Kebutuhan informasi tentang waktu Pemilu

commit to user cvi Dari penelitian yang kami lakukan diketahui bahwa sebagian besar pemilih pemula mengetahui kewajiban seorang pemilih. Faktor yang menyebabkan mereka mengetahui kewajiban pemilih adalah: 1. Sosialisasi yang memadai dari penyelenggara pemilu Sosialisasi ini dilakukan oleh panitia penyelenggaraan Pemilu di tingkat kelurahan melalui surat pemberitahuan untuk memberikan hak suara pada Pemilu. Biasanya surat pemberitahuan tersebut didistribusikan ke rumah- rumah warga masyarakat. Selain surat, kelurahan juga melakukan sosialisasi melalui papan pengumuman yang dipasang di kantor kelurahan. “Saya dapat surat dari kelurahan untuk nyontreng. Selain saya anggota keluarga lain juga dapat. Setiap anggota keluarga yang memang sudah boleh milih dapat surat mbak.” Sumber :Sita, siswa SMA Negeri 6 Surakarta, interview 11 Agustus 2010 “Aku kan anggota karang taruna mbak. Kemarin pas rapat karang taruna di kelurahan lihat ada pengumuman buat nyontreng.” Sumber: Wahyu, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 8 Agustus 2010 Adanya surat pemberitahuan ke setiap warga yang memiliki hak pilih tersebut cukup efektif untuk mensosialisasikan perihal pemilu ke warga masyarakat maupun ke tingkat pemilih pemula secara khusus.

2. Kebutuhan informasi tentang waktu Pemilu

Waktu pemilihan umum merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh pemilih pemula. Namun pada kenyataannya hanya sedikit dari pemilih commit to user cvii pemula yang mengetahui waktu yang tepat untuk menggunakan hak pilih mereka. Berikut data yang didapat dari hasil survey terhadap responden. Tabel 3. Pengetahuan pemilih pemula tentang waktu Pemilu capres dan cawapres Sumber : Kuesioner no 3 Dari data di atas terlihat bahwa jumlah prosentase laki-laki yang mengetahui waktu Pemilu capres dan cawapres sebanyak 47,89 sedangkan yang tidak mengetahui sebanyak 52,11. Untuk perempuan sebanyak 27,66 mengetahui waktu Pemilu capres cawapres dan 72,34 tidak mengetahuinya. Waktu pemilihan umum merupakan informasi penting yang harus diketahui oleh seorang pemilih. Data dari penelitian kami di lapangan menunjukkan bahwa mayoritas pemilih pemula tidak mengetahui waktu pemilihan umum sebanyak 52,11 laki-laki dan 72,34 perempuan. Jika hal ini terus dibiarkan tentunya akan memicu angka golput di kalangan pemilih pemula. Dari wawancara yang kami lakukan, dapat diketahui bahwa faktor yang menyebabkan pemilih pemula tidak mengetahui informasi mengenai waktu Pemilu adalah: Pengetahuan tentang waktu Pemilu Laki-laki Perempuan Tahu 34 47,89 13 27,66 Tidak tahu 37 52,11 34 72,34 Total 71 100 47 100 commit to user cviii 1. Sosialisasi yang minim Sosialisasi yang minim merupakan faktor eksternal dari pemilih pemula. Penyelenggara pemilu dan peserta Pemilu kurang memberikan wacana yang cukup memadai mengenai Pemilu. “Soalnya yang kebanyakan di iklan-iklan itu yang tanggal 9 April mbak. Jadi kita ingetnya ya 9 April. Padahal salah ya? 9 April itu kan Pemilu Anggota DPR. Hehe.” Sumber :Rina, siswa SMA Negeri 6 Surakarta, interview 11 Agustus 2010 “ Kalau pas motoran ketika berangkat atau pulang sekolah, aku lebih banyak lihatnya foto-foto kandidat Pemilu daripada waktu Pemilunya.” Sumber : Fahri, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 8 Agustus 2010 “ Kayaknya para capres cawapres lebih menonjolkan program- programnya sehingga hal yang penting kayak waktu Pemilu jadi kurang diperhatikan.” Sumber : Bagus, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 8 Agustus 2010 Bisa jadi sosialisasi untuk Pemilu Presiden tenggelam oleh sosialisasi untuk Pemilu Legislatif sehingga pemilih pemula lebih mengetahui waktu pelaksanaan Pemilu Legislatif daripada Pemilu Presiden. Tentunya hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih dari penyelenggara Pemilu maupun kandidat capres cawapres sendiri untuk lebih memperhatikan masalah sosialisasi waktu penyelenggaraan pemungutan suara dari setiap jenis Pemilu. 2. Sikap pemilih pemula yang apatis dalam mencari informasi mengenai Pemilu. Sikap ini muncul karena memang kondisi pemilih pemula adalah siswa kelas XII SMA yang sedang mempersiapkan Ujian Nasional sehingga mereka lebih memprioritaskan akademis daripada Pemilu. Selain itu juga secara psikologis remaja memiliki kecenderungan untuk bosan dengan hal-hal yang bernuansa politik karena dirasa tidak memberikan manfaat secara langsung. commit to user cix “Halah mbak, boro-boro mikirin Pemilu. Mikirin ujian aja wes mumet.” Sumber :Fitri, siswa SMA Negeri 6 Surakarta, interview 11 Agustus 2010 “Sebenarnya kalau sosialisasi mengenai waktu sudah cukup mbak. Tapi kita aja yang kurang baca. “ Sumber : Najib, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 8 Agustus 2010 “ Kemarin lagi sibuk-sibunya pertandingan futsal mbak. Jadi nggak terlalu connect sama Pemilu.” Sumber : Sita, siswa SMA Negeri 6 Surakarta, interview 11 Agustus 2010 Sikap apatisme ini bisa jadi muncul karena kurang sadarnya pemilih pemula akan urgensi dari Pemilu. Mereka menganggap Pemilu bukan urusan remaja tapi hanya urusan para politisi saja. Diperlukan penyadaran dari pemilih pemula sejak dini, bahkan sebelum mereka menjadi seorang pemilih pemula pun hendaknya strategi penyadaran akan pentingnya Pemilu sudah digulirkan.

3. Kebutuhan informasi tentang visi misi pasangan caprescawapres pada