiplinan dan keuletan SDM nya. Berdasarkan pemaparan diatas disimpulkan bahwa timbulnya beberapa sumber risiko di bawah ini berkaitan erat dengan keberadaan SDM. SDM tidak dikategorikan menjadi sumber risiko namun menjadi faktor yang mendorong timbulnya beberapa sumber risiko produksi, karena ketidakdisiplinan SDM tersebut tidak memberikan dampak langsung terhadap kematian ayam, tetapi memberikan kontribusi atas timbulnya sumber risiko produksi. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu diantaranya adalah kepadatan ruang, cuaca, hama predator dan penyakit. Proses identifikasi harus melihat bagaimana urutan terjadinya beberapa sumber risiko karena sumber risiko 46 yang terjadi saling berhubungan dan tidak bisa dipisah satu sama lain. Berdasarkan urutan sumber risiko yang terjadi pada satu waktu, maka dapat ditentukan sumber risiko yang menyebabkan kematian ayam pada waktu yang sama. Salah satu contoh urutan sumber risiko yang terjadi pada satu waktu adalah kepadatan ruang dengan penyakit. Sebelum munculnya penyakit yang menyerang pembudidayaan ayam broiler, kepadatan ruang telah berpengaruh terlebih dahulu terhadap kematian ayam sehingga meskipun ayam yang berada di dalam kandang tidak terkena penyakit tetapi kematian ayam kemungkinan besar akan tetap terjadi. Berdasarkan contoh dan pemaparan di atas maka sangat dibutuhkan kejelian dan ketelitian dalam proses identifikasi sumber risiko dan seberapa besar pengaruh sumber risiko tersebut terhadap kematian ayam. Penjelasan dari keempat sumber risiko produksi yang teridentifikasi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dan pengaruh keberadaan SDM terhadap timbulnya sumber risiko produksi tersebut dijelaskan dibawah ini. 1. Kepadatan ruang Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu memiliki 10 buah kandang dengan luasan rata-rata, 300 m 2 untuk kapasitas 5000 ekor ayam dan 200 m 2 untuk kapasitas 4000 ayam, dan kedua jenis kandang tersebut berlantai 2 sehingga setiap lantai diisi setengah kapasitas kandang. Pembagian lantai menjadi 2, disatu sisi mengakibatkan kepadatan ruang menjadi berkurang, namun kepadatan ruang sangat erat hubungannya dengan sirkulasi udara. Sedangkan pada kandang yang memiliki lantai 2 sirkulasi udara otomatis akan kurang dan kotoran ayam yang berada pada lantai atas akan sangat mempengaruhi kualitas udara yang dihirup oleh ayam pada lantai bawah. Sisi negatif ini apabila diabaikan akan berpengaruh besar terhadap kematian ayam. Faktor lain yang menyebabkan tingginya pengaruh kepadatan ruang terhadap kematian ayam adalah tidak adanya ventilasi bantuan pada setiap kandang. Ventilasi bantuan tersebut berupa kipas yang dapat menghembuskan udara segar dari luar kandang sehingga udara busuk yang ada di dalam kandang akan terdesak keluar. Oleh karena itu kepadatan ruang menjadi salah satu sumber risiko yang sangat dirasakan oleh peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Mengacu pada data produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, pengaruh kepadatan ruang terhadap kematian ayam broiler terjadi pada semua periode produksi. Berdasarkan pemaparan di awal, bahwa proses identifikasi harus melihat sumber risiko yang paling dekat dengan kematian ayam. Hal ini 47 menjadikan kematian ayam yang disebabkan oleh kepadatan ruang akan sangat berfluktuasi, karena tidak pada semua periode produksi terjadi sumber risiko lain seperti hama, penyakit dan cuaca. Namun kematian ayam yang terjadi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini tetap tidak berkurang signifikan. Sumber risiko lain yang tidak muncul pada suatu periode tertentu menjadikan jumlah kematian