Pengetahuan tentang kewajiban pemilih

commit to user civ 2. Sikap apatisme pemilih pemula Sikap apatisme muncul dari internal pemilih pemula. Beban akademis yang tinggi ujian nasional, sikap pemilih pemula yang belum mau tahu dengan hal-hal bernuansa politik, karakter remaja yang masih senang main dan kurang peduli dengan kondisi bangsa, dan sebagainya. “Males aja mbak. Mending main-main. Ora tek nggagas. Cuek mbak, sikap anak muda sekarang kan nggak terlalu mudeng sama politik” Sumber : Bagus, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 8 Agustus 2010 “Pemilu nggak langsung ngefek sama hidupku. Jadi ya mau nyontreng atau nggak nyontreng nggak akan merubah masa depan.” Sumber : Najib, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 8 Agustus 2010 Pemilih pemula memang memiliki kecenderungan untuk bersikap apatis karena faktor akademis maupun psikologis cuek, masih hura-hura, dan sebagainya. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan khusus dalam menghadapi sikap pemilih pemula tersebut sehingga mereka tetap mendapatkan informasi mengenai hak pilih meskipun mempunyai kecenderungan untuk apatis.

b. Pengetahuan tentang kewajiban pemilih

Dalam penelitian ini, kewajiban pemilih diukur lewat dua indikator, yaitu pengetahuan tentang kewajiban untuk mencontreng dan memastikan bahwa namanya telah terdaftar di DPT. Berikut ini kami sajikan data tabulasi silang mengenai pengetahuan pemilih pemula tentang kewajiban pemilih. commit to user cv Tabel 2. Pengetahuan pemilih pemula tentang kewajiban pemilih Kewajiban Pemilih Laki-laki Perempuan memastikan namanya terdaftar di DPT 35 49,30 25 53,19 mencontreng 31 43,66 18 38,30 tidak tahu 5 7,04 4 8,51 Total 71 100 47 100 Sumber : Kuesioner no 2 Mengenai kewajiban untuk pemilih, mayoritas dari pemilih pemula mengetahuinya. Untuk pemilih pemula laki-laki sebanyak 49,30 mengetahui kewajiban pemilih dalam memastikan bahwa namanya telah terdaftar pada DPT Daftar Pemilih Tetap di Kelurahan. Sedangkan untuk yang mengetahui kewajiban mencontreng adalah 43,66. Namun sebanyak 7,04 tidak mengetahui kewajiban pemilih dalam Pemilu. Sedangkan untuk pemilih perempuan sebanyak 53,19 mengetahui kewajiban pemilih dalam memastikan bahwa namanya telah terdaftar pada DPT Daftar Pemilih Tetap di Kelurahan.Dan untuk yang mengetahu kewajiban mencontreng adalah sebanyak 38,30. Namun di sisi lain ada juga pemilih pemula perempuan yang tidak mengetahui kewajiban pemilih, yaitu sebanyak 8,51. commit to user cvi Dari penelitian yang kami lakukan diketahui bahwa sebagian besar pemilih pemula mengetahui kewajiban seorang pemilih. Faktor yang menyebabkan mereka mengetahui kewajiban pemilih adalah: 1. Sosialisasi yang memadai dari penyelenggara pemilu Sosialisasi ini dilakukan oleh panitia penyelenggaraan Pemilu di tingkat kelurahan melalui surat pemberitahuan untuk memberikan hak suara pada Pemilu. Biasanya surat pemberitahuan tersebut didistribusikan ke rumah- rumah warga masyarakat. Selain surat, kelurahan juga melakukan sosialisasi melalui papan pengumuman yang dipasang di kantor kelurahan. “Saya dapat surat dari kelurahan untuk nyontreng. Selain saya anggota keluarga lain juga dapat. Setiap anggota keluarga yang memang sudah boleh milih dapat surat mbak.” Sumber :Sita, siswa SMA Negeri 6 Surakarta, interview 11 Agustus 2010 “Aku kan anggota karang taruna mbak. Kemarin pas rapat karang taruna di kelurahan lihat ada pengumuman buat nyontreng.” Sumber: Wahyu, siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, interview 8 Agustus 2010 Adanya surat pemberitahuan ke setiap warga yang memiliki hak pilih tersebut cukup efektif untuk mensosialisasikan perihal pemilu ke warga masyarakat maupun ke tingkat pemilih pemula secara khusus.

2. Kebutuhan informasi tentang waktu Pemilu