Terumbu Karang TINJAUAN PUSTAKA

intensif, maka kondisi ini memungkinkan terjadinya penurunan stock ikan di ekosistem terumbu karang. Keadaan ini akan memakan waktu lama untuk bisa pulih kembali. Pengelolaan yang efektif harus didasarkan pada pengetahuan biologis target spesies, sehingga teknik penangkapan yang tepat dapat ditentukan. Pengelolaan terumbu karang ini cenderung lebih banyak ditekankan pada pengambilan karang atau aktivitas manusia seperti pengeboman ikan karang, dan yang lainnnya secara tidak langsung dapat merusak karang. 2. Penangkapan Ikan Karang Sumberdaya perikanan dapat berupa sumberdaya ikan, sumberdaya lingkungan dan sumber daya buatan manusia yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan. Pemanfaatan sumberdaya ikan oleh manusia berhubungan erat dengan kondisi lingkungan tempat ikan tersebut tinggal. Adanya interaksi antara sumberdaya ikan, lingkungan perairan serta manusia sebagai pengguna, maka diperlukan sebuah pengelolaan agar ketiga interaksi tersebut dapat berjalan secara seimbang dalam sebuah ekosistem Nikijuluw 2002. Artinya pengelolaan sumberdaya ikan adalah penataan pemanfaatan sumberdaya ikan, pengelolaan lingkungan dan pengelolaan manusia sebagai pengguna. Lebih lanjut Murdiyanto 2004 menyatakan bahwa dalam sebuah pengelolaan sumberdaya perikanan pantai, para pengelola harus dibekali dengan pengetahuan dan fasilitas yang memadai. Ketersedian data dan informasi yang akurat, sumberdaya manusia yang handal, dana, serta kesadaran dan partisipasi masyarakat adalah hal-hal yang dibutuhkan agar pengelolaan sumberdaya perikanan dapat berhasil dengan baik Manusia dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya akan melakukan kerja apa pun juga. Nelayan dalam upaya memenuhi permintaan pasar akan ikan laut hias tentunya akan berusaha sekuatnya untuk memenuhi permintaan tersebut. Namun kadangkala, nelayan lupa akan kaidah kelestarian sumberdaya ikan sehingga pada saat menangkap ikan laut hias akan dilakukan dengan berbagai upaya dengan menggunakan jaring khusus bahkan sampai merusak terumbu karang sekalipun dengan menggunakan bius potassium sianida.