ayam yang disebabkan kepadatan ruang menjadi lebih besar. Sebab berdasarkan urutan terjadinya sumber risiko, tidak ada lagi teridentifikasi sumber risiko berikutnya setelah kepadatan ruang yang menyebabkan kematian ayam broiler pada waktu yang sama. Namun apabila terdeteksi muncul sumber risiko lain setelah adanya kepadatan ruang yang telah berpengaruh sejak awal, misalnya penyakit dan pada kenyataannya terjadi kematian ayam, maka sumber risiko penyakitlah yang teridentifikasi penyebab kematian tersebut karena berdasarkan urutan terjadinya sumber risiko, penyakit lebih dekat dengan kematian ayam dibandingkan kepadatan ruang yang telah berpengaruh sebelumnya. Tabel 11 akan memperlihatkan tingkat kematian ayam yang disebabkan oleh sumber risiko kepadatan ruang. Tabel 11 . Jumlah Kematian Ayam karena Kepadatan Ruang pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Periode Waktu pemeliharaan Kematian ayam ekor 1 1262009 sd 2172009 1013 2 782009 sd 1292009 1797 3 5102009 sd 14112009 140 4 11122009 sd 2112010 1612 5 2222010 sd 542010 354 6 352010 sd 1362010 143 7 1372010 sd 1882010 1615 8 2492010 sd 8112010 546 9 11122010 sd 2112010 122 10 1122011 sd 2232011 176 Total 7518 Berdasarkan Tabel 11, terlihat fluktuasi kematian ayam yang disebabkan oleh kepadatan ruang. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kemunculan sumber risiko lain setelah kepadatan ruang akan sangat mempengaruhi kematian ayam yang diidentifikasi disebabkan oleh kepadatan ruang. Pada periode pertama, pada dasarnya ayam tidak terkena penyakit namun jumlah kematian tidak berkurang signifikan. Oleh sebab itu kematian karena kepadatan ruang akan menjadi besar karena sumber risiko yang paling dekat dengan kematian ayam adalah kepadatan ruang. Begitu juga dengan yang terjadi pada 2 periode produksi terakhir, karena ayam yang berada pada kandang-kandang pemeliharaan banyak yang terkena 48 penyakit dan menyebabkan kematian, otomatis pengaruh kepadatan ruang akan berkurang karena urutan sumber risiko yang lebih dekat dengan kematian ayam adalah penyakit. 2. Cuaca Musim hujan yang terjadi cukup ekstrim khususnya di Bogor sangat berdampak negatif terhadap usaha ini, selain itu cuaca Bogor yang sering berubah-ubah dari hujan ke panas menjadi sumber risiko produksi yang sangat dirasakan dampaknya secara umum bagi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Hal tersebut dikarenakan musim hujan dan cuaca panas akan mempengaruhi kondisi tubuh ayam. Ketahanan tubuh ayam akan sangat menurun apabila terjadi perubahan cuaca yang cukup ekstrim tersebut. Kondisi tubuh ayam pada musim hujan yang rentan terhadap penyakit, tentu saja akan menyebabkan kerugian bagi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Karena pada cuaca seperti itu tingkat mortalitas ayam akan tinggi. Siklus alam yang secara alami berubah-ubah dari hujan ke panas menjadikan hal tersebut tidak dapat dihindari dan akan berulang setiap tahunnya, sehingga pembudidaya ayam broiler hanya dapat berusaha untuk meminimalisir kerugian yang akan ditimbulkan dengan beberapa upaya-upaya tertentu. Bentuk upaya yang dapat dilakukan oleh pihak peternakan adalah dengan selalu memberikan Pro Herba-C apabila terjadi hujan karena udara didalam kandang akan menjadi lebih dingin dan lembab. Pro Herba-C memiliki kasiat dapat meningkatkan suhu tubuh ayam yang telah kedinginan karena hujan, dan nafsu makan ayam yang sebelumnya sempat berkurang karena udara dingan akan kembali meningkat. Berdasarkan data produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dari 10 periode terakhir atau dari Juni 2009 sampai Maret 2011, diketahui bahwa terjadi curah hujan yang tinggi pada kurun waktu Oktober 2009 sampai November 2009 dan Desember 2010 sampai Maret 2011. Pada kurun waktu tersebut pengaruh curuh hujan sangat tinggi terhadap tingkat mortalitas ayam. Pada periode ketiga yang terjadi pada Oktober 2009 sampai November 2009 tingkat mortalitas ayam mencapai 7,33 persen, sedangkan pada periode 9-10 tingkat mortalitas ayam berturut-turut adalah sebesar 5,16 persen, 8,20 persen. Khusus untuk periode terakhir merupakan tingkat mortalitas tertinggi yang disebabkan curah hujan. Hasil wawancara dengan beberapa anak kandang, memang terjadi curah hujan yang lebih tinggi dan intensitas yang lebih sering pada kurun waktu Februari sampai Maret 2011 sehingga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan 49 ayam dan tingkat mortalitas. Sedangkan pada Mei 2010 sampai Juni 2010 cuaca panas mengakibatkan ayam kehilangan daya tahan tubuh, dan kondisi tersebut berkontribusi mengakibatkan mortalitas ayam sebesar 6,68 persen. Cuaca panas yang terjadi pada Bulan Mei-Juni 2010 memang sangat dirasakan oleh peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Pada kurun waktu tersebut udara didalam kandang menjadi panas sehingga mengurangi oksigen yang ada di dalam kandang. Udara panas yang ada di dalam kandang akan menyebabkan akumulasi CO 2 meningkat dan efek lanjutannya yaitu pertumbuhan ayam broiler menjadi lambat, hal tersebut sesuai dengan Rasyaf 2007. Berdasarkan penjelasan di atas, seringnya perubahan cuaca yang cukup ekstrim khususnya di daerah Bogor berdampak negatif terhadap usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Sesuai dengan penjelasan pada alinea awal bahwa SDM memberikan pengaruh besar terhadap timbulnya sumber risiko produksi cuaca. Kurangnya kedisiplinan anak kandang dalam melakukan buka tutup tirai menjadi perhatian dalam melakukan identifikasi ini. Hal ini menjadi sangat penting karena cuaca di daerah Bogor yang berubah-ubah dengan cukup ektrim, sehingga kondisi ayam akan sangat rentan lemah apabila sistem buka tutup tirai tidak dijalankan dengan efektif. Selain itu kegiatan yang juga harus selalu diperhatikan yaitu pemberian air jahe atau Pro Bio Herba-C dengan tepat waktu apabila melihat kondisi cuaca yang mulai sering terjadi hujan. Khusus untuk cuaca panas kebutuhan air akan menjadi lebih tinggi, akibatnya para anak kandang dituntut untuk lebih sering memberikan minum pada ayam. Tabel 12 akan memperlihatkan tingkat kematian ayam yang disebabkan oleh pengaruh cuaca. 50 Tabel 12 . Jumlah Kematian Ayam karena Pengaruh Cuaca pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Periode Waktu pemeliharaan Kematian ayam ekor 1 1262009 sd 2172009 2 782009 sd 1292009 3 5102009 sd 14112009 417 4 11122009 sd 2112010 5 2222010 sd 542010 6 352010 sd 1362010 431 7 1372010 sd 1882010 8 2492010 sd 8112010 9 11122010 sd 2112010 332 10 1122011 sd 2232011 529 Total 1.709 3. Hama Predator Hama merupakan organisme pengganggu atau pemangsa. Peternakan ayam broiler milik Bapak Restu berdiri diatas lahan terbuka yang dibangun kandang-kandang pemeliharaan. Sehingga kemungkinan terdapatnya serangan hama cukup besar. Organisme yang menjadi hama pemangsa bagi peternakan ayam broiler ini adalah kucing, musang dan anjing. Khusus untuk hama predator anjing, akhir-akhir ini sudah tidak pernah lagi memangsa. Pemangsa ini kebanyakan melakukan kegiatannya pada malam hari sehingga para anak kandang cukup kesulitan untuk mendeteksi dan melakukan pencegahan. Hal yang menjadi pendukung stabilitas hama tersebut adalah karena lingkungan peternakan ayam broiler milik Bapak Restu masih alami dan memiliki banyak pepohonan. Satu- satunya cara yang dilakukan