SEM berbasis component atau variance - PLS

diberikannya juga tinggi. Dengan tingginya kompensasi, maka produktivitas menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, jika produktivitas rendah, maka kompensasi yang diberikan juga rendah. Dengan kompensasi yang rendah, maka produktivitas menjadi lebih rendah lagi.

2.4. Partial Least Square

Partial Least Square PLS pertama kali dikembangkan oleh Wold sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multiple indikator. Pada tahun 1966, Herman Wold mempresentasikan dua prosedur iteratif menggunakan metode estimasi last square LS untuk single dan multi komponen model dan untuk cononcial correlation. Pendekatan PLS adalah distribution free tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval dan rasio. PLS pada awalnya diberi nama NIPALS nonlinear iterative partial least square. Menurut Wold, dibandingkan dengan pendekatan lain khususnya metode maximum likelihood, NIPALS lebih umum oleh karena bekerja dengan sejumlah kecil asumi zero intercorrelation antara residual dan variabel. Oleh karena itu, pendekatan NIPALS memberikan model yang closer fit terhadap hasil observasi. Model dasar PLS diselesaikan tahun 1977 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Lohmoller 1984, 1989 dan Chin 1996 dalam bentuk software bernama PLS Graph.

2.4.1 SEM berbasis component atau variance - PLS

Sebagai alternatif Covariance Based SEM CBSEM, pendekatan variance based atau component based dengan PLS orientasi analisis bergeser dari menguji model kausalitasteori ke component based predictive model. CBSEM lebih berorientasi kepada model building yang dimaksudkan untuk menjelaskan covariance dari semua observed indicators, sedangkan tujuan PLS adalah prediksi. Variabel laten didefinisikan sebagai jumlah dari indikatornya. Algoritma PLS ini ingin mendapatkan the best weight estimate untuk tiap blok indikator dari setiap variabel laten. Hasil komponen skor untuk setiap variabel laten didasarkan pada estimated indicator weight yang memaksimumkan variance explained untuk variabel dependent laten observed dan keduanya Seperti yang dinyatakan oleh Wold Ghozali, 2005 Partial Least Square merupakan metode analisis yang powerfull karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Data tidak harus terdistribusi normal multivariat indikator dengan skala teori, ordinal, interval sampai ratio digunakan pada model yang sama, sampel tidak harus besar. Walaupun PLS dapat juga digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara variabel laten. Oleh karena lebih menitikberatkan pada data dan dengan prosedur estimasi yang terbatas, maka misspesifikasi model tidak begitu berpengaruh terhadap estimasi parameter. Dibandingkan dengan CBSEM, PLS menghindari dua masalah serius yaitu inadminisable solution dan factor indeterminacy. PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan indikator formatif dan ini tidak mungkin dijalankan dengan CBSEM karena akan terjadi unidentified model. Oleh karena algoritma dalam PLS menggunakan analisis series ordinary last square, maka identifikasi model bukan masalah dalam recursive dan juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu dari pengukuran variabel. Lebih jauh efisiensi perhitungan algoritma mampu mengestimasi model yang besar dan kompleks dengan ratusan variabel laten dan ribuan indicator. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa jika model struktural dan model pengukuran yang dihipotesiskan benar dalam artian menjelaskan covariance semua indikator dan kondisi data serta ukuran contoh terpenuhi, maka CBSEM memberikan estimasi optional dari parameter model. Ini ideal untuk konfirmasi model dan estimasi kebenaran parameter populasi. Tabel 2 berikut ini memberikan ringkasan perbandingan antara PLS dengan CBSEM. Tabel 2. Perbandingan PLS dengan CBSEM Kriteria PLS CBSEM 1. Tujuan 2. Pendekatan 3. Asumsi 4. Estimasi parameter 5. Score variabel laten 6. Hubungan epistemic antara variabel laten dan indikatornya 7. Implikasi 8. Kompleksitas model 9. Besar sampel 1. Orientasi prediksi 2. Berdasar variance 3. Spesifikasi predictor nonparametric 4. Konsisten sebagai indikator dan ukuran contoh meningkat consistency at large 5. Secara eksplisit diestimasi 6. Dapat dalam bentuk reflektif dan formatif indicator 7. Optimal untuk ketepatan prediksi 8. Kompleksitas besar 100 konstruk dan 1000 indikator 9. Kekuatan analisis didasarkan pada porsi dari model yang memiliki jumlah predictor terbesar. Minimal rekomendasi 30 hingga 100 kasus. 1. Orientasi parameter 2. Berdasar covariance 3. Multivariate normal distributor, independency observation parametric 4. Konsisten 5. Indeterminate 6. Hanya dengan reflektif indicator 7. Optimal untuk ketepatan parameter 8. Kompleksitas kecil kurang dari 100 indikator 9. Kekuatan analisis didasarkan pada model spesifik-minimal direkomendasikan berkisar 200 hingga 800.

2.4.2 Perbandingan antara soft modelling dengan hard modelling

Dokumen yang terkait

Analisis karakteristik usahatani komoditas hortikultura dan faktor faktor yang mempengaruhinya di kawasan agropolitan pacet Cianjur

2 25 188

Persepsi petani terhadap kebijakan pemerintah daerah dalam upaya pengembangan agribisnis sayuran ( kasus petani sayuran peserta program pengembangan kawasan agropolitan desa sindang jaya kecamatan cipanas kabupaten cianjur )

1 14 142

Potensi Pengembangan dan Analisis Kelayakan Finansial Tanaman Kentang (Solanum tuberosum. L) di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

0 7 10

Analisis Pola Aliran Penduduk di Kawasan Agropolitan (Studi Kasus Kecamatan Pacet dan Cipanas, Kabupaten Cianjur)

4 26 127

Kajian terhadap pendapatan petani dan harga tanah di Kawasan Agropolitan: studi kasus di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet dan Cipanas Kabupaten Cianjur

0 8 240

Keefektivan Komunikasi Dalam Pengembangan Peran Peran Kelembagaan Agropolitan (Kasus Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur)

0 22 391

Analisis karakteristik usahatani komoditas hortikultura dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di kawasan agropolitan pacet - Cianjur

1 13 357

Kajian terhadap pendapatan petani dan harga tanah di Kawasan Agropolitan studi kasus di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet dan Cipanas Kabupaten Cianjur

0 7 126

PENGARUH AGRIBISNIS HORTIKULTURA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI : Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.

1 6 41

PENGARUH AGRIBISNIS HORTIKULTURA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI :Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.

0 1 47