Teknik Pengolahan Dan Analisis Data Sejarah Pesantren

santri. Sedangkan data sekunder sebagai data pendukung diperoleh melalui studi literatur berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan topik penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf. Penelitian ini menggunakan metode survai sensus, yang mengambil seluruh populasi sehingga responden yang akan diteliti jumlahnya sesuai dengan populasi tersebut. Adapun populasi di pesantren ini berjumlah 24 orang. Sedangkan informan dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja purposive meliputi pengasuh pesantren pada bagian pendidikan Bp. Rubi dan guru yang mengajar di bidang peternakan Bp. Akbar Mahali. Unit analisisnya adalah individu, yaitu santri Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf.

3.3 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulanverifikasi. Tahap-tahap analisis data didefinisikan Sugiyono 2008 sebagai berikut: 1. Reduksi data merupakan tahap merangkum, memilah hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema, dan pola data yang diperoleh. 2. Penyajian data, yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart, dan lainnya. 3. Penarikan kesimpulan, merupakan hasil temuan baru atas objek penelitian Analisis data hubungan antar variabel dengan skala ordinal menggunakan uji korelasi Rank Spearman, yaitu analisis hubungan karakteristik santri dan hubungan pendidikan wirausaha agribisnis dengan kompetensi wirausaha santri pada usaha sapi potong. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16.0 for windows dan Microsoft Excel. Penarikan kesimpulan pada uji korelasi Rank Spearman adalah hipotesis diterima jika p-value variabel lebih kecil dari sign correlation α 0,05 atau 5 persen. BAB IV GAMBARAN UMUM PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF

4.1 Sejarah Pesantren

Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf atau yang dikenal dengan Perwira Aba termasuk kategori pesantren pola IV menurut Daulay 2007, yaitu pesantren yang mengutamakan pengajaran-pengajaran ilmu-ilmu keterampilan di samping ilmu-ilmu agama sebagai mata pelajaran pokok. Penamaan pesantren ini terdiri dari dua nama, yaitu “Wirausaha Agrobisnis dan Abdurrahman bin Au f”. Penamaan “Wirausaha Agrobisnis”, menjelaskan bahwa pendidikan yang diselenggarakan pesantren tersebut adalah pendidikan nonformal berbentuk keterampilan berwirausaha di bidang agribisnis dan nama “Abdurrahman bin Auf” diambil dari nama sahabat Nabi Muhammad saw yang terkenal kekayaannya sebagai seorang pengusaha berkepribadian Islam. Tujuan dari penamaan tersebut adalah untuk mendidik santri-santrinya menjadi seorang pengusaha berkepribadian Islam dalam bidang agribisnis. Pendirian Perwira Aba dilatarbelakangi atas keprihatinan sistem pendidikan di Indonesia yang belum mampu menghadapi problematika masyarakat, terutama bidang ekonomi. Sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia saat ini belum sepenuhnya memandirikan murid-muridnya dan cenderung tidak menyatukan antara profesionalisme, kemandirian, dan kepribadian Islam jiwa religinya. Selain itu, pendirian Perwira Aba juga melihat kondisi geografis, ekonomi, dan sosial budaya yang ada di masyarakat. Kondisi geografis, dilihat dari lokasi pesantren yang berada di daerah pedesaan. Perwira Aba terletak di Desa Bulan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Lokasi ini mempunyai potensi besar dalam mengembangkan sistem pendidikan yang berbasis wirausaha agribisnis sebagaimana yang dijabarkan Depag RI 2003, yaitu daerah pedesaan merupakan sasaran pembangunan potensial karena mempunyai sistem perekonomian berbasis pedeseaan yang tetap mengunggulkan hasil-hasil pertanian. Oleh karena itu dibutuhkan sumberdaya manusia yang kompeten dalam mengelola sistem perekonomian tersebut terutama dalam bidang pertanian agribisnis. Kondisi ekonomi dan sosial budaya dalam pendirian Perwira Aba tidak terlepas dari fungsi pesantren dalam pengembangan masyarakat sebagaimana fungsi yang disebutkan Depag RI 2003. Kondisi ekonomi masyarakat sebelum pendirian pesantren masih tergolong rendah, masyarakat hanya mengandalkan pendapatan sehari-hari dari penanaman padi dan menjadi buruh di sawah orang lain. Pendirian Perwira Aba selain mendidik santri-santrinya adalah untuk melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar pondok dan mengubah pandangan masyarakat tentang wirausaha di bidang agribisnis. Kondisi sosial budaya yang melatarbelakangi pendirian Perwira Aba adalah keadaan masyarakat sekitar pesantren terutama para pemuda yang lebih banyak melakukan kegiatan kurang baik. Dengan adanya Perwira Aba, jiwa religi di masyarakat meningkat. Pengajaran agama di tengah-tengah masyarakat, menjadi warna tersendiri di daerah sekitar Perwira Aba. Agama sebagai kontrol sosial dalam bermasyarakat sehingga masyarakat yang sebelumnya bertindak tidak sesuai dengan syariat agama mulai sadar akan pentingnya agama dalam kehidupannya. Pendirian Perwira Aba dilihat dari kondisi-kondisi yang melatarbelakangi pada dasarnya terkait pada tiga fungsi utama yang diemban setiap pondok pesantren oleh Badruzzaman 2009, sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama Center of Excellence, sebagai lembaga yang mencetak sumberdaya manusia yang kompeten Human Resource, dan sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayan pada masyarakat Agent of Development. Dalam pelaksanaannya, Perwira Aba sudah menunjukkan peranannya sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang dapat mengembang tiga fungsi utama pesantren. Perkembangan pendidikan pesantren ini mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan. Perubahan tersebut terletak pada jangka waktu santri-santri dalam menempuh pendidikannya serta kurikulum pendidikan yang menyesuaikan dengan kebutuhan para santri. Pada tahun 2000 – 2004, para santri menempuh pendidikan selama dua tahun. Sedangkan tahun 2005 sampai saat ini, para santri hanya menempuh pendidikan wirausaha agribisnis selama satu tahun. Jumlah para santri yang diterima setiap tahunnya hampir sama karena daya tampung asrama pesantren yang tersedia hanya untuk 50 santri. Dalam proses pendidikannya, jumlah santri dapat mengalami perbedaan saat penerimaan dan kelulusan santri. Sesuai dengan misinya yaitu melahirkan wirausahawan yang profesional, mandiri, dan berkepribadian Islam. Oleh karena itu, santri-santri yang dapat menyelesaikan masa pendidikan di pesantren ini merupakan santri-santri berkompeten dan terseleksi secara ketat. Sejarah pesantren ini bermula dari inisiatif putra-putri R. Darmosuhardjo untuk memanfaatkan warisan ayahnya demi kemaslahatan umat. Areal pesantren sebelumnya merupakan rumah keluarga berarsitektur Jawa dengan pendopo di bagian depan rumah yang sempat tidak dihuni pemiliknya kurang lebih 10 tahun. Rumah tersebut adalah tempat tinggal mantan Kepala Desa Bulan, yaitu R. Darmosuhardjo beserta keluarganya pada era 1960-an. Beliau mempunyai putra- putri berjumlah 9 orang. Setelah beliau wafat, rumah tersebut kemudian tidak ditempati putra-putrinya karena putra-putri beliau merantau dan menetap di berbagai daerah. Setelah beberapa tahun areal tersebut tidak dihuni dan dimanfaatkan, putra-putri R. Darmosuhardjo berinisiatif untuk memanfaatkan areal tersebut dengan mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bebas biaya serta mampu mendidik untuk mandiri. Melihat letak pesantren yang berada di daerah pedesaan dan berpotensi dalam pengembangan pertanian, maka putra-putri R. Darmosuhardjo meminta masukan dari berbagai pihak yang ahli di bidang pendidikan dalam penyusunan konsep pendidikannya. Maka didirikanlah lembaga pendidikan yang mengarahkan pada peningkatan kompetensi peserta didik dalam pengembangan pertanian. Lembaga pendidikan yang didirikan pada akhirnya menerapkan konsep pendidikan nonformal yaitu pendidikan wirausaha agribisnis dengan memberi nama “Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf”. Lembaga pendidikan ini berbadan hukum Yayasan dan didirikan pada tanggal 4 Februari 2000 dengan akta pendirian nomor 02 Notaris Titik Kusumawati, S.H. Sebagai ketua Dewan Penasehat adalah K.H. Umar Budiargo dan Ketua yayasan Ir. H. Sudadijo. Yayasan ini didirikan dibawah badan yayasan Amalul Muzaki.

4.2 Visi dan Misi Pesantren