Perbandingan antara soft modelling dengan hard modelling Variabel laten dengan indikator refleksif dan indikator formatif

Tabel 2. Perbandingan PLS dengan CBSEM Kriteria PLS CBSEM 1. Tujuan 2. Pendekatan 3. Asumsi 4. Estimasi parameter 5. Score variabel laten 6. Hubungan epistemic antara variabel laten dan indikatornya 7. Implikasi 8. Kompleksitas model 9. Besar sampel 1. Orientasi prediksi 2. Berdasar variance 3. Spesifikasi predictor nonparametric 4. Konsisten sebagai indikator dan ukuran contoh meningkat consistency at large 5. Secara eksplisit diestimasi 6. Dapat dalam bentuk reflektif dan formatif indicator 7. Optimal untuk ketepatan prediksi 8. Kompleksitas besar 100 konstruk dan 1000 indikator 9. Kekuatan analisis didasarkan pada porsi dari model yang memiliki jumlah predictor terbesar. Minimal rekomendasi 30 hingga 100 kasus. 1. Orientasi parameter 2. Berdasar covariance 3. Multivariate normal distributor, independency observation parametric 4. Konsisten 5. Indeterminate 6. Hanya dengan reflektif indicator 7. Optimal untuk ketepatan parameter 8. Kompleksitas kecil kurang dari 100 indikator 9. Kekuatan analisis didasarkan pada model spesifik-minimal direkomendasikan berkisar 200 hingga 800.

2.4.2 Perbandingan antara soft modelling dengan hard modelling

Model CBSEM sering disebut dengan hard modelling, sedangkan PLS sering disebut dengan soft modelling. Hard modelling bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas atau memberikan deskripsi mekanisme hubungan kausalitas sebab-akibat dan hal ini memberikan gambaran yang ideal secara ilmiah dalam analisa data. Jika data yang akan dianalisa tidak memenuhi kriteria ideal sehingga tidak dapat dianalisa dengan hard modelling. Soft modelling mampu menganalisa data yang tidak ideal tersebut. Soft mempunyai arti tidak mendasarkan pada asumsi alat pengukuran, distribusi data dan jumlah sampel. Pada hard modelling bertujuan menguji hubungan kausalitas antar variabel yang sudah dibangun berdasarkan teori, sedangkan pada soft modelling bertujuan mencari hubungan linear prediktif antar variabel. Hubungan kausalitas tidak sama dengan hubungan prediktif. Pada hubungan kausalitas, CBSEM mencari invariant parameter yang secara struktural atau fungsional menggambarkan bagaimana dunia ini bekerja. Invariant parameter menggambarkan hubungan kausalitas antar variabel dalam suatu sistem yang tertutup sehingga kejadian yang ada dapat dikendalikan secara penuh. Sedangkan dalam PLS, hubungan linear yang optimal antar variabel laten dihitung dan diinterpretasikan sebagai hubungan prediktif terbaik yang tersedia dengan segala keterbatasan yang ada. Sehingga kejadian yang ada tidak dapat dikendalikan secara penuh. Jadi PLS hanya digunakan jika data yang dimiliki tidak dapat diselesaikan dengan CBSEM.

