Komunitas Ikan Karang Pulau Kadatua
Selain alat tangkap bubu, panah dan pancing ada juga yang menggunakan jaring yang di pasang pada daerah terumbu karang. Penggunaan alat tangkap ini
dapat merusak terumbu karang dengan cara menusuk dengan bambu kearah terumbu karang untuk menimbulkan bunyi berisik sehingga ikan-ikan keluar dari
persembunyiannya kemudian digiring ke arah jaring yang telah dibentangkan. 5.5. Pendugaan Nilai Utility Ekonomi Perikanan Karang
Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai ekonomi yang didasarkan atas perhitungan manfaat dan biaya pemanfaatan. Berdasarkan tipologi nilai ekonomi
total ekosistem ini mempunyai nilai manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat dinilai dari keberadaan ekosistem terumbu karang
adalah perikanan karang. Sedangkan manfaat tidak langsung diantaranya sebagai jasa ekologis ecological services seperti kemampuan menyerap karbon, penahan
gelombang. Penelitian ini membatasi estimasi hanya pada manfaat langsung yang berdasarkan kepada produktivitas ekosistem terumbu karang yang mempunya
nilai pasar market base yaitu ikan karang. Penilaian ekonomi potensi sumberdaya terumbu karang di kawasan
konservasi pulau Liwutongkidi dengan menggunakan pendekatan change in productivity
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Effect on Production EOP sesuai yang dilakukan oleh Cesar 1996 dan Molberg Folke 1999. Pendekatan
penilaian dengan teknik EOP ini dilakukan untuk mengetahui nilai ekosistem pesisir berdasarkan fungsinya terhadap produktifitas perikanan karang.
Pendugaan fungsi permintaan untuk menilai manfaaat langsung dari ekosistem perikanan karang di Pulau Siompu, Pulau Liwutongkidi dan Pulau
Kadatua dapat di duga dari konsumen surplus persamaan 11. Analisis permintaan digunakan untuk pendugaan nilai ekonomi ikan karang yang didekati
melalui konsumen surplus dan produsen yang terkait dengan perubahan sumberdaya yang diminta. Pendugaaan fungsi permintaan dari ekosistem
perikanan karang untuk menilai manfaat langsung dalam penelitian ini mengikuti jumlah tangkapan Q merupakan variable terkait variable dependen atau
dipengaruhi oleh variable bebas seperti dipengaruhi oleh harga rata-rata timbangan P tingkat pendidikan Ed, Umur A, jumlah tanggungan F dan
Pengalaman nelayan Ex dengan menggunakan regresi berganda di peroleh koofisien disajikan dalam Tabel 17.
Tabel 17. Koefisien regresi manfaat sumberdaya perikanan karang pada perikanan tangkap di Desa Kapoa, Waonu dan Tongali
Desa Kapoa Coefficients
Standard Error
t Stat P-value
Lower 95
Upper 95
Intercept b -0.29031
0.3637 -0.79829
0.42899 -1.0232
0.442609 Harga b
1
-1.01336 0.0271
-37.3528 5.77E-35
-1.0680 -0.95868
Umur b
2
-0.01258 0.0262
-0.47939 0.00340
-0.0655 0.040314
Pendidikan b
3
0.037111 0.0336
1.10321 0.02759
-0.0307 0.104905
Tanggungan b
4
-0.03286 0.013
-2.51031 0.01581
-0.0592 -0.00648
Pendapatan b
5
1.033752 0.0191
54.04 7.15E-42
0.9952 1.072305
Desa Waonu Coefficients
Standard Error
