LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pemilu 2009 sudah berlangsung beberapa waktu lalu. Namun demikian, pembicaraan tentang pemilu tidak akan pernah out of date selama Indonesia masih menggunakan sistem ini dalam penentuan calon pemimpin. Apalagi setiap tahunnya di Indonesia juga ada daerah yang melaksanakan Pemilihan Umum Kepala Daerah Pemilukada. Hal ini tentunya menyebabkan pemilu nasional pemilu di daerah akan menjadi isu yang terus hangat. Pemilu 2009 bisa menjadi referensi bagi pelaksanaan pemilu lima tahun ke depan maupun pemilu-pemilu yang selanjutnya. Pemilu 2009 yang menghabiskan lebih Rp 14 triliun dinilai lebih buruk dibanding pemilu 2004 maupun 1999. Dari hasil lembaga survei, masalah teknis dan pemutakhiran data pemilih yang jauh dari semestinya hingga rendahnya partisipasi rakyat dalam memilih para wakil rakyat untuk menentukan kebijakan trias politica menjadi catatan tersendiri dalam keberlangsungan pemilu 2009. Besarnya angka golput, akan menurunkan keabsahan sistem pemerintah kedepan. Berikut ini merupakan fakta terkait hasil rekapitulasi suara pemilu 2009: 9 Partai yang memenuhi threshold 2.5 suara nasional 1. P Demokrat : 21,703,137 = 20.85 2. P Golkar : 15,037,757 =14.45 3. PDIP : 14,600,091 = 14.03 4. PKS : 8,206,955 = 7.88 5. PAN : 6,254,580 = 6.01 commit to user 6. PPP : 5,533,214 = 5.32 7. PKB : 5,146,122 = 4.94 8. Gerindra : 4,646,406 = 4.46 9. Hanura : 3,922,870 = 3.77 1 Total suara yang masuk adalah 104.099.785 dari seharusnya sekitar 171 juta hak suara masyarakat. Atau angka golput mencapai 39. Berikut daftar angka Golput sejak 1971 Era Orde Baru – 2009: · 1971 : 6.64 · 1977 : 8.40 · 1982 : 8.53 · 1987 : 8.39 · 1992 : 9.09 · 1997 : 9.42 · 1999 : 10.21 · 2004 : 23.34 · 2009 : 39.1 Sumber: Data tahun 1971-2004 dari Pusat Studi dan Kawasan UGM ; 2009 Dari data daftar suara golput, maka sejak era reformasi, jumlah masyarakat yang abstain atau golput meningkat pesat yakni 10.21 pada tahun 1999 menjadi 39.1 di tahun 2009. Angka golput 39.1 jauh melebihi angka partai Demokrat yang menduduki posisi pertama dalam survei yakni 20 suara dari 100-39 golput. Tampaknya “Partai Golput” menang mutlak. 2 Paling tidak ada dua hal mendasar yang perlu dicermati terkait persoalan partisipasi politik dalam pemilu 2009. Pertama, sistem politik. Perilaku politik 1 Hasil Pemilu 2009: Partai Golput Menjadi Pemenang”, http:nusantaranews.wordpress.com20090410hasil-pemilu-2009-partai-golput-menjadi- pemenang 2106201009.25 2 “ Hasil Pemilu 2009: Partai Golput Menjadi Pemenang”, http:nusantaranews.wordpress.com20090410hasil-pemilu-2009-partai-golput-menjadi- pemenang 2106201009.25 commit to user pemilih akan ditentukan kebijakan dan UU tentang politik. Kalau UU atau kebijakan pemilu dipandang demokratis, maka partisipasi penggunaan hak pilih rakyat akan semakin tinggi dan demikian juga sebaliknya. Kedua, budaya politik. Perilaku politik pemilih sangat dipengaruhi nilai-nilai budaya yang muncul dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. 3 Merujuk payung hukum bagi terselanggaranya pemilu tahun 2009, UU No 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Bab IV Tentang Hak Memilih pada pasal 19 disebutkan bahwa warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 tujuh belas tahun atau lebih atau sudah pernah kawin mempunyai hak memilih ayat 1. Dalam hitung-hitungan politik dewasa ini, kaum remaja usia 17 sampai dengan 21 tahun memegang peranan penting sebagai pemilih pemula. Pemilih pemula yang dimaksud adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti pemilu. Berdasarkan data dari Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat JPPR bahwa pemilih pemula berjumlah sekitar 20 – 30 persen dari jumlah pemilih secara keseluruhan yang diperkirakan sekitar 170 juta pemilih. 