Konsep Analisis Multiplier Effect
                                                                                20
pertama,  pihak  mana  yang  menginisiasi  terbentuknya  Pokja.  Inisisasi  ini  menandakan lahirnya  suatu  gagasan  dalam  masyarakat.  Kedua,  menganalisis  bagaimana  proses
pembentukan  kelembagaan.  Biasanya  pada  proses  pembentukan  ini  akan  terlihat diskusi,  kritisi,  tukar  pendapat  antar  berbagai  golongan  kekuatan  dan  selanjutnya
diskusi  ini  dijabarkan  atau  dirumuskan  lebih  lanjut  secara  lebih  teknis.  Ketiga, bagaimana sosialisasi atau penyebarluasan  aturan  yang telah dibuat oleh Pokja kepada
masyarakat Rodyah 2012. Selain  proses  terbentuknya  kelembagaan,  pengelolaan  kelembagaan  dianalisis
berdasarkan  kualitas  kelembagaan.  Kualitas  kelembagaan  dapat  dilihat  dari  substansi aturan dan perangkat-perangkat yang ada memenuhi kriteria kelengkapan dan kejelasan.
Aturan  main  dalam  sebuah  kelembagaan  menjadi  penting  dan  berfungsi  untuk memberikan  arahan  kepada  anggota  atau  masyarakat  dalam  pemanfaatan  Situ
Pengasinan.  Aturan  main  kelembagaan  dikatakan  lengkap  dan  jelas  jika  tugas  pokok fungsi  dan  pembagian  peran  masing  masing  anggota  jelas,  sanksi  yang  diberlakukan
jelas,  dan  keberadaan  pihak  yang  mengawasi  pun  harus  jelas  atau  transparan.  Sistem manajemen  yang  diberlakukan  mampu  mewakili  seluruh  keinginan  yang  ada  pada
masyarakat  dan    pembagian  tugas  pokok  fungsi  masing  masing  harus  jelas  dan bertujuan memberikan perubahan yang lebih baik.
Setelah  menganalisis  proses  dan  kualitas  kelembagaan  Pokja,  hal  terakhir  yang perlu  dilakukan  adalah  menganilisis  kinerja  kelembagaan  untuk  menilai  apakah
kelembagaan  Pokja  dapat  dikatakan  baik  atau  tidak,  guna  mencapai  output  yang diharapkan. Kinerja kelembagaan didefinisikan sebagai kemampuan suatu kelembagaan
untuk  menggunakan  sumber  daya  yang  dimilikinya  secara  efisien  dan  menghasilkan output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan kebutuhan pengguna Peterson
dalam  Syahyuti  2004.  Kinerja  dapat  dianalisis  berdasarkan  pelaksanaan  di  lapangan apakah  sesuai  dengan  substansi  aturan  yang  berlaku,  seperti  bagaimana  mekanisme
pelaksanaan di lapangan, hak kepemilikan, sanksi yang berlaku, monitoring dan kontrol, kepatuhan  terhadap  peraturan  yang  telah  dibuat, dan  dampak  yang  diberikan  baik  dari
segi  ekonomi  dan  ekologi.  Adanya  kelembagaan,  dari  segi  ekonomi  memberi  dampak terbukanya peluang tenaga kerja baru, jumlah investasi, serta kenaikan pendapatan dan
dari  segi  ekologi,  meliputi  kualitas  lingkungan  berupa  kuantitas  sampah,  kualitas  air,
21
jumlah  tegakan,  tingkat  sedimentasi,  cadangan  air,  dan  sebagainya.  Berikut penjelasannya melalui matriks analisis kelembagaan:
Tabel 3  Matriks analisis kelembagaan
Tujuan Indikator
Variabel Analisis
Proses terbentuknya
kelembagaan - Inisiasi
- Pembentukan - Sosialisasi
- Kelembagaan
dibuat berdasarkan  inisiasi  kebutuhan
masyarakat -
Proses  pembentukan  mewakili keinginan setiap anggota
- Sosialisasi
aturan ke
masyarakat Analisis
deskriptif
Kualitas Kelembagaan
- Kelengkapan
aturan - Kejelasan
aturan -
Substansi  aturan  yang  dibuat jelas
- Terdapat  pembagian  tugas  dan
wewenang -
Kelengkapan susunan pengurus -
Perangkat aturan dibuat lengkap -
Anggota kelembagaan
menjalankan  tugas  dan  fungsi dengan baik
- Kejelasan  aturan  melalui  lisan,
tertulis, keduanya. Analisis
deskriptif
Kinerja Kelembagaan
- Pelaksanaan
- Dampak
ekonomi -
Dampak ekologi
- Mekanisme pelaksanaan aturan
- Hak kepemilikan
- Sanksi yang berlaku
- Monitoring dan kontrol
- Penyerapan tenaga kerja
- Volume investasi
- Pendapatan masyarakat
- Perbaikan kualitas lingkungan
- Kuantitas sampah
- Kualitas air
- Jumlah tegakan
- Kuantitas sedimentasi
Analisis deskriptif