E. 1. Tes Kemampuan Berbahasa

66

III. E. 1. Tes Kemampuan Berbahasa

Untuk masing-masing bagian dari sub tes tersebut akan dibuat dalam bentuk pertanyaan yang akan mengungkap kemampuan berbahasa ekspresif kosakata dan reseptif pemahaman dari anak pra sekolah tersebut. Bentuk pertanyaan akan dibedakan berdasarkan usia dan kemampuan seharusnya untuk anak dengan usia kronologis tersebut. Untuk jawaban benar akan diberikan skor satu dan untuk jawaban salah akan diberikan skor nol. Rentang skor tes prestasi kemampuan berbahasa akan mulai dari skor 0 apabila tidak satupun jawaban yang benar untuk setiap pertanyaan dan skor 21 apabila seluruh jawaban benar untuk setiap pertanyaan untuk kategori usia 3-4 tahun, 22 untuk kategori usia 4,1- 5 tahun, dan 17 untuk kategori usia 5,1-6 tahun. Semakin tinggi skor yang dicapai oleh subjek penelitian berarti semakin tinggi tingkat kemampuan berbahasa. Sebaliknya semakin rendah skor yang dicapai oleh subjek penelitian berarti semakin rendah tingkat kemampuan berbahasa. Pengklasifikasian tinggi rendahnya kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh subjek penelitian ini dilakukan dengan mencari mean dan standard deviasi dan kemudian membuat rentang sebanyak tiga klasifikasi, yaitu rendah, sedang, tinggi berdasarkan rumus : Kategori Rendah : X µ - 1.0 Sedang : µ - 1.0 X µ + 1.0 Tinggi : µ + 1.0 X Universitas Sumatera Utara 67 Sebagai tambahan dari metode tes kemampuan berbahasa yang akan digunakan sebagai metode pengumpulan data, akan digunakan juga metode observasi sebagai metode tambahan guna melihat sejauh mana anak dapat merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti melalui tes kemampuan berbahasa. Patton dalam Poerwandari, 2001 menegaskan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dapat dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Menurut Wilkson dalam Minauli, 2002 menyatakan observasi adalah aspek penting bagi banyak ilmu pengetahuan dan telah memainkan peran penting dalam perkembangan psikologi sebagai suatu disiplin ilmu. Kekuatan utama observasi adalah karena subjek dapat diamati secara langsung dan tepat. Selain itu, dalam observasi tidak ada penundaan antara munculnya respon dengan pertanyaan dan pencatatannya. Hal yang sangat penting dalam melakukan observasi adalah peneliti melaporkan hasil observasinya secara deskriptif, tidak interpretatif. Pengamat tidak mencatat kesimpulan atau interpretasi, melainkan data konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati Poerwandari, 2001. Penelitian ini akan menggunakan observasi partisipan dimana peneliti terlibat dalam peristiwa tersebut yang diamati dan metodeteknik pencatatanperekaman data observasi dilakukan dengan metode event recordingevent sampling yaitu mencatat perilaku khusus atau peristiwa yang Universitas Sumatera Utara 68 terjadi selama masa observasi. Observer menunggu perilakuperistiwa yang dipilh muncul dan mencatatnya. Hal ini dilakukan peneliti agar bisa mengamati subjek dengan lebih mendalam dan arena pencatatan perilaku ini dapat dilakukan secara kuantitatif, meliputi rerata suatu perilaku dilakukan, durasi perilaku dilakukan, dan intensitas perilaku Abdullah dalam Poerwandari, 2001.

III. F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur