I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sub sektor pertanian yang terus berkembang dalam pembangunan nasional adalah sektor peternakan. Hal ini dapat dilihat pada
kontribusi sektor peternakan terhadap total Produk Domestik Bruto PDB. Nilai yang diperoleh tahun 2007 sebesar 61.252,2 miliar rupiah, kemudian meningkat
sebesar 26 persen pada tahun 2008 yaitu menjadi 82.835,4 miliar rupiah dan meningkat lagi sebesar 21 persen pada tahun 2009 menjadi 104.040
1
. Berdasarkan kontribusinya, sektor peternakan mengambil bagian sebesar 22,34 persen dari
total sub sektor pertanian pada tahun 2008 dan 23,68 persen dari total sub sektor pertanian pada tahun 2009. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sub sektor
peternakan merupakan salah satu sub sektor penting dalam pertanian. Perkembangan sub sektor peternakan tidak bisa terlepas dari
perkembangan sub sektor unggas. Populasi unggas yang ada di Indonesia terus meningkat pada tahun 2000 sampai 2008 seperti pada Tabel 1. Peningkatan yang
terjadi diperoleh pada ayam ras pedaging sebesar 10 persen, ayam ras petelur sebesar tujuh persen, ayam buras sebesar dua persen dan itik sebesar lima persen.
Berdasarkan hal tersebut populasi unggas yang mengalami peningkatan yang paling besar yaitu pada ayam ras pedaging.
Tabel 1. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2000-2008
Tahun Jenis Unggas ribu ekor
Ayam Ras pedaging
Ayam Ras Petelur
Ayam Buras Itik
2000 530.874
69.366 259.256
29.035 2001 621.870
70.254 268.039 32.068 2002 865.074
78.039 275.292 46.001 2003 847.744
79.206 277.357 33.863 2004 778.970
93.415 276.989 32.253 2005 811.188
84.790 278.954 32.405 2006 797.527 100.201 291.085 32.481
2007 891.659 111.489 272.251 35.867 2008
1.075.885 116.474
290.803 36.931
Sumber : Departemen Pertanian 2009
1
. PDB Indonesia ”www.bps.go.id. [24 juli 2009]
2 Sejalan dengan peningkatan pada populasi, produksi unggas pun
mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai 2008 seperti pada Tabel 2. Persentase peningkatan produksi unggas yaitu ayam ras pedaging sebesar
sembilan persen, ayam ras petelur 32 persen, ayam buras dua persen dan itik sebesar 20 persen. Berdasarkan Jumlah produksi ayam ras pedaging menjadi
jumlah produksi paling tinggi diantara unggas lainnya dikarenakan pengusahaan ayam ras pedaging sebagian besar dilakukan secara intensif. Selain itu lamanya
waktu pembudidayaan pada ayam ras pedaging lebih cepat bila dibandingkan dengan unggas lainnya.
Tabel 2. Data Produksi Ayam Nasional Tahun 2000-2008 ribu Ton
Tahun Ayam Ras
Pedaging Ayam Ras
Petelur Ayam Buras
Itik
2000 515,00 23,74 265,21 13,79
2001 536,95 88,30 275,14 23,12
2002 751,90 42,77 288,34 21,80
2003 771,10 48,10 298,51 21,24
2004 846,09 48,40 296,42 22,21
2005 779,10 45,19 301,42 21,35
2006 861,26 57,63 341,25 24,53
2007 942,78 58,16 294,88 44,10
2008 992,66 58,18 307,54 45,22
Sumber : Departemen Pertanian 2009
Selain ayam ras pedaging potensi unggas nasional lainnya adalah ayam buras. Ayam buras merupakan semua ayam yang berada diluar kategori ayam ras,
seperti ayam kampung, ayam hutan, ayam hias, ayam kedu, ayam pelung dan ayam arab. Produksi ayam buras dapat dibedakan menjadi produksi dagingnya
dan produksi telurnya. Data produksi ayam buras dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 produksi ayam buras baik daging maupun telur mengalami
peningkatan dari tahun 2000 hingga tahun 2008 sebesar dua persen dan tujuh persen.
Produksi daging ayam buras selama kurun waktu tahun 2000-2008, paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 341,25 ribu ton dan mengalami penurunan
sebesar 14 persen pada tahun 2007, kemudian meningkat lagi sebesar empat persen pada tahun 2008. Penurunan produksi daging pada tahun 2007 terjadi
3 karena masuknya penyakit baru yang berasal dari Negara Vietnam, Hongkong dan
Thailand yang dikenal sebagai penyakit Flu Burung Avian influenza
2
.
Tabel 3. Data Produksi Ayam Buras di Jawa Barat Tahun 2000-2008 ribu Ton
Tahun Daging Ayam Buras
Telur Ayam Buras
2000 265,21 139,02
2001 275,14 154,95
2002 288,34 161,70
2003 298,51 177,00
2004 296,42 172,10
2005 301,42 175,43
2006 341,25 193,95
2007 294,88 230,47
2008 307,54 239,31
Sumber : Departemen Pertanian 2009
Produksi daging maupun telur ayam buras yang semakin meningkat mengindikasikan kebutuhan daging dan telur ayam buras dalam negeri pun
semakin meningkat. Sejalan dengan produksi daging dan telur ayam buras yang semakin meningkat, maka konsumsi daging dan telur ayam buras di Jawa Barat
pun semakin meningkat. Pengusahaan ayam buras di Indonesia secara umum dilakukan dengan
perseorangan dan berkelompok. Pengusahaan ayam buras secara perseorangan relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan pengusahaan secara berkelompok.
Hal ini disebabkan pengusahaan ayam buras secara perseorangan dapat ditemukan disetiap rumah di pedesaan, maupun sebagian kecil di perkotaan.
Salah satu kelompok peternak yang mengembangkan usaha ayam buras adalah kelompok peternakan ayam kampung sukabumi KEPRAKS. KEPRAKS
adalah salah satu kelompok peternak yang merubah sistem pemeliharaan ayam kampung di belakang rumah sektor empat menjadi sektor komersial sektor
tiga. Sektor empat merupakan pengelompokkan sistem produksi ayam kampung
2
http:groups.or.idmailmanoptionsrantau-net [24 juli 2009]
4 atau dibelakang rumah dengan biosekuriti sangat minimal yang diproduksi dalam
kondisi hidup untuk konsumsi lokal. Contuh usaha dari sistem ini pada umumnya sering dilakukan di wilayah pedesaan. Sedangkan sektor tiga adalah pemeliharaan
ayam kampung secara komersial dengan memperhatikan biosekuriti secara rendah sampai minimal serta pemasaran ayam hidup telah dijual di pasar. Contoh usaha
ini sebelumnya sering dilakukan untuk peternakan broiler yang berskala kecil.
1.2 Perumusan Masalah