4 Angka yang cukup tinggi dan perlu diamankan. Namun yang sekarang menjadi permasalahan adalah pemilih pemula mungkin rentan menjadi golput, karena kepedulian mereka terhadap pemilu masih sangat kecil. Hal tersebut bisa jadi karena kurangnya sosialisasi oleh KPU dan juga begitu banyaknya beban-beban pendidikan yang harus mereka kerjakan. 3 Eddy Syofian, dalam www.analisdayli.com 4 http:www.jppr.or.idindex.php?option=com_akobookItemid=100startpage=5 2306201011.10 commit to user Untuk pelajar, proses Ujian Akhir Nasioal UAN menjadi lebih menarik daripada Pemilu, karena apabila mereka tidak lulus UAN maka mereka tidak akan lulus sekolah. Jika pemilih pemula tidak mendapatkan perhatian khusus, hal tersebut bisa memicu masalah. Munculnya golput di kalangan pemilih pemula bisa saja dikarenakan minimnya informasi tentang pemilu yang didapatkan oleh para pemilh pemula. Jadi golput yang dilakukan oleh pemilih pemula bukan karena rasionalitas tetapi lebih karena ketidaktahuan mereka terhadap informasi mendasar tentang Pemilu. Selain buruknya sistem pendidikan politik yang ada di Indonesia dan fungsi pendidikan politik partai yang belum optimal serta mengutamakan kepentingan kekuasaan , pendidikan politik masih dinilai sebagai sesuatu yang menakutkan dan membosankan. Persepsi ketakutan dan kebosanan ini biasanya muncul karena model pendidikan politik yang ditawarkan tidak menarik. Adanya persepsi ini sering muncul pada para pemilih pemula. Kalau tidak diwaspadai, hal ini bisa menyebabkan rendahnya partisipasi politik di tingkat pemilih pemula. Hal yang kemudian diutamakan adalah bagaimana memunculkan kesadaran pemilih pemula untuk menggunakan hak pilihnya. Jangan sampai mereka tidak menggunakan hak pilihnya hanya karena tidak tahu bahwa usia mereka adalah usia awal untuk memberikan partisipasi politik pada pemilu. Selain itu, mengingat juga bahwa remaja adalah generasi penerus bangsa yang perlu diselamatkan. Merekalah kaum intelektual muda yang akan mengisi pos-pos pemimpin bangsa ke depan. Jika saat remaja saja sudah apatis, lalu bagaimana commit to user nasib Indonesia ke depan? Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan politik sejak dini kepada para remaja. Mengikuti pemilu adalah partisipasi politik yang baru bagi mereka sehingga bisa dijadikan momentum awal untuk memberikan pendidikan politik. Banyak model pendidikan politik yang ditawarkan oleh partai politik dan aktor politik lainnya terhadap pemilih pemula. Audiensi, sosialisasi ke sekolah- sekolah kampus, dan model-model face to face lainnya yang mencoba menghadirkan para aktor politik langsung ke hadapan publik. Namun semua itu masih dirasa kurang efektif untuk masyarakat yang masih apatis terhadap politik. Forum-forum seperti itu terkadang sepi pengunjung, dirasa menjenuhkan dan membosankan. Selain itu, forum langsung itu juga mengharuskan publik untuk sengaja meluangkan waktunya agar bisa langsung bertatap muka dengan para aktor politik. Padahal, sebagian besar waktu yang dimiliki oleh masyarakat digunakan untuk melakukan aktivitas seperti bekerja, mengenyam pendidikan, dan aktivitas lainnya yang semakin menghimpit mereka seiring bertambahnya kebutuhan hidup. Nurul Arifin, caleg yang dicalonkan oleh Partai Golkar melalui daerah pemilihan Jawa Barat VI telah menangkap peluang lumbung suara di pemilih pemula. Ia telah melaunching komik ‘putih abu-abu’ sebagai media pendidikan politik di kalangan pemilih pemula. Komik setebal empat puluh halaman ini dikemas dengan bahasa anak muda. Melalui komik yang bercerita tentang siswa- siswi SMA 23 yang juga merupakan nomor urut Partai Golkar ini, Nurul berharap commit to user bisa menumbuhkan kesadaran pemilih pemula untuk menggunakan hak politik mereka dalam pemilihan umum nanti. 