19 usaha yaitu kurva yang bersinggungan dengan kurva LRAC. Pada Gambar 2,
usaha yang paling efisien yaitu pada AC2 dengan tingkat produksi Q2. Pada titik inilah skala usaha pengusahan paling efisien karena memiliki struktur biaya
terendah, sehingga ini merupakan pilihan pengusahaan dalam jangka panjang. Berdasarkan Gambar 3, bagian kurva LRAC yang semakin meningkat
yaitu produksi Q2 sampai Q3, daerah ini disebut skala usaha non ekonomis. Bentuk kurva ini dapat terjadi dalam kegiatan usaha yang memiliki fungsu
produksi skala hasil yang menurun. Perluasan usaha disertai oleh kenaikan biaya rata-rata per unit. Peningkatan skala usaha berakibat pada nilai biaya rata-rata
yang semakin rendah untuk tiap unit output. Bentuk kurva LRAC tidak hanya berbentuk huruf U tetapi dapat berbeda-
beda tergantung dari skala usaha yang dilakukan dalam proses produksi. Salah satunya yaitu jika nilai titik minimum AC adalah sama, maka kuva LRAC garis
lurus sejajar sumbu horizotal mendatar dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan bahwa biaya rata-rata jangka panjang yang diperoleh bernilai
konstan tetap artinya peningkatan skala usaha yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap biaya rata-rata jangka panjang.
Biaya AC 1
AC2 AC 3
LRAC
O Q1 Q2 Q3 Output periode
Gambar 4 . Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang Dengan Biaya Konstan
Sumber : Rahardja dan Manurung 2006
3.1.3 Analisis Pendapatan
Selisih antara penerimaan usahatani dan biaya total usahatani merupakan pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih ini mengukur imbalan yang
20 diperoleh dari penggunaan faktor – faktor produksi. Nilai ini sering dijadikan
indikator keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan
penampilan beberapa usaha ternak.
Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak dapat pula di ukur dengan nilai efisiensinya. Ukuran efisiensi antara lain dapat dihitung melalui
perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan atau imbangan
penerimaan dan biaya RC Ratio. Semakin tinggi nilai RC rasio menunjukkan semakin besar penerimaan kotor setiap rupiah yang digunakan dalam usaha.
Dengan demikian setiap perolehan nilai RC rasio semakin tinggi tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik Sohardjo dan Patong 1973.
3.1.4 Peran Kelompok
Pengertian kelompok menurut Uman 2009 adalah terdiri dari dua individu atau lebih yang saling berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai
tujuan tertentu. Selain itu kelompok merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sosiologis, ekonomis maupun
kebutuhan psikologisnya. Dengan berkelompok, manusia dapat mengembangkan potensi, aktualisasi dan ekstensi dirinya Soekanto 1990.
Peran role menurut Soekanto 1990 adalah aspek dinamis suatu kedudukanstatus yang mencakup hak dan kewajiban seseorang. Peran seseorang
dalam kedudukan suatu posisi, meliputi : 1 norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, 2 suatu konsep tentang
apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, 3 peran dikatakan sebagai perilaku yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Kelompok tani-ternak merupakan kumpulan petanipeternakpekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial,
ekonomi, sumberdaya dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani-ternak pada dasarnya adalah organisasi non formal
di perdesaan yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani. Ciri-ciri kelompoktani-ternak yaitu 1 saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara
sesama anggota, 2 mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusahatani, 3 memiliki kesamaan dalam tradisisi atau pemukiman, hamparan
21 usaha jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi,
4 ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama. Penumbuhan kelompoktani didasarkan pada prinsip-prinsip
: 1 kebebasan, menghargai individu petani untuk berkelompok sesuai keinginan dan kepentingannya, 2 keterbukaan, penyelenggaraan penyuluhan yang
dilakukan secara terbuka antara penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha, 3 partisipatif, semua anggota terlibat dan memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam mengembangkan serta mengelola kelompok-tani, 4 keswadayaan, mengembangkan kemampuan penggalian potensi diri sendiri para anggota dalam
penyediaan sumberdaya guna terwujudnya kemandirian, 5 kesetaraan, hubungan antara penyuluh, pelaku utama dan usaha merupakan mitra sejajar dan 6
kemitraan, berdasarkan saling menghargai, menguntungkan, memperkuat dan saling membutuhkan Dinas Peternakan 1993
Peranan dan fungsi kelompok tani-ternak sebagaimana yang diungkapkan oleh Dinas Peternakan 1993, adalah sebagai berikut :
1. Wadah belajar mengajar : Kelompok tani-ternak merupakan wadah belajar
mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap PKS serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani,
sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
2. Unit Produksi : Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
kelompok tani secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik
dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. 3.
Wahana kerjasama : Kelompok tani-ternak merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok ini dan antar
kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan. 4.
Wadah pembinaan : Kelompok tani-ternak mempunyai kedudukan yang strategis dalam upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap para
22 anggota. Arahan-arahan dan kebijaksanaan pembangunan akan lebih mudah
disampaikan dan disebarluaskan melalui kelompok. Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan budidaya yang sangat penting
untuk diperhatikan dalam memperoleh produksi yang diinginkan. Sistem produksi unggas menurut FAO dibagi menjadi empat sektor. Sistem klasifikasi ini dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Sistem Produksi Unggas
Keterangan Sektor 1
Sektor 2 Sektor 3
Sektor 4 Sistem
Industri terintegrasi
Komersial Komersial
Ayam kampungbelakang
rumah
Biosekuriti tinggi
Sedang sampai
tinggi Rendah
sampai minimal
Minimal
Unggas dan pemasaran
produk Komersial
Umumnya komersial
Ayam hidup
umumnya dijual
di pasar
Ayam hidup dan konsumsi lokal
Sumber : FAO 2004 dalam Zulkarnaen, 2007
Pada Tabel 4 dapat dilihat pembagian sektor berdasarkan sistem, biosekuriti, unggas dan pemasaran produk. Sektor pertama adalah sistem industri
terintegrasi. Perusahaan ternak yang bergabung dalam kelompok adalah perusahaan yang menggunakan manajemen yang intensif dengan modal yang
relatif tinggi. Biosekuriti yang digunakan tinggi untuk menghasilkan input bibit dan pakan. Input yang dihasilkan oleh sektor ini yang dihasilkan digunakan oleh
sektor dua. Contoh usaha yang berperan dalam usaha ini hanyalah ayam ras impor.
