2.8. Nilai dan Fungsi Terumbu Karang
Strategi dunia mengenai konservasi terumbu karang diidentifikasikan sebagai salah satu komponen utama yang sangat penting sebagai penunjang
berbagai macam kehidupan yang dibutuhkan produksi makanan, kesehatan dan berbagai aspek dari kehidupan manusia dan juga dalam pembangunan yang
berkelanjutan. Menurut Dahuri et al 2001 beberapa nilai fungsi dari terumbu karang antara lain:
1. Nilai ekologis, terumbu karang menjaga keseimbangan kehidupan biota laut dan hubungan tibal balik antara bitao laut dengan faktor abiotik.
2. Nilai ekonomis, sumberdaya ini dapat dikembangkan sebagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
3. Nilai estetika, terumbu karang membentuk panorama yang indah di kedalaman laut yang dapat dimanfaatkan sebagai wisata bahari.
4. Nilai biologis, yakni sebagai penghasil oksigen perairan dan pengatur keseimbangan ekosistem perairan.
5. Nilai edukasi, yakni sebagai obyek penelitia dan pendidikan. Selain itu terumbu karang mempunyai fungsi yang penting antara lain:
1. Sebagai habitat sumberdaya ikan, dalam hal ini dikenal sebagai tempat memijah, bertelur, mengasuh, mencari makan dan berlindung bagi biota laut.
2. Sebagai sumber benih alami bagi pengembangan budi daya perikanan. 3. Sebagai sumber berbagi makanan dan bahan baku subtansi aktif yang berguna
bagi dunia farmasi dan kedokteran. 4. Sebagai pelindung dari pantai dari gelombang laut sehingga pantai dapat
terhindar dari degrasi dan abrasi.
2.9. Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu penting dilakukan mengingat banyaknya kegiatan-kegiatan yang dapat diimplementasikan, sehingga perlu
dirumuskan suatu konsep penataan ruang spatial plan serta berbagai pilihan objek pembangunan yang serasi. Dalam konteks ini maka keterpaduan
pengelolaan wilayah pesisir mengandung 5 dimensi dalam Integrated Coastal
and Ocean Management ICOM yaitu 1 keterpaduan antar sektor; 2
keterpaduan spasial; 3 keterpaduan pengelolaan berbasis pengetahuan; 4
keterpaduan kelembagaan; dan 5 keterpaduan internasional. Keterpaduan secara sektoral di wilayah pesisir berarti diperlukan adanya suatu kooordinasi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab antar sektor atau instansi horizontal integration
; dan antar tingkat pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi sampai pemerintah pusat vertical integration. Sedangkan
keterpaduan sudut pandang keilmuan mensyaratkan bahwa dalam pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilaksanakan atas dasar interdisiplin ilmu
interdisciplinary approaches, yang melibatkan bidang ilmu ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum, dan lainnya yang relevan. Hal ini wajar dilakukan
mengingat wilayah pesisir pada dasarnya terdiri dari sistem sosial dan sistem alam yang terjalin secara kompleks dan dinamis Cicin-Sain and Knecht 1998.
Di dalam proses pengelolaan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai berbagai isu pengelolaan atau pemanfaatan yang ada maupun yang diperkirakan
akan muncul dan kemudian menyusun serta melaksanakan kebijakan dan program aksi untuk mengatasi isu yang berkembang. Proses pengelolaan kawasan pesisir
secara terpadu dan berkelanjutan ini paling kurang memiliki empat tahapan utama : 1 penataan dan perencanaan, 2 formulasi, 3 implementasi, dan 4
evaluasi Cicin-Sain and Knecht 1998. Pada tahap perencanaan dilakukan pengumpulan dan analisis data guna mengidentifikasi kendala dan permasalahan,
potensi dan peluang pembangunan dan tantangan. Atas dasar ini, kemudian ditetapkan tujuan dan target pengelolaan atau pemanfaatan dan kebijakan serta
strategi dan pemilihan struktur implementasi untuk mencapai tujuan tersebut. Pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut dapat menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan pada ekosistem pesisir dan lautn itu sendiri. Perubahan- perubahan tersebut tentunya akan memberikan pengaruh pada mutu lingkungan
hidup. Makin tinggi laju pembangunan di wilayah pesisir dan laut, makin tinggi pula tingkat pemnfaatan sumberdaya alamnya. Pemanfaatan dengan tidak
mempertimbangkan prinsip-prinsip ekologi dapat menurunkan mutu lingkungan hidup dan berlanjut dengan terjadinya kerusakan ekosistem wilayah pesisir.
Dahuri et al. 2001 . Oleh karena itu dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan, perlu diperhatikan prinsip-prinsip ekologis yang berlaku untuk
mengurangi akibat negatif yang merugikan bagi kelangsungan pembangunan.
2.10. Pengelolaan Berbasis Ekosistem
Pengelolaan berbasis ekosistem adalah merupakan suatu konsep pengelolaan sumberdaya alam secara modern. Selanjutnya Cornett 1994
mendefinisikan pengelolaan ekosistem berbasis perikanan dalam paradigma biofisik dan sosial sebagai indikator yang perlu diperhatikan dari sudut pandang
keindahan, kesehatan dan kehidupan ekosistem itu secara berkelanjutan. Terumbu
karang dilihat dari produktifitas, keanekaragaman biota dan estetikanya memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Sumberdaya ini dapat dimanfaatkan
sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat dengan memperhatikan keberlanjutannya dan kelestariannya. Upaya pemanfaatan yang optimal perlu dilakukan agar dapat
menunjang pembangunan secara berkelanjutan, dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan, maka perlu dirumuskan suatu pengelolaan
strategic plan, mengintegrasikan setiap kepentingan dalam keseimbangan proporsionality antar dimensi ekologis, dimensi sosial, antar sektoral, disiplin
ilmu dan segenap pelaku pembangunan stakeholders. Agar potensi sumberdaya alam ini dapat dimanfaatkan sepanjang masa dan berkelanjutan diperlukan upaya
pengelolaan yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam arti memperoleh manfaat yang optimal secara ekonomi akan tetapi juga sesuai dengan daya dukung
dan kelestarian lingkungan. Sehingga dalam pengelolaan tidak hanya memanfaatkan akan tetapi juga memelihara dan melestarikannya.
Pengelolaan berbasis ekosistem di suatu kawasan, harus ada payung hukum dalam melindungi lingkunagan, dan mempertahankan ekosistem agar
keanekaragaman sumberdaya hayati selalu terjaga dan dimanfaatkan secara berkelanjutan dan lestari.
Berdasarkan pengelolaan ekosistem perikanan yang dikembangkan oleh United Nations Environmental Programme
UNEP dengan pendekatan pengelolaan dalam pengembangan Ecosistem Based Management EBM perlu
mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan kondisi wilayah ekologi, sosial dan ekonomi yaitu :
1. Integrasi kondisi ekologis, sosial-ekonomi dan tujuan pengelolaan perlu melibatkan masyarakat sebagai komponen penting dari ekosistem.
2. Batasan pengelolaan perlu mempertimbangkan kondisi ekologi dan politik. 3. Pengelolaan adaptip perlu dilakukan untuk menghadapi perubahan dan ketidak
kepastian akibat dari proses alam dan sistem sosial.