t Stat P-value
Lower 95
Upper 95
Intercept b 0.1239
0.2985 0.415194
0.6800 -0.4777
0.7256 Harga b
1
-1.0023 0.01074
-93.2986 3.25E-52
-1.0240 -0.981
Umur b
2
0.0532 0.01921
2.771011 0.00812
0.0145 0.0919
Pendidikan b
3
0.0197 0.01464
1.345457 0.00537
-0.0098 0.0492
Tanggungan b
4
0.0034 0.01026
0.335595 0.00877
-0.0172 0.0241
Pendapatan b
5
0.9733 0.01772
54.92977 3.52E-42
0.9376 1.009
Desa Tongali Coefficients
Standard Error
t Stat P-value
Lower 95
Upper 95
Intercept b 1.4846
0.68001 2.183178
0.0344 0.1141
2.85505 Harga b
1
-1.0086 0.04377
-22.9977 8.63E-26
-1.0948 -0.91824
Umur b
2
-0.1175 0.07063
-1.66368 0.00329
-0.2599 0.02484
Pendidikan b
3
-0.0582 0.05327
1.767514 0.00424
-0.0148 0.2242
Tanggungan b
4
0.0907 0.054171
1.674794 0.00107
-0.0184 0.1999
Pendapatan b
5
0.9260 0.035049
26.42119 1.25E-28
0.8554 0.99666
Sumber : Data primer diolah 2010
Untuk mencari nilai kegunaan utility dan surplus konsumen untuk total pemanfaatan langsung ekosistem perikanan karang yang aktual dapat di
identifikasi berdasarkan hasil olahan data primer yang didapat dari wawancara dan pengisian kuisioner oleh rumah tangga perikanan dengan menggunakan
software 9.5 . Surplus konsumen merupakan selisih antara harga yang dibayarkan
untuk mendapatkan barang atau jasa willingness to pay dari rata-rata jumlah sumberdaya ikan karang yang diminta dikalikan dengan harga per unit
sumberdaya yang dikonsumsikan. Dari hasil analisis regresi pada Tabel 18 diatas, kemudian dilanjutkan
dengan perhitungan surplus konsumen untuk menilai manfaat langsung dari ikan karang. Penghitungan valuasi ekonomi sumberdaya terumbu karang di Perairan
Pulau Kadatua Desa Waonu untuk manfaat terumbu karang yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Selengkapnya hasil pendugaan surplus
konsumen yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Pendugaan surplus konsumen dari sumberdaya ekosistem perikanan karang
No Nama
Desa Jenis
Pemanfaatan Rata-rata
Q Kg Utility Rp
Surplus Konsumen RP
1. Kapoa
Ikan karang 71.90
6.157204158 10
7
6.075788591 10
7
2. Waonu
Ikan karang 64.16
2.264245735 10
7
2.258981164 10
7
3. Tongali Ikan karang
66.24 8.277645712 10
7
8.207064954 10
7
Jumlah 202.3
16.699095606 10
7
16.541834709 10
7
Sumber : Data Primer setelah diolah 2010 Dari tabel di atas menunjukan bahwa nilai manfaat utility terbesar dari
pemanfaatan ikan karang sebesar Rp. 82.776.457,12 dengan konsumen surplus sebesar Rp. 82.070.649,54 nilai tersebut diperoleh dari pemanfaatan langsung
terumbu karang dari ketiga desa dengan rata-rata permintaan konsumen perbulan sebesar 202.3 kgbulan. Kemudian nilai manfaat utility untuk pemanfaatan
ekosistem ikan karang Desa Kapoa sebesar Rp. 61.572.041,58 dengan
konsumen surplus sebesar Rp. 60.757.885,91 dengan rata-rata permintaan dari
konsumen sebesar 71.90 Kgbulan. Sedangkan Desa Waonu sangat kecil, nilai manfaat utility Rp. 22.642.457,35
surplus konsumen Rp. 22.589.811,64 dengan rata-rata permintaan sebesar 64.16 Kgbulan.
