Karakteristik  santri  menurut  Maman  2008  merupakan  latar  belakang sosial  ekonomi  serta  atribut  yang  inheren  dalam  diri  santri  yang  meliputi:  a
umur, b pendidikan formal, c pekerjaan orang tua, d pelatihan keterampilan bisnis  sebelum  masuk  pesantren,  dan  e  lama  tinggal  di  pesantren.  Sedangkan
karakteristik santri menurut Purwoko 2007 meliputi: jenis pesantren, usia, jenis kelamin,  latar  belakang  keluarga,  lama  pendidikan  di  pondok,  motivasi  santri,
lingkungan  pembelajaran  pondok,  intensitas  hubungan  kyai  dan  santri,  intensitas membaca, pendidikan sebelum mondok, asal daerah, dan suku bangsa.
2.1.4  Kompetensi Wirausaha Santri pada Usaha Sapi Potong
Kompetensi  menurut  Maman  2005  merupakan  sebuah  kontinum  antara pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan keahlian dengan karakterisrik dasar
seseorang,  seperti  motif,  nilai,  sikap,  dan  konsep  diri  yang  akan  mendorong kinerja.  Kata  kompetensi  secara  umum  oleh  Suparno  2001  diartikan  sebagai
“kecakapan  yang  memadai  untuk  melakukan  suatu  tugas”  atau  sebagai “kemampuan dalam keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan”.
Kompetensi  menurut  Robbins  1996  dalam  Muatip  2008  terbagi menjadi  tiga  kategori,  yaitu:  kompetensi  teknis,  antarpribadi  sosial,  dan
pemecahan masalah terkait usahanya  manajerial. Kompetensi teknis diperlukan karena  perkembangan  teknologi  yang  semakin  cepat.  Kompetensi  antarpribadi
sosial  berguna  untuk  memperbaiki  interaksi,  komunikasi,  dan  menghargai keanekaragaman  budaya.  Kompetensi  manajerial  bertujuan  mempertajam  logika,
penalaran,  dan  keterampilan  mendefinisikan  masalah,  maupun  menilai  sebab akibat,  mengembangkan  alternatif,  menganalisis  alternatif,  dan  memilih
pemecahan. Konsep wirausaha pertama ditemukan oleh ekonom Perancis Jean Baptista
Say  1767 –  1832  yang  terkenal  dengan  hukum  ekonominya  yaitu  hukum  Say
“the supply of goods is always matched by the demand for them”. Say memberi arti  entrepreuner  sebagai  usaha  yang  selalu  memindahkan  segala  sumberdaya
ekonomi  ke  wilayah  usaha  ekonomi  yang  lebih  produktif  dan  berpenghasilan lebih  besar  Widodo,  2005.  Sedangkan  wirausaha  menurut  Riyanti  2003
menekankan  pada  kemampuan  mengambil  risiko  pribadi,  bertanggung  jawab
penuh atas setiap tindakannya, dan kreatif dalam menerapkan atau menggunakan potensinya.
Kompetensi  wirausaha  menurut  Maman  2008  merupakan  nilai,  motif, sikap,  pengetahuan,  dan  keterampilan  yang  mendorong  seseorang  untuk
berwirausaha. Kompetensi wirausaha juga diartikan sebagai sejumlah unsur yang pada  intinya  terbagi  menjadi  dua  dimensi,  yaitu  hardskill  dan  softskill.
Kompetensi  wirausaha  santri  menurut  Maman  2008  merupakan  kemampuan untuk  melaksanakan  berbagai  kegiatan  usaha  serta  kecenderungan  yang  bersifat
motivasional  untuk  menjadi  pengusaha.  Kompetensi  wirausaha  yang  dimiliki santri oleh Maman 2008 terdiri dari pengetahuan, keterampilan, minat, dan sikap
mental  berwirausaha.  Unsur  pengetahuan  dan  keterampilan  terdiri  dari: pengetahuan  tentang  peran  berhitung  dalam  perencanaan  usaha,  kemampuan
berkomunikasi,  mengelola  sumberdaya  dan  waktu,  bekerja  dalam  tim  team work,  kemampuan  memecahkan  masalah  dan  mengambil  keputusan,  serta
keterampilan dasar-dasar manajerial untuk merencanakan produksi, segmen pasar,
dan melakukan pemasaran produk.
Peranan  seseorang  dalam  menjalankan  usaha  ternak  menurut  Mosher 1981  dalam  Muatip  2008  ada  dua  peranan,  yaitu  sebagai  juru  tani  ternak
cultivator  dan  sekaligus  sebagai  pengelola  manager.  Seseorang  dituntut memiliki kompetensi wirausaha yang meliputi kompetensi teknis dan kompetensi
manajerial.  Kompetensi-kompetensi  ini  diperlukan  agar  seseorang  yang berwirausaha ternak mampu menjalankan perannya sebagai juru tani ternak yang
handal  dan  manajer  yang  mampu  memimpin  usahanya  secara  baik  Muatip, 2008.
Agribisnis  pada  mulanya  diartikan  secara  sempit,  yaitu  menyangkut subsektor masukan input dan subsektor produksi on farm. Pada perkembangan
selanjutnya  agribisnis  didefinisikan  secara  luas  dan  tidak  hanya  menyangkut subsektor masukan dan produksi tetapi juga menyangkut subsektor pascaproduksi,
meliputi  pemrosesan,  penyebaran,  dan  penjualan  produk.  Dalam  penelitian  ini, agribisnis yang dikaji adalah agribisnis peternakan sapi potong.
Agribisnis  sapi  potong  dalam  budidaya  pengelolaan  ternak  sapi  potong, membutuhkan  kompetensi  teknis  yang  meliputi  pemilihan  bibit,  perkandangan,
pemberian  pakan,  penanganan  kesehatan,  dan  perkawinan  Yusuf,  2010.  Dalam kompetensi  manajerial  usaha  ternak  sapi  menurut  Muatip  2008  membutuhkan
kemampuan  melakukan  perencanaan  usaha,  mengkoordinasi  bidang-bidang  yang menjadi  tanggungjawabnya,  pengawasan,  evaluasi,  kemampuan  berkomunikasi,
kemampuan  bermitra,  mengatasi  kendala  usaha,  dan  memanfaatkan  peluang usaha. Sedangkan Yusuf 2010, hanya menyebutkan dua kompetensi  manajerial
yaitu perencanaan usaha dan evaluasi usaha.
2.2 Kerangka Pemikiran