Hipotesis Penelitian Definisi Operasional

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah: 1. Diduga karakteristik individu santri berhubungan positif yang signifikan dengan kompetensi wirausaha santri baik kompetensi teknis maupun kompetensi manajerial pada usaha sapi potong. 2. Diduga pendidikan wirausaha agribisnis berhubungan positif yang signifikan dengan kompetensi wirausaha santri baik kompetensi teknis maupun kompetensi manajerial pada usaha sapi potong.

2.4 Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka definisi operasional masing- masing variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Karakteristik santri merupakan latar belakang sosial ekonomi serta atribut yang inheren dalam diri santri yang meliputi: a Umur adalah usia hidup santri sejak lahir sampai pelaksanaan pengambilan data, dihitung dalam satuan tahun. Pengkategorian umur menggunakan skala ordinal, dengan kategori: 1. Muda 16 – 19 tahun, skor = 1 2. Sedang 20 - 22 tahun, skor = 2 3. Tua 22 – 26 tahun, skor = 3 b Pekerjaan orang tua adalah pekerjaan yang pernah atau sedang dialami orang tua santri. Dikategorikan menjadi dua dengan skala ordinal, yaitu: 1. Non-wiraswasta Bukan pengusaha, skor = 1 2. Wiraswasta pengusaha, skor = 2 c Tingkat pendidikan santri adalah jenis pendidikan sekolah tertinggi yang terakhir diikuti oleh santri, dikategorikan menjadi: 1. Rendah, tamat SDMI dan sederajat 2. Sedang, tamat SLTPMTs dan sederajat 3. Tinggi, tamat SMAMA dan sederajat. d Pengalaman berwirausaha adalah pengalaman santri terkait dalam kegiatan wirausaha sebelum masuk pesantren, dihitung dalam satuan tahun. Dikategorikan menjadi: 1. Rendah belum pernah atau 0 tahun, skor = 1 2. Sedang 1 – 2 tahun, skor = 2 3. Tinggi 2 tahun, skor = 3 e Motivasi mengikuti pendidikan adalah tujuan santri sebelum memutuskan untuk mengikuti pendidikan wirausaha agribisnis di Perwira Aba. Pengkategorian menggunakan skala ordinal dengan kategori; 1. Rendah, jika motivasi berdasarkan paksaan orang tua, skor = 1 2. Sedang, jika ikut-ikutan teman, skor = 2 3. Tinggi, jika motivasi dari diri sendiri, skor = 3 2. Pendidikan wirausaha agribisnis merupakan serangkaian kegiatan belajar mengajar tentang kewirausahaan di bidang agribisnis pertanian yang diterapkan di pesantren. Pengukuran pendidikan wirausaha agribisnis diukur dari penilaian santri yang meliputi aspek: a Lingkungan belajar di pesantren merupakan penilaian santri tentang situasi dan kondisi di pesantren dan sekitar pesantren. Pertanyaan lingkungan di pesantren meliputi dukungan santri dalam kemudahan memperoleh informasi mengenai kegiatan bisnis melalui media koran, media televisi, dan internet. Dukungan teman-teman di pesantren untuk mengikuti pendidikan, dukungan guru-guru asatidz dalam pelaksanaan program pendidikan, dan dukungan masyarakat dalam kelancaran praktek pendidikan. Setiap jawaban yang diperoleh, dijumlahkan kemudian dikategorikan. Pengkategorian lingkungan belajar di pesantren terdiri dari: 1. Kurang mendukung, dengan nilai 12 – 15 2. Cukup mendukung, nilai 16 – 20 3. Sangat mendukung, nilai 21 – 24 b Materi pembelajaran adalah penilaian mengenai manfaat dan pemahaman santri terhadap mata ajaran meliputi materi keislaman, keterampilan agribisnis, dan kewirausahaan. Pengkategorian materi pembelajaran terdiri dari: 1. Kurang bermanfaat, dengan nilai 12 – 15 2. Cukup bermanfaat, nilai 16 – 20 3. Sangat bermanfaat, nilai 21 – 24 c Tujuan pendidikan adalah penilaian santri mengenai kesesuian tujuan pada setiap materi pelajaran, meliputi tujuan materi keislaman, tujuan materi keterampilan agribisnis, dan tujuan materi kewirausahaan dengan kebutuhan belajar santri. Pengkategorian tujuan pendidikan terdiri dari: 1. Kurang sesuai, dengan nilai 12 – 15 2. Cukup sesuai, nilai 16 – 20 3. Sangat sesuai, nilai 21 – 24 d Metode pendidikan adalah penilaian santri tentang ketepatan carateknik yang diterapkan pihak pesantren dalam kegiatan belajar mengajar meliputi praktek keterampilan bisnis dan cara ustadz guru menyampaikan pelajaran. Pengkategorian metode pendidikan terdiri dari: 1. Kurang tepat, dengan nilai 12 – 15 2. Cukup tepat, nilai 16 – 20 3. Sangat tepat, nilai 21 – 24 e Fasilitas pembelajaran adalah penilaian santri terhadap ketersediaan fasilitas pesantren meliputi jumlah dan kualitas bukukitab di pesantren dan alat penunjang belajar. Pengkategorian fasilitas pendidikan terdiri dari: 1. Kurang baik, dengan nilai 12 – 15 2. Cukup baik, nilai 16 – 20 3. Sangat baik, nilai 21 – 24 3. Kompetensi wirausaha santri adalah kemampuan santri dalam berwirausaha yang terkait dengan kompetensi teknis dan kompetensi manajerialnya. a Kompetensi teknisnya adalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki santri dalam budidaya ternak sapi potong sehingga menghasilkan produk yang berkualitas. - Pengetahuan budidaya ternak sapi potong meliputi pengetahuan pemilihan bibit, perkandangan, pemberian pakan, penanganan kesehatan, dan perkawinan. - Keterampilan budidaya ternak sapi potong meliputi keterampilan pemilihan bibit, perkandangan, pemberian pakan, penanganan kesehatan, dan perkawinan. b Kompetensi manajerialnya adalah pengetahuan dan keterampilan santri terkait perencanaan usaha, mengatasi risiko usaha, komunikasi, membangun jaringan, dan evaluasi usaha dalam usaha ternak sapi potong. - Perencanaan usaha, merupakan pedoman dalam menjalankan suatu bisnis yang meliputi pada perencanaan produksi, modal, pemasaran, dan keuangan. - Mengatasi risiko usaha, merupakan cara santri dalam mengantisipasi risiko usahanya meliputi metode mengatasi risiko produksi, risiko modal, risiko sumberdaya, dan risiko adanya kebijakan pemerintah. - Komunikasi merupakan interaksi santri dengan orang lain dalam menjalankan usahanya yang meliputi komunikasi dengan pembeli, penjual, peternak sapi lainnya, dan pemilik modal. - Membangun jaringan dalam penelitian ini merupakan cara santri bekerjasama dengan pihak yang terlibat dalam usahanya meliputi kerjasama dengan pemilik modal, toko saprodi, dan peternak lainnya. - Evaluasi usaha merupakan penilaian akhir santri terhadap usahanya meliputi evaluasi permodalan, produktivitas ternak, prestasi kerja, dan pengembangan usaha. Pengukuran kompetensi wirausaha santri baik teknis maupun manajerial dalam pengetahuan menggunakan indikator pengukuran pilihan benar salah dari setiap soal yang diberikan. 1. Jika jawaban salah, skor = 0 2. Jika jawaban benar, skor = 2 Pengukuran kompetensi wirausaha santri baik teknis maupun manajerial dalam keterampilan menggunakan Indikator pengukuran dengan menggunakan skala ordinal. 1. Tidak mudah, skor = 1 2. Cukup mudah, skor = 2 3. Mudah, skor = 3 4. Sangat mudah, skor = 4 Pengkategorian kompetensi wirausaha santri diperoleh dengan menjumlahkan pengetahuan dan keterampilan masing-masing kompetensi kemudian dicari nilai selangnya . Penentuan nilai selang dilakukan dengan cara berikut: ST ; dengan SD = , dimana S 2 = SA = nilai skor lebih besar dari ST sampai dengan skor max SB = nilai skor lebih kecil dari ST dengan skor min Keterangan: ST = Selang tengah Skor min = penjumlahan skor kuesioner terendah dari semua item jawaban kuesioner Skor max = penjumlahan skor kuesioner tertinggi dari semua item jawaban kuesioner SA = Selang atas Nilai selang sedang tengah yang didapatkan dari rumus selang di atas adalah 72 ≤ x ≤ 93. Pengkategorian kompetensi wirausaha santri baik teknis maupun manajerial terdiri dari: 1. Rendah, jumlah skor jawaban berada pada selang bawah 25 ≤ x ≤ 71 2. Sedang, jumlah skor jawaban berada pada selang tengah 72 ≤ x ≤ 93 3. Tinggi, jumlah skor jawaban berada pada selang atas 93 ≤ x ≤ 140