oleh anak kandang selama ini adalah dengan mengecek kondisi keadaan kandang lebih sering pada malam hari. Proses identifikasi kematian yang disebabkan oleh hama ini tidak terlalu sulit, karena hama predator tersebut tidak memakan semua bagian tubuh ayam. Oleh sebab itu penghitungan kematian ayam yang karena serangan hama menjadi lebih mudah. Kematian ayam yang terjadi karena keberadaan hama berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen peternakan ayam broiler milik Bapak Restu yaitu terjadi setiap periodenya mulai dari periode 1-10. Serangan hama ini sering terjadi pada waktu umur ayam masih dibawah 2 minggu karena pemangsa lebih leluasa untuk memangsa, sebab ayam yang masih kecil tidak dapat menghindar atau takut. Ayam yang masih kecil dengan bobot tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan pemangsa tidak akan memberikan perlawanan terhadap serangan hama, sehingga hama predator akan lebih leluasa dalam menjalankan aksinya. Sedangkan apabila ayam sudah lebih dari 2 miggu atau sudah memiliki bobot yang besar, predator tersebut juga takut untuk memangsa ayam ini. 51 Pergerakan ayam yang terkejut pada waktu masuknya hama ke dalam kandang akan memberikan efek takut terhadap hama tersebut, terlebih lagi bobot ayam yang besar menjadikan hama enggan untuk memakan korbannya itu. Namun karena pada waktu ayam broiler umur di bawah 2 minggu selalu terjadi serangan hama maka hal tersebut menunjukkan frekuensi terjadinya risiko produksi yang disebabkan serangan hama ini sangat tinggi dan mengindikasikan perlunya penanganan yang lebih signifikan terhadap serangan hama. Tabel 13 akan memperlihatkan fluktuasi jumlah kematian ayam yang disebabkan oleh serangan hama predator. Tabel 13 . Jumlah Kematian Ayam karena Hama Predator pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Periode Waktu pemeliharaan Kematian ayam ekor 1 1262009 sd 2172009 53 2 782009 sd 1292009 95 3 5102009 sd 14112009 139 4 11122009 sd 2112010 85 5 2222010 sd 542010 118 6 352010 sd 1362010 144 7 1372010 sd 1882010 85 8 2492010 sd 8112010 137 9 11122010 sd 2112011 111 10 1122011 sd 2232011 176 Total 1.143 Jumlah kematian ayam tertinggi yang disebabkan oleh serangan hama terjadi pada periode terakhir sebanyak 176 ekor. Pada kurun waktu Februari sampai Maret 2011 juga terjadi curah hujan yang tinggi, hal tersebut memiliki korelasi dengan serangan hama karena pada waktu hujan yang terjadi terus menerus membuat musang yang memiliki habitat alami disekitar kandang pemeliharaan lebih sering masuk ke dalam kandang. Hipotesis ini memang belum dibuktikan secara ilmiah, namun berdasarkan wawancara dengan pihak peternakan dan juga dari jumlah kematian ayam, hal ini cukup relevan. 4. Penyakit Penyakit yang menyerang ayam broiler merupakan faktor terbesar penyebab mortalitas. Ada beberapa jenis penyakit yang meyerang pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu yaitu cronic respiratory disease, infectious bursal disease , colibacillosis, dan newcastle disease. Penyakit ayam ini kebanyakan disebabkan oleh virus dan bakteri. Selain itu ada beberapa faktor pendukung penyebaran penyakit diantaranya perubahan kelembaban dan 52 temperatur lingkungan, perubahan musim, kebersihan kandang dan peralatan, kualitas ransum serta keadaan ayam. Kematian ayam yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut terjadi pada beberapa periode produksi diantaranya periode ketiga, periode kelima, periode keenam, dan periode 8-10. Selain frekuensi terjadinya yang cukup tinggi, dampak yang ditimbulkannya juga besar, tentu saja ini akan sangat merugikan bagi peternak. Oleh karena itu penanganan terhadap penyakit