Visi dan Misi Pesantren Budaya Pesantren

4.2 Visi dan Misi Pesantren

Perwira Aba sebagai lembaga pendidikan mempunyai visi dan misi dalam mendidik santri-santrinya. Visi pesantren ini adalah menjadi lembaga pendidikan dengan kemampuan mewujudkan jaringan bisnis yang kuat dengan ditopang para pengusaha yang profesional, mandiri dan berkepribadian Islam. Sedang misinya yaitu melahirkan wirausahawan yang profesional, mandiri, dan berkepribadian Islam yang mampu menjalin jaringan bisnis dengan kokoh. Visi dan misi Perwira Aba tidak jauh berbeda dengan visi dan misi pendidikan nasional di Indonesia yang menekankan pada pengembangan kualitas sumberdaya manusia. Visi pendidikan nasional menurut Hasbullah 2006 adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Visi pendidikan nasional ini, secara eksplisit diterapkan dalam pendidikan wirausaha agribisnis di Perwira Aba dengan mendidik santri-santrinya menjadi manusia yang mandiri dan mempunyai kompetensi wirausaha di bidang agribisnis terutama pada usaha sapi potong. Misi pesantren pun juga tidak jauh berbeda dengan salah satu misi pendidikan nasional menurut Hasbullah 2006, yaitu meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. Visi dan misi pesantren yang diterapkan mempunyai tujuan agar lulusan Perwira Aba memiliki kemampuan berwirausaha yang dilandasi dengan kepribadian Islam, berjiwa mandiri dan mampu membantu kalangan dhu’afa agar dapat memperoleh pendidikan layak.

4.3 Budaya Pesantren

Sistem nilai dan norma dalam kehidupan anggota di pesantren ini tidak terlepas dari budaya pesantren. Beberapa budaya pesantren yang diterapkan mencerminkan panca jiwa pesantren Depag RI, 2003 yang meliputi jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa ukhuwah Islamiyah, jiwa kemandirian, dan jiwa bebas. Adapun budaya pesantren yang diterapkan dan dijalankan sebagai berikut: 1. Berpegang teguh pada nilai-nilai tauhid Santri di Perwira Aba, dididik untuk selalu berpegang teguh pada nilai- nilai tauhid yang diajarkan pesantren. Santri harus mempunyai kesadaran tentang penciptaan dirinya di muka bumi dan posisi manusia sebagai makhluk yang berakal. Konskuensi dari kesadaran itu, setiap individu yang ada memiliki pemahaman bahwa segala aktivitasnya telah diatur Allah SWT. Dari pemahaman ini diharapkan mampu menghasilkan santri-santri dengan landasan keimanan yang kuat dan mampu berpikir secara jernih sehingga dalam setiap tindakan-tindakan yang dilakukannya tidak akan merugikan orang lain.

2. Ketaatan yang tinggi

Implikasi dari tingkat keimanan yang kuat dan keterikatan dengan syariat Allah SWT adalah ketaatan yang tinggi. Baik ketaatan pada Allah SWT., seruan Rasul-Nya, maupun ketaatan pada pimpinan, dan aturan di Perwira Aba. Ketaatan tersebut dipahami sebagai wujud kepercayaan dan pengabdian seseorang kepada sesuatu yang diluar dirinya sesuai dengan aturan-aturan Allah SWT. Dalam prakteknya, konsep ketaatan ini akan terwujud dalam kehidupan sehari-hari santri seperti ibadah, tingkah laku, proses belajar mengajar, ujian, berinteraksi dengan sesama, dan lain-lain. 3. Ukhuwah Islamiyah persaudaraan sesama orang Islam Sifat khas dari kaum muslimin adalah tertanamnya semangat dan nilai- nilai ukhuwah Islamiyah yang tinggi pada mereka. Nilai-nilai ini juga ditanamkan pada santri sebagai wujud proses penyadaran bahwa mereka adalah bagian dari kaum muslimin yang harus mengetahui apa hakikat ukhuwah Islamiyah. Semangat ukhuwah Islamiyah tercermin dalam sikap saling membantu dalam kebenaran dan ketaqwaan dan tidak saling bantu dalam kejahatan dan dosa, serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, mengoreksi sesama santri dan lapang dada pula apabila mendapat kritikan dari sesama. 4. Kerja keras Santri diharapkan memiliki semangat untuk bekerja keras dan semangat pantang menyerah. Semangat ini perlu ditanamkan sejak dini sebagai upaya dalam mendidik para santri agar mereka siap untuk mengadapi realita kehidupan di masa depan, tantangan-tantangan, hambatan-hambatan, dan segala macam problema hidup yang akan ditemui. Semangat ini dilandasi dari sirah Rasul dimana Rasul sangat senang dan memuji para sahabat yang telapak tangannya keras sebagai wujud kerja keras mereka. Jadi etos kerja harus menjiwai semangat hidup para santri.

