Metode Partial Least Square PLS

perubahan pada indikator? 2. Interchangeability antar indikator a. Haruskah indikator memiliki content yang sama? b. Apakah indikator share common theme? c. Apakah dengan menghilangkan satu indikator akan merubah makna konstruk? 3. Covariance antar indikator a. Apakah perubahan satu indikator berhubungan dengan perubahan indikator lainnya b. Nomological dari konstruk indicator c. Apakah indikator diharapkan memiliki antesenden dan konsekuen yang sama? perubahan pada indikator 2. Indikator tidak interchangeable a. Indikator tidak harus memiliki konten yang sama atau mirip b. Indikator tidak perlu share common theme c. Menghilangkan satu indikator akan mengubah makna konstruk 3. Tidak perlu adanya kovariansi antar indicator a. Tidak harus b. Nomological net indikator mungkin berbeda c. Indikator tidak perlu menggunakan anteseden dan konsekuen yang sama pada indikator 2. Indikator harus interchangeable a. Indikator harus memiliki konten yang sama atau mirip b. Indikator harus share common theme c. Menghilangkan satu indikator tidak akan mengubah makna konstruk 3. Indikator diharapkan memiliki kovariansi satu sama lainnya a. Harus b. Nomological net indikator tidak harus berbeda c. Indikator harus menggunakan anteseden dan konsekuen yang sama

2.4.4 Metode Partial Least Square PLS

Partial least square merupakan factor indeterminacy, metode analisis yang powerfull oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampelnya pun kecil. Secara filosofis, perbedaan antara covariance based SEM dengan covarian based PLS adalah tujuan penggunaan model struktural untuk menguji teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi. Pada situasi dimana ada teori sebagai dasar yang kuat dan pengujian teori atau pengembangan teori sebagai tujuan utama riset, maka metode covariance based maximum likelihood atau generalized partial least square lebih sesuai. Namun demikian, adanya indeterminansi dari estimasi factor score maka akan kehilangan ketepatan prediksi. Tujuan prediksi, pendekatan PLS lebih cocok. Pendekatan PLS, diasumsikan bahwa semua ukuran variance adalah variance yang berguna untuk dijelaskan. Oleh karena pendekatan untuk mengestimasi variabel laten dianggap sebagai kombinasi linear dari indikator maka menghindarkan masalah indeterminasi dan memberikan definisi yang pasti dari komponen skor. PLS memberikan model umum yang Lanjutan Tabel 3 meliputi teknik korelasi kononikal, redundancy analysis, regresi berganda, multivariate analysis of variance MANOVA dan principle component analysis. Oleh karena PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri analisis ordinary least squares maka persoalan identifikasi model tidak menjadi masalah untuk model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu untuk skala ukuran variabel. Lebih jauh lagi jumlah sampel dapat kecil dengan perkiraan kasar yaitu 1 sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari indikator kausal formatif catatan skala untuk konstruk yang didesain dengan reflektif indikator dapat diabaikan, 2 sepuluh kali dari jumlah terbesar structural path yang diarahkan pada konstruk tertentu dalam model struktural. PLS sebagai model alternatif dari CBSEM. Menurut Joreskog dan Wold Ghozali, 2008, maximum likelihood berorientasi pada teori dan menekankan transisi dari analisis exploratory ke confirmatory. PLS dimaksudkan untuk causal-predictive analysis dalam situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah.

2.4.5 Cara Kerja Partial Least Square PLS

Dokumen yang terkait

Analisis karakteristik usahatani komoditas hortikultura dan faktor faktor yang mempengaruhinya di kawasan agropolitan pacet Cianjur

2 25 188

Persepsi petani terhadap kebijakan pemerintah daerah dalam upaya pengembangan agribisnis sayuran ( kasus petani sayuran peserta program pengembangan kawasan agropolitan desa sindang jaya kecamatan cipanas kabupaten cianjur )

1 14 142

Potensi Pengembangan dan Analisis Kelayakan Finansial Tanaman Kentang (Solanum tuberosum. L) di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

0 7 10

Analisis Pola Aliran Penduduk di Kawasan Agropolitan (Studi Kasus Kecamatan Pacet dan Cipanas, Kabupaten Cianjur)

4 26 127

Kajian terhadap pendapatan petani dan harga tanah di Kawasan Agropolitan: studi kasus di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet dan Cipanas Kabupaten Cianjur

0 8 240

Keefektivan Komunikasi Dalam Pengembangan Peran Peran Kelembagaan Agropolitan (Kasus Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur)

0 22 391

Analisis karakteristik usahatani komoditas hortikultura dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di kawasan agropolitan pacet - Cianjur

1 13 357

Kajian terhadap pendapatan petani dan harga tanah di Kawasan Agropolitan studi kasus di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet dan Cipanas Kabupaten Cianjur

0 7 126

PENGARUH AGRIBISNIS HORTIKULTURA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI : Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.

1 6 41

PENGARUH AGRIBISNIS HORTIKULTURA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI :Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.

0 1 47