2.7. Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang

Dari ancaman – ancaman terhadap terumbu karang saat ini hal yang sangat mendesak yang perlu dilakukan adalah tindakan penilaian ekonomi terhadap berbagai macam fungsi terumbu karang baik sebagai pensuplai barang dan jasa. Penilaian bisa dianalogkan dari nilai perikanan atau nilai sebagai pelindung pantai yang mempunyai nilai pasar. Dimana nilai bisa diturunkan berdasarkan pada permintaan demand, penawaran supply, harga price dan biaya Cost Spurgeon 1992. Selanjutnya Barton 1994 menjelaskan bahwa nilai ekonomi dari ekosistem terumbu karang merupakan nilai dari seluruh instrument yang ada padanya termasuk sumber makanan dan jasa ekologis. Nilai dari seluruh instrumen yang terdapat pada ekosistem terumbu karang dapat dikuantifikasi melalui metode valuasi ekonomi total Total Economic ValuationTEV. Berdasarkan teori ekonomi neoklasik seperti consumer surplus dan willingness to pay dapat didekati nilai ekosistem terumbu karang yang bersifat tiada nilai pasar non market value. Menurut Fauzi 2004 valuasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam SDA dan lingkungan baik atas nilai pasar market value maupun nilai non pasar non market value. Penilaian ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi economic tool yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang diberikan oleh suatu sumberdaya alam. Tujuan dari penilaian ekonomi antara lain digunakan untuk menunjukkan keterkaitan antara konservasi sumberdaya alam dan pembangunan ekonomi, maka valuasi ekonomi dapat menjadi suatu peralatan penting dalam peningkatan apresiasi dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan itu sendiri. Dijelaskan juga oleh Fauzi 2004 bahwa terdapat tiga ciri yang dimiliki oleh sumberdaya yaitu: 1. Tidak dapat pulih kembali, tidak dapat diperbaharuinya apabila sudah mengalami kepunahan. Jika sebagai asset tidak dapat dilestarikan, maka kecenderungannya akan musnah. 2. Adanya ketidakpastian, misalnya terumbu karang rusak atau hilang. Akan ada biaya potensial yang harus dikeluarkan apabila sumberdaya alam tersebut mengalami kepunahan. 3. Sifatnya yang unik, jika sumberdaya mulai langka, maka nilai ekonominya akan lebih besar karena didorong pertimbangan untuk melestarikannya . Penilaian ekonomi sumberdaya merupakan suatu bentuk penilaian yang komprehensif. Dalam hal ini tidak saja nilai pasar market value dari barang tetapi juga nilai jasa nilai ekologis yang dihasilkan oleh sumberdaya alam yang sering tidak terkuantifikasi kedalam perhitungan menyeluruh sumberdaya alam. Menurut Constanza dan Folke 1997 in Adrianto 2006 tujuan valuasi ekonomi adalah menjamin tercapainya tujuan maksimisasi kesejahteraan individu yang berkaitan dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi. Selanjutnya Constanza 2001 in Adrianto 2005 menyatakan untuk tercapainya ke tiga tujuan diatas, perlu adanya valuasi ekosistem berdasarkan tiga tujuan utama yaitu efisiensi, keadilan, dan keberlanjutan . Menurut Charles 1993 pembangunan perikanan berkelanjutan harus mengadopsikan konsep pembangunan perikanan yang mengandung beberapa aspek yaitu : 1. Ecological sustainability k eberlanjutan ekologi. Dalam pengelolaan ekologi secara berkelanjutan biomasa atau stok harus diperhatikan sehingga tidak melewati daya dukung serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dari ekosistem menjadi perhatian utama. 2. Socioeconomic sustainability keberlanjutan sosio-ekonomi adalah pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan dari kesejahteraaan penduduk dan pengurangan kemiskinan. Dengan kata lain mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi. 3. Community sustainability merupakan suatu kerangka keberlanjutan kesejahteraan yang menyangkut komunitas masyarakat haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan berkelanjutan. 4. Institutional sustainability keberlanjutan kelembagaan keberlanjutan kelembagaan menyangkut pemeliharaan aspek finansial dan administrasi yang sehat.

2.8. Nilai dan Fungsi Terumbu Karang

Strategi dunia mengenai konservasi terumbu karang diidentifikasikan sebagai salah satu komponen utama yang sangat penting sebagai penunjang berbagai macam kehidupan yang dibutuhkan produksi makanan, kesehatan dan berbagai aspek dari kehidupan manusia dan juga dalam pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Dahuri et al 2001 beberapa nilai fungsi dari terumbu karang antara lain: 1. Nilai ekologis, terumbu karang menjaga keseimbangan kehidupan biota laut dan hubungan tibal balik antara bitao laut dengan faktor abiotik. 2. Nilai ekonomis, sumberdaya ini dapat dikembangkan sebagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. 3. Nilai estetika, terumbu karang membentuk panorama yang indah di kedalaman laut yang dapat dimanfaatkan sebagai wisata bahari. 4. Nilai biologis, yakni sebagai penghasil oksigen perairan dan pengatur keseimbangan ekosistem perairan. 5. Nilai edukasi, yakni sebagai obyek penelitia dan pendidikan. Selain itu terumbu karang mempunyai fungsi yang penting antara lain: 1. Sebagai habitat sumberdaya ikan, dalam hal ini dikenal sebagai tempat memijah, bertelur, mengasuh, mencari makan dan berlindung bagi biota laut. 2. Sebagai sumber benih alami bagi pengembangan budi daya perikanan. 3. Sebagai sumber berbagi makanan dan bahan baku subtansi aktif yang berguna bagi dunia farmasi dan kedokteran. 4. Sebagai pelindung dari pantai dari gelombang laut sehingga pantai dapat terhindar dari degrasi dan abrasi.

2.9. Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu penting dilakukan mengingat banyaknya kegiatan-kegiatan yang dapat diimplementasikan, sehingga perlu dirumuskan suatu konsep penataan ruang spatial plan serta berbagai pilihan objek pembangunan yang serasi. Dalam konteks ini maka keterpaduan pengelolaan wilayah pesisir mengandung 5 dimensi dalam Integrated Coastal and Ocean Management ICOM yaitu 1 keterpaduan antar sektor; 2 keterpaduan spasial; 3 keterpaduan pengelolaan berbasis pengetahuan; 4