5. Keilmuan

Kewajiban sebagai seorang muslim yang tidak bisa ditinggalkan adalah mencari ilmu, baik ilmu yang berkenaan dengan pribadi, maupun ilmu yang berkenaan dengan masyarakat. Ilmu yang berkenaan dengan pribadi akan berguna jika seorang muslim akan menunaikan kewajiban yang berhubungan antara individunya dengan Sang Pencipta. Sedang ilmu yang lain akan sangat berguna jika individu tersebut akan berinteraksi dengan masyarakat. Dengan kata lain sikap keilmuan ini harus menjiwai setiap santri. Konsep-konsep dasar keilmuan harus dimiliki setiap santri sebagai pilar rujukan dari masyarakat. Dalam hal keilmuan ini, “Tsaqafah Islam” harus menjadi pemahaman lebih dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Artinya, pemahaman tentang “Tsaqafah Islam” dalam segala aspek akan menjadi modal yang sangat potensial dan cemerlang untuk proses interaksi dan perubahan tatanan masyarakat sesuai syariat Islam. Semangat membaca dan mutabaah harus terpantri dalam jiwa para santri. 6. Perjuangan dan pengorbanan Semangat yang tidak pernah lepas dari para sahabat Nabi Muhammad adalah semangat perjuangan dan semangat tempur dalam membela Islam. Semangat dalam berjuang ini menjadi semangat para santri dalam kehidupan sehari-hari. Santri harus memilki kesadaran bahwa Islam memerlukan perjuangan, kerja keras dan pengorbanan. Semangat untuk berjuang juga ditanamkan dari sisi bahwa mereka akan terjun dengan kehidupan nyata yang sangat keras, jahiliyah, dan brutal, untuk itu para santri ditanamkan untuk selalu memiliki semangat perjuangan yang tinggi dan pantang menyerah. Karena banyak tantangan yang akan para santri hadapi ketika lulus dari pesantren ini. Jiwa berjuang dan berkorban sangat dibutuhkan ketika mereka berwirausaha, seperti mengatasi risiko usaha.

7. Keikhlasan

Sifat-sifat mulia seperti yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad sudah selayaknya dimiliki oleh seorang santri. Salah satu sifat yang selalu dicontohkan oleh Rasulullah adalah sikap ikhlas. Sikap ikhlas ini merupakan salah satu syarat supaya amal diterima oleh Allah SWT.

8. Kejujuran

Sifat dan karakteristik yang juga harus dimiliki oleh santri adalah sifat jujur. Jujur bukan semata-mata norma yang berlaku di masyarakat, namun sikap jujur yang memang dilandasi oleh perintah syara’. Sifat ini akan menanamkan persepsi dan pandangan pada masyarakat bahwa santri yang dihasilkan memang orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan pandangan Islam. Dari sikap ini akan muncul kepercayaan dari masyarakat, sikap simpati, dan kerjasama berlandaskan kejujuran sebagai salah satu landasan moral yang ada di masyarakat.

9. Kemandirian

Santri dibekali dengan semangat dan tekad untuk memiliki kemandirian dalam hidupnya. Artinya dalam menghadapi segala permasalahan hidup sangat ditekankan untuk bersikap dan berbuat semaksimal dan seoptimal mungkin dengan kekuatan dan sumberdaya sendiri. Sikap mandiri merupakan modal dasar bagi santri untuk sukses dalam berwirausaha apabila telah selesai masa pendidikan mereka. Kemandirian santri sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka di pesantren.

10. Keteladanan

Uswah hasanah suri tauladan yang baik seperti yang dicontohkan Rasul merupakan prinsip dalam budaya pesantren. Keterampilan dalam berbaur dan menyatu dengan masyarakat, membutuhkan sikap istiqomah dan suri tauladan. Begitu bagi para santri, sikap untuk selalu istiqomah berpegang teguh dengan aturan Allah, dan mengaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari akan memberikan citra positif di masyarakat. Keteladan ini perlu ditanamkan pada para santri, karena mereka adalah unsur dari masyarakat yang sudah memiliki pemahaman Islam dengan baik, dan telah dididik untuk menjadi uswah bagi masyarakat. Untuk itu, membaca dan mempelajari kisah-kisah hidup orang sukses merupakan salah satu kebiasaan yang harus ditanamkan pada diri santri.

11. Kebersihan, kerapihan, dan keindahan

Santri sejak dini harus diberikan kesadaran dan pemahaman tentang kewajiban untuk memelihara kebersihan, menjaga kerapihan, dan mengatur lingkungannya agar selalu indah. Hal tersebut akan menambah nilai estetika pesantren dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan berkah sehat, dan mendapat simpati masyarakat karena kebersihan dan kerapihannya. Oleh sebab itu, para santri harus memperhatikan kerapian pengaturan dalam berpakaian, berkendaraan, menggunakan jemuran, mengatur sandalsepatu di rak, dan sebagainya. Pada praktek kebersihan, para santri tidak akan membiarkan sampah berserakan di lingkungan Perwira Aba.

12. Kedisiplinan

Salah satu kunci keberhasilan Rasul dan para sahabat dalam membangun masyarakat Madinah adalah kedisiplinan Rasul mendidik para sahabatnya. Rasul memberikan suri tauladan dengan contoh akhlak-akhlak mulia berupa menepati janji, jujur dan tepat waktu. Meneladani sifat Rasul, para santri Perwira Aba sejak awal dididik untuk memiliki sifat disiplin yang tinggi, tepat waktu dan selalu berpegang teguh pada akad janji yang dibuat. Kedisiplinan akan membawa santri pada pekerjaan dan hasil yang optimal. Secara manajemen dipahami kedisiplinan merupakan awal dari suatu keberhasilan. Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar, disiplin waktu istirahat, disiplin mengikuti semua tata tertib dan peraturan adalah kehidupan sehari-harinya.

13. Inovatif dan kreatif

Inovatif adalah suatu daya upaya yang dilakukan untuk menemukan hal- hal baru yang sebelumnya belum ada. Sedangkan kreatif adalah suatu upaya untuk mengembangkan sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lain yang lebih baik. Sikap inovatif dan kreatif juga ditanamkan pada santri sejak dini, agar para santri mampu menciptakan karya baru, serta mampu mengembangkan teknologi yang ada agar memilki nilai yang lebih dari nilai sebelumnya.

BAB IX PENUTUP