5 Komik memang merupakan media yang dekat dengan remaja pemilih pemula. Namun komik juga memiliki kelemahan jika kemudian dikaitkan dengan budaya baca di Indonesia. Dengan kondisi budaya baca di indonesia yang masih rendah, komik menjadi sesuatu yang sulit dijangkau. Komik hanya akan dinikmati oleh mereka yang memiliki hobi membaca. Dan jumlah orang yang hobi membaca pun minim. Budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi OECD. 6 Salah satu cara untuk memberikan pengetahuaninformasi tentang pemilu terhadap pemilih pemula adalah lewat iklan politik sebagai suatu pendidikan politik. Namun iklan politik yang sekarang kita jumpai adalah iklan politik yang hanya menampilkan program, keberhasilan, dan janji-janji partai saja. Coba saja kita lihat iklan politik Gerindra dengan janji mensejahterakan petani, iklan Golkar dengan swasembada berasnya, Demokrat dengan keberhasilan menurunkan BBM, dan sebagainya. Belum ada iklan politik yang benar-benar memperhatikan aspek pemilih pemula. 5 “Nurul Arifin Mendidik Melalui Komik”, http:www.tempointeraktif.comhgprofil20081118brk,20081118146653,id.html 2106201009 .40 6 “Budaya Baca Indonesia Terendah di Asia Timur”, http:edukasi.kompas.comread2009061802590466Budaya.Baca.Indonesia.Terendah.di.Asia.T imur 210609.55 commit to user Proses komunikasi hendaknya memperhatikan aspek psikologis komunikan. Dalam hal ini, komunikan yang dimaksud adalah pemilih pemula. Psikologi memperhatikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. 7 Komunikasi merupakan peristiwa sosial, yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Mencoba menganalisis peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada psikologi sosial. Karena itu, pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi. 8 Kaufman mendefinisikan psikologi sosial sebagai berikut: “ Psikologi sosial adalah usaha untuk memahami, menjelaskan, dan meamalkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan individu dipengaruhi oleh apa yang dianggapnya sebagai pikiran, perasaan, san tindakan orang lain yang kehadirannya boleh jadi sebenarnya, dibayangkan, atau disiratkan. 9 Komunikasi merupakan proses pembentukan pesan. Di mana dalam pembuatan pesan tersebut perlu memperhatikan aspek psikologis komunikan. Dalam penelitian ini, proses pembuatan pesan dalam iklan politik juga memperhatikan aspek pemilih pemula yang merupakan remaja. Dimana karakter remaja adalah santai dan tidak serius. Begitu besarnya potensi pemilih pemula ini haruslah mendapat perhatian khusus. Iklan politik yang dibuat adalah yang sesuai dengan jiwa remaja, yaitu iklan politik yang menarik, tidak menakutkan, tidak membosankan, dan tidak menambah beban pendidikan formal. Agar lebih tepat sasaran, iklan politik untuk pemilih pemula tersebut juga memuat informasi tentang pemilu yang dibutuhkan oleh pemilh pemula. 7 Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi komunikasi, Bandung: Remadja Karya, 1989, hlm5 8 Ibid, hlm 11 9 Kaufman, H., Social Psychology: The Study of Human Interaction, New York: Holt, Rinehart, and Winston, Inc. 1973, hlm 6 commit to user Pesan yang disampaikan dalam iklan politik merupakan informasi mengenai pemilu yang dibutuhkan oleh pemilih pemula. