35
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Kelembagaan
Kelembagaan Pokja Situ Pengasinan merupakan organisasi pengelolaan Situ Pengasinan yang memiliki struktur dan aturan main. Berdasarkan keterangan dari
Pemerintah Depok, Pokja Situ Pengasinan merupakan Pokja yang aktif dan terbaik dalam pengelolaan dan manajemen sumber daya situ di Depok. Sesuai
dengan parameter analisis kelembagaan yang telah dibuat sebelumnya, maka analisis kelembaga Pokja Situ Pengasinan dilihat mulai dari proses pembentukan
kelembagaan, substansi aturan dan kinerja kelembagaan Pokja.
6.1.1 Proses Pembentukan Kelembagaan
Pembentukan Pokja Situ Pengasinan diinisiasi oleh pemerintah dengan keluarnya Instruksi Menteri Dalam Negeri Inmendagri No.141998 tentang
pembinaan pengelolaan situ di Jabodetabek dan diteruskan oleh keputusaan Walikota Kepala Daerah Tingkat II Depok Nomor 821.2971KptsHuk1999
tentang pembentukan kelompok kerja pengendalian, pengamanan, dan pelestarian Situ. Pokja Situ memiliki dua tugas utama: Pertama, menyelenggarakan
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pengelolaan Situ di Depok. Kedua, menyelenggarakan rehabilitasi, konservasi, penertiban, pengamanan,
pemeliharaan, dan pemberdayaan situ secara tepat, berdaya guna, dan berhasil guna. Jika dianalisis, keputusaan yang dikeluarkan oleh Walikota bersifat top-
down. Awalnya, kelembagaan Pokja ini berdiri tahun 2004, setahun setelah dilakukannya pengerukan yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai
Ciliwung Cisadane BBWSCC dan Lembaga Pemerhati Lingkungan Hidup Lempalhi sebagai LSM yang menangani isu lingkungan. Lempalhi merasa
bahwa situ yang sudah rusak harus ada pengelolaan yang jelas agar ekosistemnya terjaga secara berkelanjutan. Lempalhi bersama dengan pihak kelurahan
menginisiasi proses berjalannya Pokja dengan melakukan pendampingan hingga tahun 2008. Di waktu yang bersamaan, Dinas Pariwisata masuk dan memberikan
pencerahan pada masyarakat dengan mengembangkan Situ Pengasinan sebagai objek pariwisata dan memberikan bantuan berupa permainan air, sepeda air
36
sebanyak 6 unit yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola Situ Pengasinan. Hal ini disambut baik oleh masyarakat karena mereka merasa terbantu dengan adanya
wadah Pokja sebagai pengelola. Masyarakat Pengasinan memiliki minat yang tinggi terhadap organisasi, sehingga dapat menjadikan Pokja sebagai sarana
mengorganisir pengelolaan sumber daya manusia sekaligus sumber daya alamnya. Setelah adanya pendampingan dari Lempalhi dan Dinas Pariwisata, Pokja
melakukan sosialisasi terhadap peran dan fungsi Pokja kepada masyarakat dalam bentuk undangan. Pokja merupakan lembaga pengelolaan Sumberdaya alam
berbasis masyarakat. Dalam pengelolaan Situ tersebut, Pokja mengumpulkan dana melalui penawaran investasi kepada masyarakat sekitar dengan pola bagi hasil.
Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat dan penggiat lingkungan hidup, diketahui bahwa antara tahun 2005 hingga 2006 terdapat
Komunitas Depok Hijau yang mengakomodir dan menginisiasi Forum Pokja se- Kota Depok. Untuk skala makro, forum ini kurang berhasil, namun untuk di Situ
Pengasinan sendiri, Komunitas Depok Hijau cukup memberi pondasi yang kuat dalam pelaksanaan pembangunan Pokja ke depannya. Komunitas bersama
berfungsi sebagai kontrol agar pengelolaan situ-situ yang ada di Depok khususnya Situ Pengasinan menjadi lebih baik.
6.1.2 Substansi Aturan Kelembagaan POKJA
Kelembagaan Pokja meliputi dua hal, yaitu struktur kelembagaan dan aturan kelembagaan pokja. Aturan kelembagaan Pokja merupakan aturan main yang
berlaku di Pokja tersebut. Aturan main meliputi aturan formal berupa Anggaran Dasar AD maupun Anggaran Rumah Tangga ART, serta undang-undang yang
berasal dari keputusan menteri, peraturan daerah, dinas pertanian, dan berbagai instansi yang terlibat dalam pengelolaan Situ Pengasinan. Sedangkan aturan
informal berupa kesepakatan bersama yang disetujui oleh pengurus Pokja, namun tidak dipaparkan dalam bentuk tulisan seperti jadwal rapat bulanan, laporan
keuangan bulanan Pokja, upah tenaga kerja, pembagian uang kerohiman atau Tunjangan Hari Raya THR. Beberapa aturan terkait penggelolaan Situ
Pengasinan, yaitu :
37
Tabel 9 Aturan Formal Pengelolaan Situ
No Peraturan
Hal yang Diatur 1
Inmendagri No.141998
tentang pembinaan
Pengelolaan Situ
di Jabodetabek
Menginstruksikan kepada
Gubernur, BupatiWalikotamadya untuk melakukan upaya
dalam pelestarian situ, peningkatan pemanfaatan situ
2 Kepmendagri No. 1791996
tentang pedoman organisasi dan
tata kerja
Balai Pengelolaan
Sumberdaya Air
Kedudukan tugas dan pokok fungsi dari Dinas Pekerjaan
Umum atau
Bina Marga
dan Sumberdaya Air
3 Permen LH No. 28 2009
tentang Daya
tampung beban
pencemaran air
danau waduk Daya tampung pencemaran air, Status mutu dan
tingkat kondisi mutu air, status kualitas berdasarkan unsur hara dan kandungan biomassa
fitoplankton
4 Perda Depok No. 18 2003
tentang garis sempadan Garis sempadan situ lima puluh meter dari titik
pasang tertinggi ke arah darat 5
Perda Depok No.142001 Ketertiban pembangunan dan ketertiban
lingkungan
Sumber : Data sekunder 2013 diolah
Pokja tidak memiliki aturan formal atau tertulis yang mengatur sistem pengelolaan situ. Untuk aturan tertulis seperti batas situ atau daerah sempadan dan
teknis pelaksanaan di lapangan, peraturan dibuat langsung dari Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air dan Pemerintah Daerah bagian Hukum. Aturan yang dibuat
oleh Dinas pemerintah lebih ke arah regulasi kepada masyarakat luas dalam memanfaatkan situ. Sedangkan untuk aturan main, internal Pokja cukup dengan
aturan informal. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Pokja, maka didapat beberapa aturan informal Pokja Situ Pengasinan Depok, yakni:
Tabel 10 Aturan informal Pokja Situ Pengasinan
No Peraturan Hal yang Diatur
1 Rapat Bulanan Pokja
Rapat mengenai hasil pembagian investasi dari pemegang saham guna pengembangan pariwisata di
Situ Pengasinan dan evaluasi kinerja Pokja. 2
Laporan keuangan bulanan Pokja Laporan Administratif secara tertulis mengenai
Keuangan mengenai keuangan 3
Persentase pembagian upah tenaga kerja
Persentase pembagian upah tenaga kerja 4
Pemanfaatan Pemanfaatan dari Situ Pengasinan
5 Pembagian uang Kerohiman
Pemberian uang setiap tahun saat lebaran kepada masyarakat sekitar situ sebagai bentuk kompensasi
atas kebisingan yang timbul.
Sumber : Data primer 2013 diolah