BAB VIII HUBUNGAN KARAKTERISTIK SANTRI
DENGAN KOMPETENSI WIRAUSAHA SANTRI PADA USAHA SAPI POTONG
Penerapan pendidikan wirausaha agribisnis di Perwira Aba merupakan
salah satu variabel yang berhubungan dengan kompetensi wirausaha santrinya. Pendidikan wirausaha agribisnis yang diterapkan merupakan faktor eksternal dari
santri dalam kompetensi wirausahanya. Pendidikan wirausaha agribisnis dalam penelitian ini dilihat dari aspek lingkungan belajar di pesantren, materi
pembelajaran, tujuan pendidikan, metode pendidikan, dan fasilitas pendidikannya. Hipotesis dalam penelitian ini, menduga bahwa pendidikan wirausaha
agribisnis berhubungan positif yang siginifikan dengan kompetensi wirausaha santri PERWIRA AbA pada usaha sapi potong. Hasil uji korelasi Rank Sperman
antar variabel menghasilkan nilai-nilai yaitu nilai koefisien r
s
dan nilai p-value yang disajikan secara ringkas pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Pengujian Hubungan antara Pendidikan Wirausaha Agribisnis dengan Kompetensi Wirausaha Santri.
Pendidikan Wirausaha Agribisnis
Kompetensi Wirausaha Santri Kompetensi Teknis
Kompetensi Manajerial Koefisien r
s
p-value Koefisien r
s
p-value Lingkungan
Belajar di
Pesantren -0,024
0,913 0,134
0.576 Materi Pembelajaran
0,137 0,524
0,385 0,064
Tujuan Pendidikan 0,255
0,230 0,334
0,111 Metode Pendidikan
0,374 0,072
0,459 0,024
Fasilitas Pendidikan -0,029
0,891 0,475
0,019
Keterangan: .berhubungan nyata pada 0,05
8.1 Hubungan Lingkungan Belajar di Pesantren dengan Kompetensi
Wirausaha Santri Lingkungan belajar di pesantren merupakan salah satu variabel pendidikan
wirausaha agribisnis yang berhubungan dengan kompetensi wirausaha santri. Sebagaimana yang disebutkan Arifin 2008, lingkungan adalah sarana untuk
mengembangkan fitrah potensi manusia. Potensi tersebut merupakan faktor pembawaan sejak manusia lahir yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan. Apabila
lingkungan lebih kondusif untuk mengembangkan fitrah secara maksimal, akan terjadi perkembangan yang positif. Sebaliknya, jika lingkungan bersifat destruktif,
maka akan terjadi perkembangan yang negatif. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini menduga bahwa lingkungan belajar di pesantren terdapat hubungan
positif yang signifikan dengan kompetensi wirausaha santri. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara lingkungan belajar di pesantren
dengan kompetensi wirausaha santri baik teknis maupun manajerial pada usaha sapi potong berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa tidak berhubungan positif
yang signifikan antar variabel. Hal ini berarti, semakin tinggi dukungan sangat mendukung tidak menjamin adanya kompetensi wirausaha baik teknis maupun
manajerial pada usaha sapi potong. Pada penelitian ini teori Arifin 2008 tidak berlaku, karena kompetensi wirausaha bisa dimiliki santri tidak hanya berdasarkan
lingkungan saja.
8.2 Hubungan Materi Pembelajaran dengan Kompetensi Wirausaha Santri
Materi pembelajaran dalam penelitian ini diduga terdapat hubungan positif yang signifikan dengan kompetensi wirausaha santri baik teknis maupun
manajerialnya. Penilaian materi pembelajaran berdasarkan tingkat kemanfaatan materi dalam kehidupan sehari-sehari santri. Manfaat materi yang dinilai
berdasarkan tiga pilar dalam kurikulum pendidikan Perwira Aba, yaitu materi tentang Islam, profesionalitas, dan materi kemandirian. Menurut Arifin 2008
penetapan materi pembelajaran mempengaruhi proses pembelajarannya. Sama seperti tujuan pendidikan, ketidakadaan materi pembelajaran akan menghambat
proses belajar mengajar. Hasil uji hubungan berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa materi
pembelajaran tidak berhubungan positif yang signifikan dengan kompetensi wirausaha santri baik teknis maupun manajerial pada usaha sapi potong. Semakin
bermanfaat materi tidak menjamin santri mempunyai kompetensi wirausaha santri terutama dalam bidang usaha sapi potong.
8.3 Hubungan Tujuan Pendidikan dengan Kompetensi Wirausaha Santri