2.4.3 Variabel laten dengan indikator refleksif dan indikator formatif

Metode persamaan struktural merupakan gabungan antara model ekonometrik yang ingin melihat hubugan antar variabel laten yang sering disebut dengan model struktural serta model psikometrik yang berkembang pada ilmu psikologi dan sosiologi yang mengukur variabel laten berdasarkan indikator-indikator pembentuk variabel laten dengan kesalahan pengukuran atau sering disebut model pengukuran. Pada CBSEM variabel laten diukur dengan indikator yang bersifat reflektif. Model reflektif mengasumsikan bahwa konstruk atau variabel laten mempengaruhi indikator arah hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator atau manifest. Dalam kenyataan variabel laten dapat juga dibentuk oleh indikator yang bersifat formatif yang mengasumsikan bahwa indikator-indikator mempengaruhi konstruk arah hubungan kausalitas dari indikator ke konstruk. 1. Model indikator reflektif Menurut Bollen Ghozali, 2008 pemilihan konstruk berdasarkan model reflektif atau formatif tergantung dari prioritas hubungan kausalitas antara indikator dan variabel laten. Model indikator refleksif dikembangkan berdasarkan pada classical test theory yang mengasumsikan bahwa variasi skor pengukuran konstruk merupakan teori dari true score ditambah error. Jadi konstruk laten mempengaruhi variasi pengukuran dan asumsi hubungan kausalitas dari konstruk laten ke indikator. Model reflektif sering disebut juga pricipical factor model dimana covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh konstruk laten atau mencerminkan variasi dari konstruk laten. Pada model refleksif konstruk unidimensional yang digambarkan dengan bentuk elips dengan beberapa anak panah dari konstruk ke indikator. Model ini menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk laten akan mempengaruhi perubahan pada indikator. Model indikator refleksif harus memiliki internal konsistensi oleh karena semya ukuran indikator diasumsikan semuanya valid indikator yang mengukur semua konstruk, sehingga dua ukuran indikator yang sama reliabilitasnya dapat saling dipertukarkan. Walaupun reliabilitas cronbach alpha suatu konstruk akan rendah jika hanya ada sedikit indikator, tetapi validitas konstruk tidak akan berubah jika satu indikator dihilangkan. Gambar 2. Principal factor reflective model Ghozali, 2008 2. Model indikator formatif Asal usul model formatif dapat ditelusuri kembali pada model “operational definition”. Berdasarkan pada model oprationalism dinyatakan bahwa setiap konsep akan menjadi pengukuran dan tidak memiliki makna diluar pengukuran itu sendiri. Jika keseluruhan makna dari konsep dikaitkan dengan pengukurannya dan konsep teoritis hanya satu dan mempunyai satu pengukuran. Jika menggambarkan suatu konsep variabel laten dan x adalah ukuran empiris indicator atau variabel manifest, maka: = x ……………………...…….. 3 X 1 X 2 X 3 Principical factor Pandangan lebih kontemporer memungkinkan adanya multiple pengukuran multiple indicator x i i = 1,β,γ,….. Sehingga suatu konsep diasumsikan merupkan fungsi dari pengukurannya indikatornya. Menurut definisi ini maka model formatif dapat diformulasikan secara matematik sebagai berikut: = 1 x 1 + 2 x 2 + 3 x 3 + ………… 4 Persamaan 3 merupakan karakteristik riset yang dilakukan di bidang pemasaran pada tahun 1960an hingga 1970an dimana hanya menggunakan satu indikator untuk mengukur suatu konstruk. Penggunaan model ini terbatas karena menolak kemungkinan multiple pengukuran suatu konsep teoritis. Persamaan 4 merupakan model pengukuran yang sekarang umum dilakukan. Pada model formatif, komposit faktor variabel laten dipengaruhi ditentukan oleh indikatornya. Jadi arah hubungan kausalitas dari indicator ke variabel laten. Pada model komposit variabel laten, perubahan pada indikator dihipotesiskan mempengaruhi perubahan dalam konstruk variabel laten. Tidak seperti pada model reflektif, model formatif tidak mengasumsikan bahwa indikator dipengaruhi oleh konstruk mengasumsikan bahwa semua indikator mempengaruhi single konstruk. Arah hubungan kausalitas mengalir dari indikator ke konstruk laten dan indikator sebagai grup secara bersama-sama menentukan konsep atau makna empiris dari konstruk laten. Oleh karena diasumsikan bahwa indikator mempengaruhi konstruk laten maka ada kemungkinan antar indikator saling berkorelasi, tetapi model formatif tidak mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator atau secara konsisten bahwa model formatif berasumsi tidak ada hubungan korelasi antar indikator. Oleh karena diasumsikan bahwa antar indikator tidak saling berkorelasi maka ukuran internal konsistensi reliabilitas cronbach alpha tidak diperlukan untuk menguji reliabilitas konstruk formatif. Seperti yang dinyatakan oleh Bollen dan Lennox Ghozali, 2008 kausalitas hubungan antar indikator tidak menjadi rendah nilai validitasnya hanya karena memiliki internal konsistensi yang rendah cronbach alpha. Untuk menilai validitas konstruk yang perlu dilihat dari variabel lain yang mempengaruhi konstruk laten. Jadi untuk menguji validitas dari konstruk laten, peneliti harus menekankan pada nomological dan criterion-related validity. Implikasi lainnya dari model formatif adalah dengan menghilangkan droping satu indikator dalam model akan menimbulkan persoalan yang serius. Menurut para ahli psikometri, indikator formatif menimbulkan memerlukan sensus semua konsep yang menjadi konstruknya. Jadi menghilangkan satu indikator akan menghilangkan bagian yang unik dari suatu konstruk. Komposit variabel laten memasukkan error term dalam model, hanya error term diletakkan pada konstruk laten dan bukan pada indikator. Berikut ini adalah contoh gambar konstruk dengan model indikator formatif. Gambar 3. Composite laten variabel formative model Ghozali, 2008 3. Kriteria membedakan antara model indikator reflektif dan formatif dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria untuk menentukan konstruk formatif atau reflektif Kriteria Model formatif Model reflektif 1. Arah hubungan kausalitas antara konstruk dan indikator a. Apakah indikator a mendefinisikan karakteristik konstruk atau b manifestasi dari konstruk? b. Apakah perubahan pada indikator mengakibatkan perubahan pada konstruk atau tidak? c. Apakah perubahan pada konstruk mengakibatkan 1. Arah kausalitas dari indikator ke konstruk a. Indikator mendefinisikan karakteristik konstruk b. Perubahan pada indikator harus mengakibatkan perubahan pada konstruk c. Perubahan pada konstruk tidak mengakibatkan 1. Arah kausalitas dari konstruk ke indikator a. Indikator manifest dari konstruk b. Perubahan pada indikator tidak harus menyebabkan perubahan pada konstruk c. Perubahan pada konstruk mengakibatkan perubahan X 1 X 2 X 3 Composite factor Zeta perubahan pada indikator? 2. Interchangeability antar indikator a. Haruskah indikator memiliki content yang sama? b. Apakah indikator share common theme? c. Apakah dengan menghilangkan satu indikator akan merubah makna konstruk? 3. Covariance antar indikator a. Apakah perubahan satu indikator berhubungan dengan perubahan indikator lainnya b. Nomological dari konstruk indicator c. Apakah indikator diharapkan memiliki antesenden dan konsekuen yang sama? perubahan pada indikator 2. Indikator tidak interchangeable a. Indikator tidak harus memiliki konten yang sama atau mirip b. Indikator tidak perlu share common theme c. Menghilangkan satu indikator akan mengubah makna konstruk 3. Tidak perlu adanya kovariansi antar indicator a. Tidak harus b. Nomological net indikator mungkin berbeda c. Indikator tidak perlu menggunakan anteseden dan konsekuen yang sama pada indikator 2. Indikator harus interchangeable a. Indikator harus memiliki konten yang sama atau mirip b. Indikator harus share common theme c. Menghilangkan satu indikator tidak akan mengubah makna konstruk 3. Indikator diharapkan memiliki kovariansi satu sama lainnya a. Harus b. Nomological net indikator tidak harus berbeda c. Indikator harus menggunakan anteseden dan konsekuen yang sama

