Pengetahuan tentang hak pilih

commit to user ci

a. Pengetahuan tentang hak pilih

Untuk mengukur pengetahuan pemilih pemula tentang hak pilih maka diajukan dua pertanyaan dalam kuesioner. Pertanyaan ini akan mengukur berapa persen tingkat pengetahuan pemilih pemula akan hak pilih, menyangkut point- point mengenai hak pilih, yaitu: seorang warga negara Indonesia mulai mempunyai hak pilih dalam pemilu ketika berusia 17 tahun ke atas, seorang warga negara Indonesia mulai mempunyai hak pilih dalam pemilu ketika sudah pernah kawin, dan seorang warga negara Indonesia mulai mempunyai hak pilih dalam pemilu ketika berusia 17 tahun ke atas atau sudah pernah kawin. Berikut ini kami sajikan data tabulasi silang mengenai pengetahuan pemilih pemula tentang hak pilih. Tabel 1. Pengetahuan pemilih pemula tentang hak pilih Pengetahuan Tentang Hak Pilih Laki-laki Perempuan berusia 17 tahun ke atas boleh memilih 41 57,75 29 61,70 sudah pernah kawin boleh memilih 11 15,49 6 12,77 berusia tujuh belas tahun ke atas atau sudah pernah kawin boleh memilih 13 18,31 12 25,53 tidak tahu 6 8,45 0 0 Total 71 100 47 100 Sumber : Kuesioner no 1 Sesuai dengan tabel di atas dapat dilihat bahwa pemilih pemula laki-laki yang mengetahui bahwa hak memilih hanya untuk yang berusia 17 tahun ke atas adalah sebanyak 57,75 dan yang mengetahui bahwa warga negara Indonesia commit to user cii yang sudah pernah kawin memiliki hak pilih sebanyak 15,49. Sedangkan laki- laki yang mengetahui hak pilih sesuai dengan yang tercantum dalam UU No 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Bab IV Tentang Hak Memilih pada pasal 19 yang disebutkan bahwa warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 tujuh belas tahun atau lebih atau sudah pernah kawin mempunyai hak memilih ayat 1 adalah sebanyak 18,31. Namun di sisi lain ada juga laki-laki yang tidak mengetahui hak pilih yaitu sebanyak 8,45. Untuk pemilih pemula perempuan, sebanyak 61,70 mengetahui bahwa hak memilih hanya untuk yang berusia 17 tahun ke atas dan sebanyak 12,77 mengetahui bahwa warga negara Indonesia yang sudah pernah kawin memiliki hak pilih. Tapi pemilih pemula perempuan yang mengetahui bahwa warga Negara Indonesia yang berusia tujuh belas tahun ke atas atau sudah pernah kawin boleh memilih hanya sebanyak 25,53. Dari penelitian kami, tidak ada pemilih pemula perempuan yang tidak mengetahui hak pilih 0. Dari data di atas terlihat bahwa pemilih pemula banyak yang tidak mengetahui hak pilih yang tepat sesuai dengan UU No 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Bab IV Tentang Hak Memilih pada pasal 19. Hal tersebut tentu sangat mengkhawatirkan di saat pemilih pemula yang mengetahui informasi tentang hak pilih yang tepat hanya sebanyak 18,31 perempuan dan 25,53 laki- laki. Hal ini menunjukkan bahwa pemilih pemula masih perlu untuk mendapatkan perhatian lebih berkaitan dengan tingkat pengetahuan mereka akan hak pilih. commit to user ciii Berdasarkan hasil dari indepth interview yang kami lakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan pemilih pemula tidak mengetahui hak pilih yaitu : 1. Kurangnya informasi yang didapatkan oleh para pemilih pemula. Kurangnya informasi mengenai pemilu ini lebih dikarenakan oleh faktor eksternal, yaitu dari pihak penyelenggara Pemilu KPU maupun para kandidat Pemilu kurang memberikan informasi mengenai Pemilu khusus untuk pemilih pemula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan narasumber yang kami wawancarai. “Ya karena kurang informasi aja mbak, kita tahunya cuma usia tujuh belas tahun, nggak ngerti lah kalau ada belum menikahnya.” Sumber : Sita, siswa SMA Negeri 6 Surakarta, interview 11 Agustus 2010 “Wah, nggak ada sosialisasi khusus untuk pemilih pemula mbak. Di sekolah saya saja tidak ada sosialisasi dari KPU. Dari sekolah sendiri juga tidak ada sosialisasi“ Sumber : Fahri, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 8 Agustus 2010 “ Kalau saya tahu-tahu cuma dapat surat untuk milih dari kelurahan aja mbak. Nggak ada keterangan mengenai hak pilih juga dari kelurahan .” Sumber : Fitri, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 11 Agustus 2010 Dari narasumber yang kami wawancarai dapat diketahui bahwa minimnya informasi yang mereka dapatkan memang karena dari pihak instansi yang berkaitan dengan pengadaan Pemilu kurang optimal dalam melakukan sosialisasi. Instansi yang dimaksud di sini adalah pihak KPU, sekolah, dan kelurahan. commit to user civ 2. Sikap apatisme pemilih pemula Sikap apatisme muncul dari internal pemilih pemula. Beban akademis yang tinggi ujian nasional, sikap pemilih pemula yang belum mau tahu dengan hal-hal bernuansa politik, karakter remaja yang masih senang main dan kurang peduli dengan kondisi bangsa, dan sebagainya. “Males aja mbak. Mending main-main. Ora tek nggagas. Cuek mbak, sikap anak muda sekarang kan nggak terlalu mudeng sama politik” Sumber : Bagus, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 8 Agustus 2010 “Pemilu nggak langsung ngefek sama hidupku. Jadi ya mau nyontreng atau nggak nyontreng nggak akan merubah masa depan.” Sumber : Najib, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 8 Agustus 2010 Pemilih pemula memang memiliki kecenderungan untuk bersikap apatis karena faktor akademis maupun psikologis cuek, masih hura-hura, dan sebagainya. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan khusus dalam menghadapi sikap pemilih pemula tersebut sehingga mereka tetap mendapatkan informasi mengenai hak pilih meskipun mempunyai kecenderungan untuk apatis.

b. Pengetahuan tentang kewajiban pemilih