K ad at ua Liw u to ngk id i S iomp u B uton Siompu Kadatua

tengah pulau ditumbuhi vegetasi dengan komposisi dan struktur yang lebih bervariasi. Pada pulau Liwutongkidi ditemukan beberapa spesies hewan seperti ketam kenari dan beberapa jenis ular. Sementara di sebelah barat perairan pulau Liwutongkidi merupakan jalur migrasi lumba-lumba dan penyu. Pada pulau Liwutongkidi juga terdapat sumur air tawar yang merupakan sumber air tawar bagi masyarakat yang ada di sekitar pulau utamanya masyarakat Desa Kapoa Kecamatan Kadatua.

4.2. Keadaan Fisik

Pulau Kadatua, Pulau Siompu dan Pulau Liwutongkidi beriklim tropis dan terletak di sekitar garis khatulistiwa. Suhu pada siang hari sangat panas dan curah hujan yang cukup tinggi. Musim hujan dipengaruhi oleh angin Barat yang terjadi pada bulan Desember sampai April, ditandai oleh curah hujan tinggi, ombak besar dan angin kencang. Pada musim ini angin darat bertiup dari Benua Asia dan Lautan Pasifik. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai September, angin Timur bertiup dari Benua Australia yang kering. Pada bulan April-Mei arah angin dan curah hujan tidak menentu, dikenal dengan musim pancaroba. Kedalaman perairan Kadatua, Siompu dan Liwutongkidi bervariasi antara wilayah yang satu dengan lainnya dengan kedalaman antara 1 – 1000 m. Kondisi perairannya pada musim timur sangat ditentukan oleh pola pergerakan arus dan gelombang yang bergerak dari Laut Banda memasuki Selat Makassar, sebaliknya pada musim barat terjadi pergerakan arus dari Selat Makassar masuk ke Laut Flores dan terus ke Laut Banda. 4.3. Kondisi Biofisik 4.3.1. Kondisi Terumbu Karang Tipe terumbu karang di perairan Siompu, Liwutongkidi dan Kadatua adalah terumbu karang tepi fringing reef. Bentuk dasar koloni karang lengkap, yaitu karang masif massive, bercabang branching, mengerak encrusting, dan lembaran foliaceous. Berdasarkan hasil pengamatan Anonimous 2003 Persen penutupan karang hidup pada daerah rataan terumbu karang pada kedalaman 3 meter umumnya kondisinya baik 50 bahkan pada beberapa stasiun pengamatan kondisinya dalam kategori baik sekali di bandingkan dengan kedalaman 10 meter. Selanjutnya Napoleon 2006 menjelaskan kondisi ekosistem terumbu karang di sekitar Siompu, Liwutongkidi dan Kadatua kondisi ekosistem terumbu karang pada kedalaman 3 meter lebih baik dari pada kedalaman 10 meter. Dampak kerusakan terumbu karang secara umum terjadi akibat pemanfaatan hasil perikanan karang dengan menggunakan bom ikan, penggunaan bubu dan juga kerusakan karang akibat jangkar kapal nelayan. Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang yang ada di perairan Liwutongkidi, Siompu dan Kadatua masih sangat mendukung kehidupan organisme yang berasosiasi di dalamnya.

4.3.2. Kualitas Perairan

Hasil pengukuran dan pengamatan yang mengacu pada kriteria parameter kualitas perairan untuk kehidupan organism laut. Secara umum kondisi perairan Siompo Liwutongkidi dan Kadatua adalah relatif sama. Dari Hasil penelitian parameter fisika dan kimia yang dilakukan diperoleh suhu perairan berkisar 28 - 31,5 0C, salinitas berkisar 32,0 – 34,2 o , kecepatan arus berkisar 0,01 – 0,50 mdtk, Kecerahan tempat pengambilan sampel 100, DO berkisar 6,00 – 6,60 mgL, suhu berkisar antara 27.5 – 30.5 o C dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Kualitas perairan di Liwutongkidi, Siompu dan Kadatua No Parameter Lokasi Pengamatan BML Liwutongkidi Siompu Kadatua 1. Fisika - Kedalaman m - Kecerahan - Kecepatan arus mdet - Suhu perairan C 3 – 10 100 0.01 – 0.50 27,8 – 30,5 3 – 10 100 0.05 – 0.10 27,5 – 30,3 3 – 10 100 0.01 – 0.50 27,5 – 29,0 Alami Alami Alami 2. Kimia - Salinitas perairan ppt - Oksigen terlarut DO ppm - pH 32.0 – 34.2 6.5 – 6.60 8.0 -8.2 32.0 – 34.0 6.0 – 6.4 7.9 – 8.5 32.0 – 34.0 6.0 – 6.4 7.9 – 8.5 4 7 – 9 Sumber : Hasil olahan data primer 2010 BML : Baku Mutu Lingkungan, untuk Kualitas Air Laut bagi Biota Laut atau Budidaya Perikanan Keputusan Men-LH No.02MENLH101988. Dengan kondisi perairan di atas menggambarkan bahwa kualitas perairan masih alami dan belum ada pencemaran perairan. Pencemaran perairan diduga hanya berasal dari limbah minyak dari pada jalur transportasi khususnya dari Bau-