2.4.4 Metode Partial Least Square PLS

Dokumen yang terkait

Analisis karakteristik usahatani komoditas hortikultura dan faktor faktor yang mempengaruhinya di kawasan agropolitan pacet Cianjur

2 25 188

Persepsi petani terhadap kebijakan pemerintah daerah dalam upaya pengembangan agribisnis sayuran ( kasus petani sayuran peserta program pengembangan kawasan agropolitan desa sindang jaya kecamatan cipanas kabupaten cianjur )

1 14 142

Potensi Pengembangan dan Analisis Kelayakan Finansial Tanaman Kentang (Solanum tuberosum. L) di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

0 7 10

Analisis Pola Aliran Penduduk di Kawasan Agropolitan (Studi Kasus Kecamatan Pacet dan Cipanas, Kabupaten Cianjur)

4 26 127

Kajian terhadap pendapatan petani dan harga tanah di Kawasan Agropolitan: studi kasus di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet dan Cipanas Kabupaten Cianjur

0 8 240

Keefektivan Komunikasi Dalam Pengembangan Peran Peran Kelembagaan Agropolitan (Kasus Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur)

0 22 391

Analisis karakteristik usahatani komoditas hortikultura dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di kawasan agropolitan pacet - Cianjur

1 13 357

Kajian terhadap pendapatan petani dan harga tanah di Kawasan Agropolitan studi kasus di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet dan Cipanas Kabupaten Cianjur

0 7 126

PENGARUH AGRIBISNIS HORTIKULTURA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI : Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.

1 6 41

PENGARUH AGRIBISNIS HORTIKULTURA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI :Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.

0 1 47