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf yang berlokasi di Dukuh Tlangu RT.03 RW.02, Desa Bulan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Lampiran 1. Pesantren terletak dua km dari Delanggu, sebagai daerah penghasil beras nasional, dan akses menuju pesantren relatif mudah. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf merupakan pesantren yang mampu menyelenggarakan pendidikan wirausaha secara intensif di bidang pertanian terutama pada usaha sapi potong kepada santri-santrinya. Penelitian ini akan dilakukan selama kurang lebih enam bulan dengan kegiatan penelitian yang meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, revisi proposal, pengambilan data, penulisan draft skripsi, ujian skripsi, dan perbaikan laporan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh data-data kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah penelitian sensus. Sensus merupakan pengumpulan data dari seluruh populasi yang diinginkan, tidak menggunakan sampel Soehartono, 2002. Pendekatan kualitatif berupa wawancara mendalam dengan menggunakan panduan pertanyaan dan observasi lapang. Wawancara dilakukan kepada informan yang terlibat dalam pendidikan wirausaha agribisnis, digunakan untuk mendukung data-data kuantitatif yang diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan panduan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada santri. Data primer mengenai deskripsi pendidikan wirausaha agribisnis diperoleh dari wawancara dengan informan menggunakan panduan wawancara dan penilaian proses pendidikan wirausaha agribisnis menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada