Kelengkapan dan Kejelasan Pembagian Tugas

44 yang menjaga konservasi situ. Dalam pengembangannya sebagai tempat wisata, dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit untuk menjaga dan melestarikan Situ Pengasinan sebagai kawasan konservasi. Anggaran yang diberikan pemerintah hanya sebagai stimulus agar masyarakat mau menjaga kelestarian situ, selanjutnya dalam hal pemeliharaan dan pengawasan secara intensif, lembaga Pokja membentuk usaha bersama untuk pengembangan kelestarian situ sebagai objek wisata. Masuk keluarnya anggota Pokja ditentukan oleh ketua Pokja berdasarkan hasil musyawarah anggota. Sebagai usaha bersama, anggota Pokja adalah pemegang saham dari Situ Pengasinan. Anggota dikenakan biaya investasi minimal sebesar Rp 1 000 000 yang akan digunakan untuk biaya operasional dan pengembangan kelestarian Situ Pengasinan dan pada akhir bulan dibagikan keuntungan bersama berdasarkan besarnya investasi yang dikeluarkan. Pertemuan rutin bulanan merupakan salah satu bentuk bukti monitoring lembaga Pokja terhadap pengelolaan situ. Tidak hanya monitoring, pertemuan rutin juga diadakan guna menjaga keeratan dan kekompakan pengurus Pokja. Selain itu, lembaga ini juga membuat jadwal pengurus yang berjaga di sekitar Situ Pengasinan setiap harinya. Pemanfaatan Situ pengasinan hanya sebatas pariwisata, pengairan, dan menyimpan cadangan air. Air Situ Pengasinan tidak dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari secara langsung. Hal ini dikarenakan masyarakat daerah sekitar Situ Pengasinan tidak mengalami krisis air. Cadangan air bersih masyarakat di sekitar situ tersebut masih mencukupi, sehingga mereka tidak perlu mengambil cadangan air yang berasal dari Situ Pengasinan. Di sana juga tidak ditemukan pabrik yang membuang limbahnya ke daerah Situ Pengasinan. Akan tetapi, berdasarkan hasil pengamatan, ada beberapa penjual yang membuang sisa jualannya ke dalam situ. Keadaan Situ Pengasinan dapat dikatakan bersih. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya sampah rumah tangga yang dibuang masyarakat di area Situ Pengasinan. Selain itu, masyarakat juga melarang adanya pembuatan kerambah jaring apung dan akan mendapat teguran keras dari pengelolaan Situ Pengasinan bagi masyarakat yang melakukannya. Meskipun hanya berupa teguran, namun cara ini terbilang cukup efektif. Namun demikian, masih terlihat adanya 45 pelanggaran berupa bangunan rumah yang mengambil lahan sempadan. Padahal berdasarkan peraturan Peraturan Daerah No.182003 jarak boleh dibangunnya rumah atau sejenisnya yaitu 50 m dari tepi danau. Meskipun tidak memenuhi aturan secara sempurna, Situ Pengasinan merupakan situ yang paling baik di bagian sempadan diantara situ lainnya yang ada di Depok. Hal ini dikarenakan Pokja dan masyarakat sekitar telah memahami akan diberlakukannya aturan tersebut. Meskipun dalam pemanfaatannya masih ada yang melanggar, Pokja tidak bisa bertindak secara teknis melalu sanksi yang tegas, karena Pokja merasa bahwa itu bukan wewenangnya. Pokja hanya sebatas memberikan teguran dan selebihnya yang berjalan adalah sanksi sosial saja. Peran aktif dan kepedulian masyarakat menjadi penting. Saling kontrol-mengontrol antar sesama pengurus dan masyarakat situ menjadi hal yang baik agar penyalahgunaan pemanfaatan situ tidak terjadi, misalnya yang terjadi pada tanah daerah sempadan. Awalnya tanah sempadan telah menjadi kepemilikan pribadi. Akan tetapi, karena adanya kepedulian yang tinggi, maka daerah sempadan meskipun telah menjadi milik pribadi, dalam penggunaanya tetap dijadikan daerah konservasi. Intervensi terhadap kebijakan pemerintah juga pernah dilakukan saat pembuat perumahan di sekitar situ yang melampaui area sempadan. Kesinergisan antarmasyarakat untuk saling mengisi kekosongan menjadikan sempadan Situ Pengasinan masih memiliki area yang cukup luas. Berdasarkan hasil analisis substansi aturan yang telah dihipotesiskan, maka kelembagaan Pokja Situ Pengasinan dikatakan sangat baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan sebaran persepsi kepada responden pengurus Pokja mengenai substansi dari aturan lembaga Pokja yang menjawab sebagian sangat tinggi dan sisanya menjawab tinggi. Selama ini aturan yang dibuat Pokja lebih cenderung kepada aturan main internal.

6.1.3 Kinerja Kelembagaan

Setelah terciptanya aturan yang baik, dibutuhkan kinerja kelembagaan yang baik agar kelembagaan yang ada dapat bersinergis dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dari instansi pemerintah, Pokja Situ Pengasinan memiliki kinerja kelembagaan yang baik. Sistem pengelolaan dikatakan baik terlihat dari sistem pembukuan yang rapi, aktif berkomunikasi kepada instansi pemerintah terkait 46 pengelolaan situ, memiliki struktur yang jelas, serta selalu mengalami peningkatan fasilitas setiap tahunnya. Selain itu, kinerja kelembagaan dilihat berdasarkan persepsi pengurus terhadap pelaksanaan aturan yang dilakukan oleh Pokja Situ Pengasinan, dampak ekonomi, dan dampak ekologi melalu persepsi wisatawan yang berkunjung ke Situ Pengasinan. Dampak ekonomi dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja, terciptanya lapangan pekerjaan seperti adanya kios yang ada di sekitar tempat wisata dan penjual asongan. Selain dampak positif, pemanfaatan Situ Pengasinan menjadi daerah wisata menimbulkan dampak negatif. Kebisingan adalah salah satu dampak negatif yang dirasakan sebagai dampak negatif yang telah diperhitungkan oleh pengurus Pokja. Oleh karena itu, setiap setahun sekali, saat lebaran pihak Pokja memberikan uang kerohiman atau biaya kompensasi atas kerugian yang disebabkan kebisingan. Besaran kompensasi sebesar Rp 20 000 untuk beberapa rumah di sekitar Situ Pengasinan. Jika dilihat dari jumlah yang diberikan mungkin dikatakan tidak besar, namun dalam hal ini yang menjadi catatan besar adalah inisiatif dari lemabaga Pokja sudah memperhitungkan biaya eksternalitas tergolong baik dalam pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat.

A. Pelaksanaan Pokja Situ Pengasinan

Keberhasilan pelaksanaan pengelolaan situ disebabkan adanya rasa kepemilikan, komunikasi, dan keterbukaan antar pengurus. Hal ini merupakan modal dasar untuk tetap menjaga situ dengan baik. Rasa kepemilikan terhadap situ terus ditanamkan oleh pengurus kepada warga agar pengelolaan berbasis masyarakat terus berlanjut. Selain itu, kinerja kelembagaan dapat dilihat dari dampak ekologi atau dampak lingkungan dan pelaksanaan aturan yang diambil berdasarkan sebaran persepsi pengunjung dan pengurus Pokja. Tabel 18 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap pertemuan rutin di Situ Pengasinan Pertemuan Jumlah orang Persentase Pertemuan sangat rutin 10 100 Pertemuan cukup rutin Tidak ada pertemuan Jumlah 10 100 Sumber : Data primer 2013 diolah 47 Aturan pertemuan rutin dilaksakan setiap awal bulan. Hal ini merupakan aturan yang pasti dan tidak bisa ditawar. Berdasarkan keterangan pengurus Pokja, dalam forum ini semua anggota dapat mengemukakan pendapatnya dengan bebas. Pertemuan rutin diadakan setiap malam minggu bertempat di salah satu rumah masyarakat. Berdasarkan wawancara dari beberapa responden, pertemuan rutin bulanan sebelumnya dibuat berbeda dengan mengadakan family gathering di Taman Wisata Matahari. Hal ini dilakukan untuk mempererat hubungan kekeluargaan antar individu sekaligus melakukan liburan bersama keluarga. Tabel 19 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap pengawasan terhadap aturan di Situ Pengasinan Pengawasan aturan Jumlah orang Persentase Pengawasan aturan sangat baik 10 100 Pengawasan aturan cukup baik Pengawasan aturan tidak baik Jumlah 10 100 Sumber : Data primer 2013 diolah Persepsi pengurus Pokja terhadap pengawasan aturan 100 pengurus Pokja mengatakan sangat tinggi. Pokja sebagai usaha bersama di dalamnya terdapat permasalahan uang masyarakat yang diinvestasikan, sehingga ketika terjadi penyimpangan harus segera diluruskan dan diselesaikan dengan baik. Untuk menangani masalah keuangan, maka dibentuklah Badan Pengawas Keuangan BPK yang bertugas memeriksa perputaran keuangan Pokja. Hal ini menunjukan keseriusan Pokja dalam hal pengawasan keuangan. Selain memperhatikan masalah keuangan, Pokja juga memiliki seksi keseharian yang bertugas untuk memantau agenda wisata di Situ Pengasinan setiap harinya . Tabel 20 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap laporan tahunan Menyiapkan laporan Jumlah orang Persentase Laporan rutin disiapkan 10 100 Laporan tidak rutin disiapkan Tidak ada laporan Jumlah 10 100 Sumber : Data primer 2013 diolah Sebanyak 100 pengurus Pokja mengatakan bahwa selau ada laporan yang dibuat oleh pengurus Pokja setiap tahunnya. Laporan pertanggungjawaban dibuat oleh Pokja secara tertulis setiap tahun dan dibagikan kepada seluruh pengurus dan 48 anggota. Laporan yang dibagikan berupa laporan pertanggung jawaban keuangan Pokja dan setiap tahun pengurus Pokja berkewajiban memberikan laporan rekapitulasi perputaran keuangan Pokja. Berdasarkan keterangan dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, diharuskan setiap Pokja menyerahkan laporan pertanggungjawaban setiap tahun berupa laporan agenda dan pengembangan situ kepada instansi penanggung jawab terdekat kelurahan, akan tetapi pada kenyataannya laporan pertanggungjawaban ke kelurahan tidak pernah dilakukan. Hal ini dikarenakan kelurahan tidak terlalu berpengaruh terhadap pengelolaan secara teknis Situ Pengasinan, sehingga pihak kelurahan hanya sekedar tahu bahwa di Situ Pengasinan ada pengelolaan dan pemanfaatan situ berbasis masyarakat. Pihak kelurahan sendiri tidak menjadikan ini masalah yang besar, dengan catatan pengelola Situ Pengasinan dapat bertanggung jawab dengan apa yang menjadi program kegiatannya. Dinas Pariwisata juga tidak menjadikan masalah yang besar dengan tidak rutinnya pengelola Situ Pengasinan memberikan laporan. Berdasarkan keterangan, bagian terpenting dari Pokja adalah komunikasi antar dinas dan pihak pengelola terjalin. Tabel 21 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap perencanaan ke depan di Situ Pengasinan Perencanaan ke depan Jumlah orang Persentase Sangat terencana Cukup terencana 10 100 Tidak terencana Jumlah 10 100 Sumber : Data primer 2013 diolah Berdasarkan tabel 21, terlihat bahwa 100 pengurus Pokja mengatakan pengelolaan Situ Pengasinan cukup terencana. Perencanaan pengembangan situ sebagai kawasan wisata air yang lengkap sudah direncanakan baik jangka panjang lima tahun atau sepuluh tahun, dan sebagian besar sudah terlaksana, namun karena keterbatasan keuangan dari manajemen masing-masing personal dan keterbatasan lainnya, perencanaan ke depan masih dikatakan belum maksimal. Perencanaan pengembangan wisata Situ Pengasinan telah tertulis dalam laporan pertanggungjawaban Pokja Situ Pengasinan setiap tahunnya. 49 Tabel 22 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap penyelesaian masalah konflik Pemecahan konflik Jumlah orang Persentase Konflik terselesaikan sangat baik 10 100 Konflik terselesaikan dengan baik Konflik tidak dapat terselesaikan Jumlah 10 100 Sumber : Data primer 2013 diolah Dari data di atas, 100 pengurus Pokja mengatakan konflik yang terjadi dapat terselesaikan dengan sangat baik. Berdasarkan hasil wawancara, responden mengatakan sebenarnya tidak ada konflik yang dianggap serius atau berat. Konflik yang ada hanya sebatas perbedaan pendapat saja. Dijelaskan oleh salah satu responden, kunci berjalannya Pokja ini adalah komunikasi dan keterbukaan. Tidak ada yang ditutup-tutupi agar timbulnya kepercayaan di antara sesama pengurus. Selain itu, jika terjadi suatu masalah selurus elemen yang terlibat dalam pengelolaan Situ Pengasinan selalu mengomunikasikan dengan baik. Hal ini bertujuan agar setiap masalah yang ada dapat terselesaikan dengan baik. Tabel 23 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap menghadapi perubahan di Situ Pengasinan Menghadapi perubahan di alam organisasi Jumlah orang Persentase Sangat mudah menyesuaikan Mudah menyesuaikan 10 100 Sulit menyesuaikan Jumlah 10 100 Sumber : Data primer 2013 diolah Kelembagaan Pokja baru saja mengalami perubahan struktur kepengurusan karena adanya regenerasi pengurus. Adanya regenerasi kepengurusan ini memberikan pengaruh terhadap sistem pengelolaan yang ada di Situ Pengasinan. Dari hasil sebaran persepsi, 100 pengurus Pokja mengatakan cukup mudah menyesuaikan diri dengan struktur yang baru, meskipun tetap ada pertanyaan, hal- hal kecil yang mengganjal, dan sebagainya. Musyawarah menjadi hal yang sangat perlu dilakukan untuk mencapai suatu keputusan yang akan diimplementasikan dalam tataran di lapangan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi perpecahan di antara pengurus Pokja. Masalah keuangan menjadi masalah yang sensitif, sehingga transparansi dana harus jelas dan setiap anggota memiliki hak berbicara dan menyalurkan ide-idenya dalam pengembangan Situ Pengasinan. 50 Keberhasilan kinerja Pokja, tidak terlepas dari kontrol komunitas atau individu yang menjembatani antara masyarakat dan pemerintah. Keberadaan komunitas-komunitas lingkungan yang ada di masyarakat dapat mengintervensi kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan prinsip ekologi, sehingga kesinergisan antara ketiganya merupakan faktor kunci dari keberhasilan Pokja dalam mengelola sumber daya situ.

B. Dampak Ekologi Kelembagaan Pokja

Adanya kegiatan wisata di Situ Pengasinan memberikan dampak bagi masyarakat sekitar yaitu dampak ekonomi seperti lapangan pekerjaan baru, penyerapan tenaga kerja, peluang masyarakat untuk berinvestasi di bidang pariwisata Situ Pengasinan Depok. Selain dampak ekonomi yang dirasakan, dampak ekologi juga dirasakan oleh masyarakat dan pengunjung Situ Pengasinan Depok. Sebelum dibentuk Pokja, kondisi situ pernah mengalami krisis dan keberadaan Situ Pengasinan sudah tidak nampak, bahkan hampir dialihfungsikan menjadi daerah pemukiman penduduk. Akan tetapi, pemerintah pusat kembali mengkaji kebijakannya dan mengadakan pengerukan di setiap daerah penampungan air, seperti situ dan membentuk Pokja sebagai pengawas dan pemelihara situ. Keberadaan Pokja diharapkan dapat menjadikan Situ Pengasinan menjadi lebih terawat dan terjaga. Pada awalnya pengerukan Situ Pengasinan hanya bertujuan pengembalian fungsi situ sebagai wadah penampungan air agar tidak terjadi kekeringan ketika datang musim kemarau. Selanjutnya, Dinas Pariwisata menjadikan wilayah situ tersebut sebagai objek wisata agar dapat menjadi stimulasi masyarakat sekitar dalam menjaga dan mengelola Situ Pengasinan. Hasilnya, wadah penampungan air dapat berjalan sebagaimana mestinya dan digunakan untuk irigasi. Kondisi situ terlihat menjadi lebih bersih karena disadari kebersihan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat pengunjung. Saat ini, situ menjadi lebih terpelihara karena jika terjadi kerusakan, maka Pokja sebagai pengelola Situ Pengasinan segera meminta bantuan kepada pemerintah pusat untuk memperbaiki badan fisik situ yang rusak. Adanya Pokja menjadikan situ yang ada lebih terawat dari segi kualitas air, terjaganya keberadaan sempadan, lingkungan yang lebih bersih. Pokja Situ Pengasinan merupakan salah satu pokja yang aktif dalam melakukan perawatan 51 dan pengembangan situ. Dampak ekologi dapat diukur dengan menggunakan parameter tingkat kebersihan, kualitas air, tingkat keamanan, jumlah tegakan pohon, tingkat kenyamanan, keindahan alam, fasilitas yang tersedia, dan kondisi jalan. Parameter ekologi tersebut diukur dengan menggunakan pendekatan persepsi responden: Tabel 24 Sebaran persepsi wisatawan terhadap tingkat kebersihan di Situ Pengasinan Tingkat Kebersihan Jumlah orang Persentase Sangat bersih Cukup bersih 73 73 Tidak bersih 27 27 Jumlah 100 100 Sumber : Data primer 2013 diolah Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 73 wisatawan mengatakan kondisi di area wisata Situ Pengasinan cukup bersih, dan 27 wisatawan lain mengatakan tidak bersih. Hal ini dipengaruhi letak keberadaan wisatawan di area wisata. Pada bagian dekat pintu masuk utama, terlihat cukup bersih, namun dekat perbatasan rumah warga masih terlihat tumpukan sampah, sehingga ketika wisatawan belum berkeliling secara keseluruhan, wisatawan akan mengatakan cukup bersih. Tabel 25 Sebaran persepsi wisatawan terhadap kualitas air di Situ Pengasinan Kualitas air Jumlah orang Persentase Sangat jernih Cukup jernih 100 100 Tidak jernih Jumlah 100 100 Sumber : Data primer 2013 diolah Berdasarkan hasil persepsi wisatawan, 100 wisatawan mengatakan kualitas air Situ Pengasinan cukup bersih tercermin dari tidak adanya tumpukan sampah atau kotoran lainnya sebagaimana yang terlihat pada situ-situ lain di Depok. Kebersihan situ juga terlihat dari tidak adanya gulma atau eceng gondok yang memenuhi situ dan keberadaan ikan membuktikan bahwa kualitas air cukup baik, sehingga dapat menjadi tempat hidup ikan-ikan yang ada.