Model Spesifikasi dengan PLS

Kategori ketiga, adalah berkaitan dengan means dan lokasi parameter nilai konstanta regresi untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimasi, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dari lokasi konstanta. Pada dua tahap pertama proses iterasi indikator dan variabel laten diperlakukan sebagai deviasi penyimpangan dari nilai means rata-rata. Pada tahap ketiga untuk hasil estimasi dapat diperoleh berdasarkan pada data metric original, hasil weight estimase dan path estimate pada tahap kedua digunakan untuk menghitung means dan lokasi parameter. Tahap pertama merupakan jantung dari algoritma PLS yang berisi prosedur iterasi yang selalu akan menghasilkan weight estimate yang stabil. Komponen skor estimasi untuk setiap variabel laten didapat dengan dua cara. Melalui outside aproksimasi yang menggambarkan weighted agregat dari indikator konstruk dan melalui inside aproksimasi yang merupakan weight agregat component score lainnya yang berhubungan dengan konstruk dalam model teoritis. Selama iterasi berlangsung inner model estimate digunakan untuk mendapatkan outside approximation weight, sementara itu outer model estimate digunakan untuk mendapatkan inside approximation weight. Prosedur iterasi ini akan berhenti ketika presentase perubahan setiap outside approximation weight relative terhadap proses iterasi sebelumnya kurang dari 0,001.

2.4.6 Model Spesifikasi dengan PLS

Model analisis jalur semua variabel laten dalm PLS terdiri dari tiga set hubungan: 1 inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten structural model, 2 outer model yang menspesifikasi hubungan variabel laten dengan indikator atau dengan variabel manifestnya meansurement model, 3 weight relation dimana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau manifest variabel di skala zero means dan unit variance nilai standarized sehingga parameter lokasi parameter konstanta dapat dihilangkan dalam model. 1. Inner model Inner model yang kadang disebut juga dengan inner relation, structural model dan substantive theory menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini: = o + + Γξ + …………… 5 Dimana menggambarkan vektor endogen dependen variabel laten, ξ adalah vektor variabel laten exogen, dan adalah vektor variabel residual unexplained variance. Oleh karena PLS didesain untuk model recursive, maka hubungan antar variabel laten, setiap variabel laten dependen atau sering disebut causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikan sebagai berikut: = Σ i ji i + Σ i jb ξ b + j …....... 6 Dimana ji dan jb adalah koefisien jalur yang menghubungkan predik tor endogen dan variabel laten exogen ξ dan sepanjang range indeks i dan b, dan j adalah inner residual variabel. 2. Outer model Outer model sering juga disebut outer relation atau meansurement model yang mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Blok dengan indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut: x = Λ x ξ + x …….………..…….. 7 y = Λ y + y ………………….… 8 Dimana x dan y adalah indikator atau manifest variabel untuk variabel laten ek sogen dan endogen ξ dan . Sedangkan Λ x dan Λ y merupakan matrik loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan x dan y dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran dan noise. Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut: ξ = ξ x + ξ ………………...….. 9 = y + ………………….… 10 Dimana ξ, , x dan y merupakan variabel laten eksogen dan endogen. Ϊ x dan Ϊ y adalah koefisien regresi berganda dari variabel laten dan blok indicator dan x dan y adalah residual dari regresi. 3. Weight relation Inner dan outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi algoritma PLS, definisi weight relation sangat diperlukan. Nilai kasus untuk setiap variabel laten diestimasi dalam PLS sebagai berikut: ξ b = Σ kb w kb x kb ………………… 11 i = Σ ki w ki y ki ………...…….….. 12 Dimana w kb dan w ki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk estimasi variabel laten ξ b dan i . Estimasi variabel laten adalah linear agregat dari indikator yang nilai weightnya didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikan oleh inner dan outer model dimana adalah vaktor variabel endogen dependen dan ξ adalah vaktor variabel eksogen independen, merupakan va ktor residual dan serta Γ adalah koefisien jalur. 4. Evaluasi model Oleh karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik metrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan Chin, dalam Ghozali, 2008. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non-parametric. Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity dari indikatornya dan composite realibility untuk blok indikator. Sedangkan outer model yang indikator formatif dievaluasi berdasarkan pada substantif kontennya yaitu dengan membandingkan besarnya relative weight dan melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut. Model struktural atau inner model dievaluasi dengan melihat presentase variansi yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R 2 untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan Stone-Geisser Q- squares test dan juga melihat besarnya koesfisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur bootstrapping. 5. Model pengukuran atau outer model Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antar item scorecomponent score yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika korelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian, untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,50 hingga 0,60 sudah dianggap cukup Chin, dalam Ghozali, 2008. Discriminant validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan crossloading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of everage variance extracted AVE setiap konstruk korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripad nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung AVE: �� = ⅀� � 2 Σ� � 2 + Σ � � � � ………….. 13 Dimana λ i adalah komponen loading ke indikator dan var i = 1 - � � 2 . Jika semua indikator distandarisasi, maka ukuran ini sama dengan average communalities dalam blok. Fornnel dan Lecker dalam Ghozali, 2008 menyatakan bahwa pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih konservatif dibandingkan dengan composite reliability ρc. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar dari 0,5. Composite reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran yaitu internal consistency dan Cronbach’s alpha. Dengan menggunakan output yang dihasilkan PLS maka composite reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: � = ⅀� � 2 Σλ i 2 + Σ � � � � …………… 14 Dimana λ i adalah komponen loading ke indikator dan var i = 1 - λ i 2 . Dibandingkan dengan Cronbach alpha, ukuran ini tidak mengasumsikan tau equivalence antar pengukuran dengan asumsi semua indikator diberi bobot sama, sehingga Cronbach alpha cenderung low bound estimate reliability. Sedangkan � merupakan closer approximation dengan asumsi parameter adalah akurat dan � adalah ukuran internal consistence yang hanya dapat digunakan untuk konstruk dengan refleksif indikator. 6. Model struktural atau inner model Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser Q-square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien jalur struktural. R-square pada tiap variabel laten dependen digunakan untuk menilai model pada PLS. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-squares dapat digunakan untuk menilai adatidaknya pengaruh substantif variabel laten independen terhadap variabel laten dependen. Pengaruh besarnya f 2 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 2 = �� � 2 − � � 2 1 − �� � 2 ………... 15 Dimana �� � 2 dan � � 2 adalah R-square dari variabel laten independen ketika prediktor variabel laten digunakan atau dikeluarkan di dalam persamaan struktural. Nilai f 2 sama dengan 0.02, 0.15, dan 0.35 dapat diinterpretasikan bahwa prediktor variabel laten memiliki pengaruh kecil, menengah dan besar pada level struktural. Disamping nilai R-square, model PLS juga dievaluasi dengan melihat Q-square predictive relevance untuk model konstruk. Q-square mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan estimasi parameternya. Nilai Q-square lebih besar dari 0 nol menunjukkan bahwa model mempunyai nilai predictive relevance, sedangkan nilai Q-square kurang dari 0 nol menunjukkan bahwa model kurang memiliki predictive relevance. Tabel 4. Kriteria penilaian PLS Kritteria Penjelasan Evaluasi model struktural R 2 untuk variabel laten endogen Hasil R 2 sebesar 0.67, 0.33 dan 0.19 untuk variabel laten endogen dalam model struktural mengindikasikan bahwa model “baik”, ”moderat”, dan “lemah” Estimasi koefisien jalur Nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model struktural harus signifikan. Nilai signifikansi ini dapat diperoleh dengan prosedur bootstrapping. f 2 untuk effect size Nilai f 2 sebesar 0.02, 0.15, dan 0.35 dapat diinterpretasikan apakah prediktor variabel laten mempunyai pengaruh yang lemah, medium atau besar pada tingkat struktural. Relevansi prediksi Q 2 dan q 2 Prosedur blindfolding digunakan untuk menghitung: 2 = 1 − Σ Ε Σ D adalah omission distance, E adalah sum of square of prediction errors, dan O adalah sum of squares of observation. Nilai Q 2 di atas nol memberikan bukti bahwa model memiliki prediktive relevance Q 2 di bawah nol mengindikasikan model kurang memiliki prediktive relevance. Dalam kaitannya dengan f 2 , dampak relatif model struktural terhadap pengukuran variabel dependen laten dapat dinilai dengan: 2 = �� � 2 − � � 2 1 − �� � 2 Evaluasi model pengukuran refleksif Loading factor Nilai loading factor harus di atas 0.7 Composite realibility Composite realibility mengukur internal consistency dan nilainya harus di atas 0.6 Validitas diskriminan Nilai akar kuadrat dari AVE harus lebih besar daripada nilai korelasi antar variabel laten Cross loading Merupakan ukuran lain dari validitas diskriminan. Diharapkan setiap blok indikator memiliki loading lebih tinggi untuk setiap variabel laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten variabel lainnya Evaluasi model pengukuran formatif Signifikasi nilai weight Nilai estimasi untuk model pengukuran formatif harus signifikan. Tingkat signifikansi ini dinilai dengan prosedur bootstrpping Multikolonieritas Variabel manifest dalam blok harus diuji apakah dapat multikol. Nilai variance inflation factor VIF dapat digunakan untuk menguji hal ini. Nilai VIF di atas 10 mengindikasikan terdapat multikol.