yang menyerang ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ini harus dilakukan dengan baik dan benar. Kemunculan penyakit menjadi sumber risiko yang teridentifikasi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu memiliki hubungan erat dengan SDM dan sarana prasarana yang ada pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Kebersihan peralatan, sumber air dan struktur kandang terindikasi menjadi faktor penyebab seringnya penyakit menyerang ayam pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Peralatan seperti tempat pakan dan minum tidak dibersihkan pada waktu pemberian pakan dan minum buat ayam dan cenderung kotor. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang anak kandang, kegiatan sterilisasi peralatan ini tidak begitu penting menurut anak kandang khususnya tempat minum, asalkan air yang diberikan tidak terlihat keruh. Selain itu proses pemberian minum yang tidak steril juga merupakan faktor pendukung lain. Kegiatan ini dilakukan dengan memasukkan tempat minum yang sebelumnya sudah kotor karena dipakai ke dalam tong penampungan air minum. Hal ini akan sangat merugikan bagi perkembangan ayam. Perlakuan seperti ini tentu saja akan sangat berbahaya karena tempat minum yang akan kembali digunakan telah terkontaminasi kotoran. Selain itu sumur yang menjadi sumber air minum bagi ayam` juga terlihat tidak terawat dengan banyaknya tumbuhan lumut yang menutupi permukaan sumur. Gambar 16 di bawah ini merupakan salah satu sumur yang menjadi sumber air bagi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. 53 Gambar 16 . Salah Satu Sumur pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Berdasarkan Gambar 16 terlihat bahwa sumur yang merupakan sumber air untuk minum ayam tidak terjaga dengan baik. Hal tersebut terindikasi dari banyaknya tumbuhan lumut yang menutupi permukaan sumur, sehingga air yang berada di dalam sumur tidak terlihat. Terakhir faktor pendukung tingginya mortalitas ayam yang diakibatkan adanya penyakit adalah struktur kandang yang beralaskan tanah dan berlantai dua. Hal ini menjadi faktor pendukung timbulnya penyakit karena sirkulasi udara kurang baik dan sekam yang terpakai dari awal DOC masuk tidak dibuang melainkan hanya ditimbun lagi dengan sekam baru, akibatnya bibit penyakit yang telah bersarang di sekam awal tidak hilang dan berpotensi menimbulkan penyakit. Tabel 14 akan memperlihatkan fluktuasi jumlah kematian ayam broiler yang disebabkan oleh penyakit. Tabel 14 . Jumlah Kematian Ayam karena Penyakit pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu Periode Waktu pemeliharaan Kematian ayam ekor 1 1262009 sd 2172009 2 782009 sd 1292009 3 5102009 sd 14112009 2.090 4 11122009 sd 2112010 5 2222010 sd 542010 1.769 6 352010 sd 1362010 2.156 7 1372010 sd 1882010 8 2492010 sd 8112010 2.051 9 11122010 sd 2112010 1.654 10 1122011 sd 2232011 2.644 Total 12.364 Berdasarkan Tabel 14, jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit terbesar terjadi pada periode 10 sebanyak 2.644 ekor ayam. Jenis penyakit yang menyerang pada setiap periode tidak sama. Pada periode 3 jenis penyakit yang menyerang adalah colibacillosis, pada periode 5 penyakit yang menyerang adalah cronic respiratory disease, begitupun pada periode ke 6 cronic respiratory 54 disease menjadi sumber penyebab kematian ayam. Sedangkan pada period eke 8- 10 penyakit yang menyerang peternakan ayam broiler milik Bapak Restu lebih komplek yaitu cronic respiratory disease, infectious bursal disease, colibacillosis, dan newcastle disease dengan kata lain semua jenis penyakit ada pada ketiga periode terakhir tersebut.

6.2 Analisis Probabilitas Risiko Produksi