Nilai surplus konsumen dari hasil tangkapan ikan karang dan nilai ekonomi untuk total permintaan berdasarkan manfaat utility dari masyarakat
terhadap hasil tangkapan di kawasan terumbu karang di Desa Kapoa, Waonu dan Tongali. Kurva permintaan berdasarkan utility konsumen di sajikan pada Gambar
18, 19 dan 20. Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai ekonomi yang didasarkan atas
perhitungan manfaat dan biaya pemanfaatan. Berdasarkan tipologi nilai ekonomi total ekosistem ini mempunyai nilai manfaat langsung dan tidak langsung.
Manfaat langsung yang dapat dinilai dari keberadaan ekosistem terumbu karang adalah perikanan karang. Sedangkan manfaat tidak langsung diantaranya sebagai
jasa ekologis ecological services seperti kemampuan menyerap karbon, penahan gelombang. Penelitian ini membatasi estimasi hanya pada manfaat langsung yang
berdasarkan kepada produktivitas ekosistem perikanan karang yang mempunya nilai pasar market base yaitu ikan karang.
Gambar 18. Kurva permintaan konsumen terhadap ekosistem terumbu karang di
Desa Tongali
Gambar 19. Kurva permintaan konsumen terhadap ekosistem terumbu karang di
Desa Kapoa
P
P
Gambar 20. Kurva permintaan konsumen terhadap ekosistem terumbu karang di
Desa Waonu
Pendugaan nilai ekonomi sumberdaya adalah suatu upaya untuk menilai manfaat dan biaya dari sumberdaya lingkungan biasa disebut dengan valuasi
ekonomi economic valuation . Valuasi ekonomi sumberdaya perikanan karang bertujuan untuk pemanfaatan ikan karang secara berkelanjutan melalui pendugaan
nilai ekonomi total. Nilai ekonomi total merupakan instrument yang dianggap tepat untuk menghitung hasil tangkapan ikan karang di areal terumbu karang
sebagai akibat dari pemanfaatan sumberdaya ekosistem perikanan karang. Pada gambar diatas P merupakan harga hasil tangkapan per bulan dan Q
variable rata-rata timbangan per kg. Semakin besar jumlah hasil tangkapan, maka semakin besar pula harga rata-rata timbangan. Berdasarkan hasil kalkulasi Maple
9,5, dapat diestimasi nilai surplus konsumen per bulan dari masing-masing desa
dapat dilihat pada Tabel 20. Dengan demikian Nilai Ekonomi Total NET dari manfaat langsung penggunaan sumberdaya perikanan karang di Desa Kapoa,
Desa Waonu dan Desa Tongali masing-masing adalah sebesar Rp. 11.579.106,17, Rp. 43.051.173,27 dan Rp. 15.640.846,46 per bulan. Apabila dikonversi ke dalam
pendapatan per tahun masing-masing desa, maka Nilai ekonomi Total NET Desa Tongali Rp. 187.690.157,52, Desa Waonu Rp. 516.614.079,24 dan desa Kapoa
P
Rp. 138.949.274,04tahun. Jumlah nilai ekonomi total dari ketiga desa untuk Kawasan Konservasi Pulau Liwutongkidi sebesar Rp. 843.253.510,80tahun
Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah nilai ekonomi total NETbulan dan NETtahun No
Nama Desa NET Bulan
Rp NET Tahun
Rp 1.
Kapoa 11.579.106,17
138.949.274,04 2.
Waonu 43.051.173,27
516.614.079,24 3.
Tongali 15.640.846,46
187.690.157,52 Total pendapatan
843.253.510,80
Sumber: Data primer diolah tahun 2010
Total nilai ekonomi perikanan karang dihitung langsung dari nilai pemanfaatan langsung bagi masyarakat pesisir. pemanfaatan yang paling
dominan dan paling bernilai adalah besarnya hasil yang dapat diperoleh dari sumberdaya perikanan karang yang didukung oleh ekosistem terumbu karang
dengan estimasi hasil perhitungan adalah USD 15.000.-hektartahun yang sering digunakan oleh LIPI dan DKP. Jika pemanfaaatan yang berlebihan atau tidak
ramah lingkungan akan mengakibatkan kerusakan atau rusaknya terumbu karang dari suatu perairan, maka sumberdaya akan kehilangan potensi ekonomi kurang
lebih Rp. 1.3 milyar, apabila diasumsikan kedalam nilai tukar dolar US. 1 sama dengan Rp. 10.000,- .
Berdasarkan konfrensi internasional dari Global Biodiversity Conference yang diselenggarakan di Cape Town Afrika Selatan pada tanggal 13 – 16 Oktober
2009 dengan pemanfaatan ekosisteem perikanan karang untuk pendugaan nilai ekonomi total terumbu karang sebagai “ ecosystem services” berkisar US
129.200hektartahun. Apabila hasil konfrensi tersebut sebagi acuan untuk menilai pemanfaatan ekosistem wilayah pesisir, maka pemanfaatan ekosistem
perikanan karang di Pulau Liwutongkidi, Pulau Kadatua dan Pulau Siompu dengan rata-rata penutupan karang sebesar 46,92 di kategorikan sedang. Hal
tersebut dapat diasumsikan dari persen kerusakan penutupan karang telah kehilanagn nilai ekonomi perikanan karang sebesar Rp. 179.924.808.896 tahun.
Terumbu karang di identifikasi sebagai sumberdaya yang memiliki nilai
konservasi tinggi karena memiliki keanekaragaman biologis yang tinggi, keindahan dan menyediakan cadangan sumber plasma nutfah Sawyer 1992 in
Dahuri 2003. Sumberdaya alam yang berperan sangat penting bagi kehidupan ternyata
dalam pemanfaatannya sering menggunakan cara-cara yang kurang bijaksana. Hal ini tercermin dari sikap dan perilaku dalam mengekstraksi dengan menggunakan
pola pemanfaatan tidak ramah lingkungan. Selanjutnya Cesar 2000 melaporkan terjadi praktek penangkapan besar–besaran dengan bahan peledak dan sianida di
Indonesia. Penyebabnya adalah demand yang tinggi terhadap ikan karang terutama jenis kerapu groupers maupun ikan Napoleon wrasse.
Dengan nilai pasar yang tinggi berkisar USD 60-180 per kilo telah menyebabkan perburuan ikan karang dihampir seluruh perairan Indonesia. Akibat
perilaku destruktif tersebut tidak dapat dihindari terjadi degradasi sumberdaya alam yang tak terkendali. Salah satu sumberdaya alam yang berada dalam kondisi
ini adalah ekosistem terumbu karang. Saat ini terjadi perubahan pada pola pemanfaatan ekosistem terumbu karang.
Umumnya perubahan pola pemanfaaatan bukan kearah yang lebih baik tetapi pada pola pemanfaatan yang destruktif dengan tidak berdasarkan kepada
keberlanjutan ekosistem tersebut seperti penangkapan berlebih, pengunaan bom, penggunaan obat bius, pemasangan perangkap dan penambangan karang.
Penelitian ini dapat memberikan peringatan kepada kita bahwa pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, apabila dilakukan tidak secara berhati-
hati akan dapat menguras persediaan sumberdaya alam yang ada. Kondisi ini pada gilirannya nanti akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya alam dalam rangka pembangunan harus dilakukan secara bijaksana, dengan selalu mempertimbangkan sisi positif
dan negatifnya. Ikan adalah salah satu bentuk sumberdaya alam yang bersifat renewable
atau mempunyai sifat dapat pulihdapat memperbaharui diri. Disamping sifat renewable,
menurut Widodo dan Nurhakim 2002, sumberdaya ikan pada umumnya mempunyai sifat “open access” dan “common property” yang artinya
pemanfaatan bersifat terbuka oleh siapa saja dan kepemilikannya bersifat umum. Sifat sumberdaya seperti ini menimbulkan beberapa konsekuensi, antara lain :