2.5. Hipotesis

Dokumen yang terkait

Analisis karakteristik usahatani komoditas hortikultura dan faktor faktor yang mempengaruhinya di kawasan agropolitan pacet Cianjur

2 25 188

Persepsi petani terhadap kebijakan pemerintah daerah dalam upaya pengembangan agribisnis sayuran ( kasus petani sayuran peserta program pengembangan kawasan agropolitan desa sindang jaya kecamatan cipanas kabupaten cianjur )

1 14 142

Potensi Pengembangan dan Analisis Kelayakan Finansial Tanaman Kentang (Solanum tuberosum. L) di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

0 7 10

Analisis Pola Aliran Penduduk di Kawasan Agropolitan (Studi Kasus Kecamatan Pacet dan Cipanas, Kabupaten Cianjur)

4 26 127

Kajian terhadap pendapatan petani dan harga tanah di Kawasan Agropolitan: studi kasus di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet dan Cipanas Kabupaten Cianjur

0 8 240

Keefektivan Komunikasi Dalam Pengembangan Peran Peran Kelembagaan Agropolitan (Kasus Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur)

0 22 391

Analisis karakteristik usahatani komoditas hortikultura dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di kawasan agropolitan pacet - Cianjur

1 13 357

Kajian terhadap pendapatan petani dan harga tanah di Kawasan Agropolitan studi kasus di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet dan Cipanas Kabupaten Cianjur

0 7 126

PENGARUH AGRIBISNIS HORTIKULTURA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI : Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.

1 6 41

PENGARUH AGRIBISNIS HORTIKULTURA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI :Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.

0 1 47