Hubungan antara Pengalaman Berwirausaha sebelum Masuk Hubungan

yang tinggi juga. Seperti yang disebutkan Staw 1991 dalam Riyanti 2003, pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha dengan asumsi bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usaha. Kesimpulan hasil uji hubungan tingkat pendidikan dengan kompetensi wirausaha santri baik teknis maupun manajerial berdasarkan Tabel 6 tidak berhubungan positif yang signifikan antar kedua variabel tersebut. Artinya, semakin tinggi pendidikan belum menjamin untuk mempunyai kompetensi wirausaha dalam bidang agribisnis khususnya usaha sapi potong. Karena semua orang bisa mempunyai kompetensi wirausaha agribisnis meskipun tidak bersekolah.

7.4 Hubungan antara Pengalaman Berwirausaha sebelum Masuk

Pesantren dengan Kompetensi Wirausaha Santri Pengalaman berwirausaha santri sebelum masuk Perwira Aba merupakan salah satu variabel karakteristik santri yang berhubungan dengan kompetensi wirausaha baik teknis maupun manajerial. Pengalaman dalam menjalankan usaha menurut Staw 1991 dalam Riyanti 2003 merupakan indikator terbaik dalam berwirausaha dengan asumsi bahwa semakin banyak pengalaman wirausaha seseorang, maka kompetensi berwirausahanya juga akan meningkat. Hipotesis yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengalaman berwirausaha sebelum masuk pesantren terdapat hubungan positif yang signifikan dengan kompetensi wirausaha agribisnis. Hasil uji hubungan antara pengalaman berwirausaha dengan kompetensi wirausaha santri berdasarkan Tabel 6, didapatkan hasil yaitu tidak berhubungan positif yang signifikan. Dari hasil tersebut, menjelaskan bahwa pengalaman berwirausaha santri di Perwira Aba belum menjamin adanya kompetensi wirausaha di bidang agribisnis terutama pada usaha sapi potong. Artinya, teori Staw yang telah disebutkan sebelumnya tidak berlaku dalam penelitian ini. Akan tetapi, teori yang berlaku adalah teori Meng dan Liang 1997 dalam Riyanti 2003, yang menyebutkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh pada keberhasilan usahanya.

7.5 Hubungan

antara Motivasi Mengikuti Pendidikan dengan Kompetensi Wirausaha Santri Motivasi dalam mengikuti pendidikan merupakan salah satu variabel yang berhubungan dengan kompetensi wirausaha santri. Motivasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah jika motivasi berasal dari paksaan orang tua, sedang jika ikut-ikutan teman, dan tinggi jika motivasi berasal dari diri sendiri. Motivasi menurut Djiwandono 2006 merupakan salah satu prasyarat yang sangat penting dalam belajar. Hipotesis pada variabel ini adalah motivasi mengikuti pendidikan berhubungan positif yang signifikan dengan kompetensi wirausaha santri baik kompetensi teknis maupun kompetensi manajerialnya. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara motivasi mengikuti pendidikan dengan kompetensi wirausaha santri baik kompetensi teknis maupun manajerial berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antar kedua variabel. Motivasi tidak berhubungan dengan kompetensi wirausaha agribisnis santri Perwira Aba, menjelaskan bahwa motivasi tidak menjamin seseorang mempunyai kompetensi dalam wirausaha agribisnis. Dalam penelitian ini, pernyataan motivasi Djiwandono 2006 tidak berlaku.

BAB VIII HUBUNGAN KARAKTERISTIK SANTRI