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan jenis pesan maupun bentuk pengemasan pesan maka akan digunakan metode eksperimen yang terbagi menjadi dua desain tahap, yaitu desain pra uji dan desain paska uji. Pada desain pra uji dilakukan survei terhadap pemilih pemula. Survei bertujuan untuk mengetahui kebutuhan informasi tentang pemilu, visualisasi iklan politik, dan jenis media yang digunakan dalam iklan. Hasil dari desain pra uji tersebut digunakan sebagai acuan dalam memproduksi iklan politik. Selanjutnya, pada desain paska uji dilakukan FGD untuk melihat tingkat kepuasan pemilih pemula terhadap iklan yang sudah dibuat. Dalam FGD ini peserta FGD akan dimintai tanggapan terhadap iklan politik yang sudah dibuat. Penyampaian pesan terhadap pemilih pemula tersebut dengan cara komunikasi visual melalui iklan politik. Komunikasi visual, yang merupakan salah satu bentuk dari komunikasi persuasi, yaitu komunikasi manusia yang dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai, atau sikap mereka . ”. 10 Komunikasi visual periklanan merupakan proses komunikasi lanjutan yang membawa para khalayak ke informasi terpenting yang memang perlu mereka ketahui. Pada dasarnya tujuan periklanan adalah mengubah atau mempengaruhi sikap-sikap khalayak. Periklanan tidak hanya berkaitan dengan pemberian informasi, tetapi periklanan juga harus dibuat sedemikian rupa supaya dapat menarik minat khalayak, harus original asli, serta memiliki karakteristik 10 Djamaluddin dan Iriantara, Komunikasi Persuasif, Bandung: Remadja Rosdakarya, 1994, hlm 13 commit to user tertentu dan persuasif sehingga khalayak secara sukarela terdorong untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan 11 Model komunikasi politik yang ditawarkan lewat iklan komunikasi visual dirasa cukup efektif karena dapat langsung menuju sasaran. Iklan dengan kekuatan pesannya bahasa dan gambar bisa menjadi media yang ampuh dalam memberi informasi maupun mempengaruhi publik. Penyampaian pesan lewat gambar menjadi hal yang diminati dalam menyampaikan agenda-agenda politik. Sudah sejak beberapa tahun yang lalu gambar digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan politik, terutama saat masa-masa kampanye atau pemilu. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Kevin G. Barnhurts and Chaterine A. Steele By 1988, image-consciousness held sway Adatto, 1993. Bush and Dukakis postured for cameras in media events designed to convey a message through images. Political handlers set up scenes for the media and distributed video press releases, a commonplace by then.. The candidates responded to the visual rhythms of televisionnews: campaigns manufactured images in time for the evening report and newscasters exposed the mechanics of political imagemaking. 12 Minimnya dana sosialisasi dari pemerintah menjadikan media massa sebagai barang mewah yang sulit dijangkau. Untuk itu, adanya media yang murah sangat dibutuhkan sebagai terobosan baru dalam pendidikan politik. Iklan politik dengan media komunikasi visual yang murah bisa menjadi referensi bagi para penggiat politik. 11 Jeffkins, Frank, Periklanan. Jakarta: Erlangga. 1996, hlm.13 12 Barnhurts ,Kevin G. and Chaterine A. Steele. 1997. Image Bite News: The Visual Coverage Of Elections On U.S. Television, 1968–1992. Harvard International Journal of Press Politics. 2.1 Februaty: 40-58 commit to user

B. RUMUSAN MASALAH