Biaya Variabel Usaha Ayam Kampung

53 Pemeliharaan DOC yang berjumlah 100 ekor membutuhkan baki berjumlah 2 buah. Tempat makan yang di gantung dengan jumlah 100 ekor membutuhkan 4 buah. Jenis tempat makan yang digunakan ada dua yaitu sedang dan besar yang berukuran tiga kilogram dan delapan kilogram. Ukuran Jumlah tempat makan harus mencukupi sesuai dengan yang dibutuhkan agar ayam kebagian makanaan dan tidak terlambat memperoleh makanan. Tempat air minum yang digunakan terbuat dari plastik dengan volume 1, 3 dan 5 liter. Jenis ukuran satu liter biasanya digunakan untuk DOC dengan kapasitas ayam 100 ekor menggunakan dua buah. Setelah berumur tiga minggu tempat minum berukuran sedang dan besar digunakan untuk kapasitas ayam tergantung dari jumlah ayam yang dipelihara. Selain itu kepemilikan jumlah peralatan yang digunakan oleh peternak adalah tergantung dari modal yang dimiliki oleh peternak. Pada dasarnya kebutuhan jumlah peralatan yang digunakan oleh KEPRAKS mempunyai perbandingan dengan jumlah ayam yang dimiliki setiap peternak. Berdasarkan data di atas total rata-rata biaya penyusutan peralatan per 100 ekor ayam hidup adalah Rp 10.746. Urutan biaya penyusutan peralatan dapat dilihat yaitu peternak ukuran kecil sebesar Rp 12.090, peternak ukuran besar Rp 12.081 dan peternak ukuran sedang Rp 9.406. Terlihat bahwa biaya rata-rata penyusutan peralatan yang paling rendah adalah pada peternak ukuran sedang. Rata - rata nilai biaya penyusutan setelah dibagi per 100 ekor ayam hidup untuk peternak ukuran sedang lebih kecil dibandingkan dengan peternak ukuran kecil dan ukuran besar. Hal ini terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk peternak ukuran sedang lebih efisien dibanding dengan peternak ukuran kecil. Salah satu contoh satu ember digunakan peternak untuk 200 DOC dan 500 DOC sehingga dapat dilihat perbandingannya.

7.2 Biaya Variabel Usaha Ayam Kampung

Biaya variabel adalah biaya yang besarannya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Berdasarkan biaya variabel diperoleh biaya DOC, pakan, dan tenaga kerja merupakan biaya yang paling tinggi dari pada biaya variabel lainnya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kebutuhan yang dikeluarkan yang paling besar. Jumlah 54 biaya semakin besar seiring dengan bertambahnya populasi ayam yang diusahakan. Biaya variabel rata-rata usaha ayam kampung per 100 ekor ayam hidup, dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Ayam Kampung Per 100 Ekor Ayam Hidup Keterangan Ukuran Kecil Ukuran Sedang Ukuran Besar Total ≤ 499 ekor DOC, n= 7 500-999 ekor DOC, n = 15 ≥ 1000 ekor DOC, n = 8 n = 30 Nilai Nilai Nilai Nilai Rp Rp Rp Rp DOC 508.112 25,82 550.344 27,87 570.055 29,36 545.746 27,79 Pakan 1.186.975 60,32 1.171.861 59,35 1.184.710 61,02 1.178.814 60,02 Vaksin dan Herbal 64.668 3,29 29.347 1,49 20.683 1,07 35.278 1,80 Bahan Bakar Pemanas 20.709 1,05 15.643 0,81 25.114 1,29 19.351 0,99 Sekam 3.841 0,20 3.049 0,15 4.664 0,24 3.665 0,19 Listrik 4824 0,25 5126 0,26 5.182 0,27 5.071 0,26 Tenaga Kerja 114.499 5,82 157.840 7,99 82.537 4,25 127.646 6,50 Lainnya 9.015 0,46 10.161 0,51 10.012 0,52 9.854 0,50 Total Biaya Variabel Rata-rata 1.912.645 97,20 1.936.612 98,08 1.892.946 97,49 1.919.375 97,72 Total Biaya Rata- rata 1.967.708 100 1.974.510 100 1.941.603 100 1.964.147 100 Berdasarkan Tabel 15 diperoleh total keseluruhan peternak biaya variabel rata-rata sebesar Rp 1.964.147 97,72. Biaya variabel yang paling besar adalah pada biaya DOC 27,79 persen dan biaya Pakan 60,02 persen sedangkan biaya variabel yang lain rata-rata 1,71 persen. Hal ini menjelaskan bahwa biaya usaha ayam kampung di KEPRAKS paling besar adalah pada biaya DOC dan biaya pakan. Berdasarkan ukuran setiap peternak, biaya pakan dan DOC yang dikeluarkan baik ukuran kecil, sedang dan besar secara keseluruhan hampir sama. Selanjutnya bila dilihat berdasarkan ukuran peternak total biaya variabel paling tinggi yaitu pada peternak ukuran sedang sebesar Rp 1.974.510 dan total biaya variabel terendah dikeluarkan oleh peternak ukuran besar sebesar Rp 1.941.063. Perbedaan ini terjadi karena biaya DOC dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petenak ukuran sedang lebih besar dibanding peternak ukuran 55 kecil. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh mortalitas yang dikeluarkan oleh setiap peternak yang berbeda-beda. Akan tetapi secara keseluruhan biaya yang keluarkan oleh peternak dapat dilihat yaitu hampir sama. Tingkat kematian pada peternak ukuran kecil sebesar empat persen, peternak ukuran sedang tiga persen dan peternak ukuran besar sebesar empat persen. Urutan biaya DOC dapat diurutkan dari setiap ukuran yaitu peternak ukuran besar sebesar Rp 570.055 atau 29,36 persen, peternak ukuran sedang Rp 550.334 atau 27, 87 persen dan biaya DOC paling kecil pada peternak ukuran kecil Rp 508.112 atau 25,82 persen. Akan tetapi pada dasarnya biaya DOC secara keseluruhan adalah sama. Harga DOC pada saat penelitian baik pada ukuran kecil, sedang dan besar adalah Rp 5.500. Biaya pakan pada usaha di KEPRAKS yaitu peternak ukuran kecil sebesar Rp 1.186.975 atau 60,32 persen, peternak ukuran besar Rp 1.184.710 atau 61,02 persen dan pada peternak ukuran sedang Rp 1.171.861 atau 59,35 persen. Berdasarkan hasil perhitungan ini dapat dilihat bahwa biaya pakan yang dikeluarkan oleh peternak hamper sama. Hal ini mengidentifikasikan bahwa peternak memperoleh pakan dengan harga yang sama. Adanya peran kelompok dalam usaha ayam kampung sangat jelas karena biaya variabel yang paling besar adalah biaya pakan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. DOC dan pakan merupakan biaya yang paling besar dari pada biaya variabel lainnya. Jumlah biaya akan semakin besar seiring dengan bertambahnya populasi ayam yang dibudidayakan. Biaya variabel terbesar yang harus dikeluarkan adalah biaya untuk pembelian pakan. Sama halnya dengan penelitian Febridinia 2009 menyatakan bahwa komponen biaya terbesar dalam usaha ternak ayam broiler adalah biaya pakan yaitu sebesar 60,23 persen. Jenis vaksin dan herbal yang digunakan oleh kelompok adalah jenis yang sudah ditetapkan oleh kelompok. Pemberian vaksin pada dasarnya digunakan untuk membuat ayam kampung kebal terhadap suatu penyakit seperti bakteri dan virus. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata biaya obat per 100 ekor untuk masing-masing peternak diperoleh biaya yang berbeda-beda. Biaya vaksin dan herbal yang paling besar yaitu pada peternak kecil sebesar Rp 64.668 atau 3,29 56 persen dan biaya yang paling kecil adalah peternak ukuran besar sebesar Rp 20.763 atau 1,07 persen. Berdasarkan rata-rata biaya yang dikeluarkan dari total keseluruhan peternak adalah Rp 35.293 atau sebesar 1.80 persen. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan untuk 100 ekor ayam hidup diperoleh input vaksin yang digunakan oleh peternak kecil sebanyak sembilan milli liter, peternak sedang lima mililiter dan peternak besar empat milli liter untuk 100 ekor. Artinya pembelian vaksin dengan dosis yang lebih besar biaya yang dikeluarkan lebih efisien dari pada dosis ayam yang lebih kecil. Aggota KEPRAKS pada umumnya menggunakan gas sebagai bahan bakar. Sebelumnya peternak menggunakan minyak tanah tetapi karena minyak tanah mahal maka anggota KEPRAKS mengganti bahan bakar. Bentuk gas yang dimiliki oleh peternak sangatlah berbeda-beda. Peternak dengan ukuran kecil dan sedang menggunakan gas yang berukuran tiga kilogram dengan harga 15.000,00 tabung sedangkan untuk peternak besar menggunakan gas 12 Kg dengan harga Rp 85.000tabung. Rata-rata jumlah gas yang dibutuhkan untuk 100 ekor ayam hidup adalah empat kilogram. Biaya yang dikeluarkan baik peternak ukuran kecil, sedang dan besar adalah berbeda. Biaya bahan bakar pemanas yang paling besar adalah pada peternak ukuran besar yaitu Rp 25.114 atau 1.29 persen. Biaya bahan bakar pemanas paling kecil yaitu sebesar Rp 15.643 atau sebesar 0.81 persen pada peternak ukuran sedang. Hal ini terjadi karena biaya gas ukuran 12 kg dalam satu kilogram lebih mahal dari pada gas ukuran tiga kilogram sehingga biaya peternak ukuran besar menjadi lebih besar. Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak pemakaian gas dengan jumlah produksi diatas 1000 ekor dengan menggunakan gas 12 kg lebih efisien. Artinya gas ukuran 12 kilogram lebih lama dibanding tiga kilogram. Sekam dalam usaha ayam kampung di KEPRAKS digunakan sebagai bahan dasar litter disetiap kandang. Litter yang digunakan berfungsi sebagai penghisap kotoran ayam. Harga sekam saat penelitian adalah Rp 1.500,00 per karung. Kebutuhan sekam untuk 100 ekor adalah sekitar 2 karung atau seharga Rp 3.000,00. Biaya sekam diperoleh paling besar pada peternak besar yaitu sebesar Rp 4.676 atau 0.24 persen sedangkan biaya paling kecil pada peternak ukuran 57 sedang yaitu sebesar Rp 3.049 atau 0.15 persen. Perbedaan ini terjadi karena peternak ada yang menggunakan sekam dan ada yang tidak. Hal ini terjadi karena jenis kandang yang digunakan oleh anggota KEPRAKS ada yang berada diatas air sehingga tidak memerlukan sekam. Biaya listrik pada ukuran kecil, sedang dan besar per 100 ekor ayam hidup adalah hampir sama. Hal ini terjadi karena listrik yang dipakai hanya pada saat DOC berumur tiga minggu. Setelah tiga minggu listrik tidak digunakan bertujuan untuk menghindari munculnya sifat kanibalisme ayam kampung pada malam hari. Jumlah biaya yang dikeluarkan yaitu rata-rata dari total keseluruhan sebesar Rp 5.076 atau 0.26 persen. Penerangan kandang ayam kampung dilakukan hanya selama ayam berumur 15 hari kemudian listrik dikurangi secara merata. Pengurangan dilakukan agar saat lampu dimatikan ayam tidak terlalu stress dan akan terbiasa dalam dengan kondisi kandang yang gelap. Tenaga kerja merupakan input operasional. Tenaga kerja yang digunakan oleh anggota KEPRAKS adalah peternak sendiri. Peternak yang mempunyai anak kandang adalah peternak yang mempunyai ayam diatas 2000 ekor. Anak kandang yang digunakan bertujuan untuk mengurus kandang setiap waktu dan membersihkan segala peralatan kandang. Biaya tenaga kerja pada usaha ayam kampung 100 ekor diperoleh biaya yang paling tinggi yaitu pada peternak ukuran kecil dan ukuran sedang. Pada dasarnya tenaga kerja yang pakai untuk peternak ukuran kecil dan sedang adalah menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja peternak ukuran besar menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Perhitungan biaya tenaga kerja dalam usaha ayam kampung dilakukan sama pada peternak ukuran kecil, sedang dan besar. Biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan HOK selama satu hari kerja. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja untuk 100 ekor ayam hidup sebanyak lima HOK. Biaya satu HOK selama penelitian yaitu Rp 25.000. Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran air PAM dan pembelian kapur. Jumlah biaya yang diperoleh untuk rata-rata produksi 100 ekor memperoleh nilai yang hampir sama. Deterjen dan desinfektan digunakan peternak untuk membersihkan kandang dan seluruh peralatan produksi. Deterjen 58 disediakan oleh peternak, sedangkan desinfektan sudah disiapkan oleh pemerintah. Berdasarkan biaya total variabel usaha ayam kampung baik peternak ukuran kecil, sedang dan besar adalah hampir sama. Hal ini menunjukkan penggunaan input yang dikeluarkan oleh peternak sudah memenuhi standar penggunaan input yang dilakukan kelompok. Jika dilihat berdasarkan pendapatan jasa dari input yang digunakan maka yang paling menguntungkan adalah produsen pakan dan produsen DOC. Hal ini dilihat dari biaya variabel yang dikeluarkan pada biaya DOC dan Pakan sebesar 80 persen sehingga untuk mengurangi biaya ini peternak harus memperhitungkan agar penggunaan biaya lebih efisien. Dengan adanya kelompok, peternak dapat saling berbagi jika harga atau ketersedian produksi yang kurang dan harga yang tinggi dapat diatasi.

7.3 Biaya Total Usaha Ayam Kampung