Sektor kedua adalah sistem perusahaan komersial. Perusahaan yang masuk dalam kelompok ini adalah menggunakan manjemen yang intensif dengan modal
yang relatif tinggi. Manajemen biosekuriti yang digunakan adalah relatif sedang sampai tinggi. Produksi yang dihasilkan adalah berupa pangan. Input yang
digunakan dalam sektor ini tergantung dari produksi sektor satu atau impor. Usaha yang berperan dalam kegiatan ini adalah ternak bibit impor seperti ayam dan sapi.
23 Sektor ketiga adalah sistem komersial pada peternakan skala kecil
rakyat. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah perusahaan peternakan yang menggunakan manajemen rendah sampai minimal. Modal yang
digunakan sangat rendah dan produksi yang dihasilkan adalah pangan. Kegiatan usaha mempunyai ketergantungan terhadap pasar output dan pasar input pada jasa
pelayanan. Sektor peternakan yang yang berperan dalam usaha ini yang paling banyak adalah komoditas ayam ras, kambing domba dan sapi impor.
Sektor empat adalah sistem peternakan tradisional pedesaan dalam perseorangan adalah pengelolaan pada peternakan ini adalah pada umumnya
ekstensif dan kadang – kadang liar. Usaha yang termasuk dalam kelompok ini terdapat dipedesaan dalam bentuk usaha sambilan atau belakang rumah.
Manajemen biosekuriti yang digunakan dalam sektor ini sangat minimal. Produk yang dihasilkan dalam usaha ini adalah ayam hidup untuk konsumsi lokal saja.
Sektor peternakan yang paling banyak berperan dalam usaha ini adalah ayam buras, unggas itik, sapi potong, kambing dan domba.
Sistem pemeliharaan ayam kampung dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1.
Sistem Pemeliharaan Ekstensif Sistem pemeliharaan secara ekstensif banyak dilakukan oleh masyarakat di
pedesaan dimana ayam kampung dibiarkan berkeliaran mencari makan sendiri dan sore hari pulang ke kandang. Sistem pemeliharaan ini tidak memperdulikan
dalam hal keuntungan usaha. Disini ayam hanya berfungsi sebagai hewan peliharaan sampingan dimana kebutuhannya hanya dalam kondisi mendesak dan
saat ayam ingin dijual atau dipotong. Angka kematian ayam dalam sistem pemeliharaan ini cukup tinggi. Jika terjadi wabah penyakit menyebabkan
kematian yang tinggi dan menyisakan ayam yang dapat bertahan hidup saja. Ayam yang dapat bertahan hanya induk-induk tua yang sudah mempunyai
kekebalan tubuh yang tinggi terhadap penyakit. Selain serangan penyakit, ayam yang dipelihara dengan sistem ini terancam dari serangan pemangsa.
2. Sistem Pemelihaaran Semi-intensif
Sistem semi-intensif dilakukan dengan menyediakan kebutuhan pakan yang disiapkan oleh pemelihara. Cara pemeliharan ayam ini tetap dilepas bebas.
24 Namun arealnya terbatas dimana hanya disekitar pekarangan rumah atau pelataran
khusus yang disediakan. Pagi hari ayam diberi pakan sekedarnya lalu dilepas untuk mencari pakan sendiri pada siang hari. Sistem ini memungkinkan ayam
terlindung dari serangan pemangsa. Pada sore hari ayam masuk ke kandang kemudian diberi pakan kembali.
Dalam pemeliharaan ini peternak dapat memperoleh manfaat usaha yang dilakukan. Sistem pemeliharaan ini menguntungkan karena pakan yang diberikan
setiap hari berupa sisa makanan yang tak dipedulikan lagi nilainya. Pakan yang dibeli hanyalah berupa bekatul atau jagung yang jumlahnya tidak memenuhi
kebutuhan ayam. Dari segi produksi sistem ini kurang baik karena dibatasi dengan serangan penyakit. Sehingga ayam yang dapat dijual adalah ayam-ayam yang
terbebas dari penyakit.
3. Sistem Pemelihaaran Intensif
Sistem pemeliharaan intensif merupakan sistem yang paling baik. Sistem ini semua dilakukan oleh pemelihara. Ayam tidak dibiarkan mencari pakan diluar
namun pakan disediakan di dalam kandang. Dalam sistem ini hambatan yang sering ditemui adalah mengatasi persedian bibit dan pakan. Untuk skala kecil
persediaan bibit tidak masalah tetapi jika bibit ditingkatkan akan menjadi masalah. Cara pemeliharaan yang baik merupakan kandang berperan penuh
sebagai tempat hidup ayam sepanjang hidupnya. Dimana pertumbuhan ayam tergantung dari pemiliknya karena ayam tidak dapat keluar masuk dengan
seenaknya. Sehingga makanan dan minuman dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya harus disediakan secara teratur. Termasuk juga dalam vaksinasi,
kebersihan kandang, dan kebutuhan lainnya yang membutuhkan perhatian dengan baik.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional