Analisis Penerapan EVOP Analisis Hasil

6.1.4. Analisis Penerapan EVOP

Dalam melihat efektivitas dari penggunaan metode EVOP untuk memecahkan permasalahan didalam penelitian ini maka penerapan telah dibatasi hingga desain EVOP fase kedua lihat Gambar 6.3. Tentunya hal ini dilakukan agar mengurangi kemungkinan terjadinya situasi dimana upaya perbaikan proses justru berakibat pada pemborosan. 70 60 11 13 3 2 Kecepatan screw rpm Tekanan Konus bar 8 4 1 4 1 Fase 1 Fase 2 Gambar 6.3. Desain EVOP Fase 1 dan Fase 2 Pencarian kondisi optimum operasi dengan menggunakan prosedur EVOP dimulai dengan penentuan kondisi terbaik saat ini. Dalam hal ini, kondisi operasi tersebut adalah tekanan konus 70 bar dan kecepatan screw 13 rpm dengan hasil rata-rata dari OLWB di fiber dan broken nut adalah sebesar 3,99 dan 6,97 . Kondisi operasi ini, tidak hanya digunakan sebagai kondisi acuan pada desain EVOP fase 1 tetapi juga digunakan pada desain EVOP fase 2. Pada setiap fase dan akhir siklus selama menerapkan desain EVOP akan dilakukan analisis terhadap efek interaksi dan efek faktor. Dalam hal ini, analisis statistik yang digunakan adalah multivariate analisys of variance MANOVA dan worksheet EVOP untuk dua variabel yang telah dikembangkan oleh George E. P. Box 1967. MANOVA digunakan untuk menganalisis efek interaksi, efek faktor 1 tekanan konus dan efek faktor 2 kecepatan screw terhadap kedua variabel respon secara simultan. Sedangkan analisis worksheet EVOP digunakan untuk menganalisis efek interaksi dan efek faktor terhadap kedua variabel respon secara terpisah. Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan pada subbab 5.4.1 dan subbab 5.4.2 maka diperoleh beberapa hasil lihat Tabel 6.3 dan Tabel 6.4. Tabel 6.3. Ringkasan Hasil Uji Kesamaan Mean Sesudah MANOVA Fase Siklus Efek Interaksi F hitung Efek Faktor 1 F hitung Efek Faktor 2 F hitung F tabel 1 2 10422,82 10,21875 0,159617 9,55 2 0,904166 11,1607 98,465 Berdasarkan Tabel 6.3 dapat dilihat bahwa ada pengaruh yang signifikan pada efek interaksi dan efek faktor 1 selama menerapkan desain EVOP fase 1 dimana nilai F hitung F tabel pada level signifikansi 0,05. Dari hasil ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan yakni: 1. Adanya perbedaan pengaruh dari satu faktor terhadap variabel respon yang tergantung pada level dari faktor lain. 2. Adanya pengaruh dari perubahan level pada faktor tekanan konus terhadap variabel respon. 3. Tidak adanya pengaruh dari perubahan level pada faktor kecepatan screw terhadap variabel respon. Dari Tabel 6.3 juga dapat dilihat selama menerapkan desain EVOP fase 2 terdapat pengaruh signifikan pada efek faktor 1 dan 2 dimana nilai F hitung F tabel pada level signifikansi 0,05. Dari hasil ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan yakni: 1. Tidak adanya perbedaan pengaruh dari satu faktor terhadap variabel respon yang tergantung pada level dari faktor lain. 2. Adanya pengaruh dari perubahan level pada faktor tekanan konus terhadap variabel respon. 3. Adanya pengaruh dari perubahan level pada faktor kecepatan screw terhadap variabel respon. Tabel 6.4. Ringkasan Hasil Worksheet EVOP Respon Fase Siklus Efek Interaksi Efek Faktor 1 Tekanan Konus Efek Faktor 2 Kecepatan screw Batas Error 2 Sigma OLWB di fiber 1 2 -0,24 0,06 0,1315 2 0,47 -0,6 0,3564 Broken nut 1 2 0,5075 0,1875 0,1188 2 -0,2925 0,5775 0,5940 Tidak dilakukan perhitungan efek Berdasarkan Tabel 6.4 dapat dilihat bahwa ada pengaruh yang signifikan pada efek interaksi antar faktor terhadap respon OLWB di fiber selama menerapkan desain EVOP fase 1 dimana nilai absolut efek interaksi batas error 2 sigma dan ada pengaruh yang signifikan juga pada efek faktor tekanan konus dan kecepatan screw terhadap respon OLWB di fiber selama menerapkan desain EVOP fase 2 dimana nilai absolut efek interaksi batas error 2 sigma. Dari hasil ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan yakni: 1. Adanya perbedaan pengaruh dari satu faktor terhadap OLWB di fiber yang tergantung pada level dari faktor lain selama menerapkan desain EVOP fase 1. 2. Adanya pengaruh dari perubahan level pada faktor tekanan konus terhadap OLWB di fiber selama menerapkan desain EVOP fase 2. 3. Adanya pengaruh dari perubahan level pada faktor kecepatan screw terhadap OLWB di fiber selama menerapkan desain EVOP fase 2. Dari Tabel 6.4 dapat dilihat juga bahwa ada pengaruh yang signifikan pada efek interaksi antar faktor dan efek faktor tekanan konus terhadap respon broken nut selama menerapkan desain EVOP fase 1 dimana nilai absolut efek interaksi batas error 2 sigma dan adanya pengaruh yang signifikan juga pada efek faktor kecepatan screw terhadap respon broken nut selama menerapkan desain EVOP fase 2 dimana nilai absolut efek interaksi batas error 2 sigma. Dari hasil ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan yakni: 1. Adanya perbedaan pengaruh dari satu faktor terhadap broken nut yang tergantung pada level dari faktor lain selama menerapkan desain EVOP fase 1. 2. Adanya perbedaan pengaruh dari perubahan level pada faktor tekanan konus terhadap broken nut selama menerapkan desain EVOP fase 1. Untuk memperkuat hasil MANOVA dan worksheet EVOP diatas dalam memberikan kesimpulan akhir masih diperlukan keterangan lain yang lebih lengkap. Hal ini tentunya dapat dilakukan dengan menyajikan data seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.5 dan Tabel 6.6 dalam bentuk grafik. Tabel 6.5. Hasil Pengukuran Respon Terhadap Desain EVOP Fase 1 OLWB = Oil Loss Wet Basis di fiber , BN = Broken nut Faktor 2: Kecepatan Screw 11 rpm 13 rpm Faktor 1: Tekanan Konus 60 bar Siklus OLWB BN OLWB BN 1 4,56 6,42 4,98 5,97 2 4,43 6,74 4,61 6,55 Mean 4,50 6,58 4,80 6,26 70 bar Siklus OLWB BN OLWB BN 1 4,17 6,61 3,87 7,39 2 3,73 7,21 3,67 7,82 Mean 3,95 6,91 3,77 7,61 Tabel 6.6. Hasil Pengukuran Respon Terhadap Desain EVOP Fase 2 OLWB = Oil Loss Wet Basis di fiber , BN = Broken nut Faktor 2: Kecepatan Screw 8 rpm 13 rpm Faktor 1: Tekanan Konus 60 bar Siklus OLWB BN OLWB BN 1 4,02 7,05 4,61 6,55 2 4,29 6,54 4,7 6,51 Mean 4,16 6,80 4,66 6,53 70 bar Siklus OLWB BN OLWB BN 1 3,85 7,01 3,87 7,39 2 3,32 7,79 4,18 6,77 Mean 3,59 7,4 4,03 7,08 Dengan mengambil hasil rata-rata dari respon OLWB di fiber dan broken nut yang ditunjukkan pada Tabel 6.5 sebagai akibat dari perubahan level pada faktor kecepatan screw maka akan diperoleh grafik seperti yang akan ditunjukkan pada Gambar 6.4 dan Gambar 6.5. Gambar 6.4. Interaksi antar Faktor Tekanan Konus dan Kecepatan Screw Terhadap OLWB di fiber pada Desain EVOP Fase 1 Gambar 6.5. Interaksi antar Faktor Tekanan Konus dan Kecepatan Screw Terhadap Broken Nut pada Desain EVOP Fase 1 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8 5 11 13 Ra ta -r a ta O LW B d i F ib e r Interaction Plot Tekanan 60 bar Tekanan 70 bar 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 11 13 Ra ta -r a ta b ro k e n n u t Interaction Plot Tekanan 60 bar Tekanan 70 bar Kecepatan Screw rpm Kecepatan Screw rpm Dari Gambar 6.4 dan Gambar 6.5 dapat dilihat bahwa garis-garis grafik jauh dari sejajar maka dapat diduga adanya pengaruh interaksi antar faktor tekanan konus dan kecepatan screw yang bersifat sinergi karena tidak adanya garis yang berpotongan. Bila telah diketahui bahwa efek interaksi antar faktor signifikan maka efek utama dari masing-masing faktor dapat diabaikan. Hal ini telah dibuktikan melalui pengujian dengan mengambil level signifikansi 0,05. Hal yang sama juga akan dilakukan terhadap hasil rata-rata dari respon OLWB di fiber yang ditunjukkan pada Tabel 6.6 dan diperoleh Gambar 6.6. Gambar 6.6. Interaksi antar Faktor Tekanan Konus dan Kecepatan Screw Terhadap OLWB di fiber pada Desain EVOP Fase 2 Berdasarkan Gambar 6.6 dapat dilihat bahwa garis-garis grafik sejajar, maka dapat diduga tidak adanya pengaruh interaksi antar faktor tekanan konus dan kecepatan screw. Hal ini berarti penyajian data dalam bentuk grafik dapat dilanjutkan lagi untuk melihat efek utama dari masing-masing faktor. Dengan 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8 8 13 Ra ta -r a ta O LW B d i fi b e r Interaction Plot Tekanan 60 bar Tekanan 70 bar Kecepatan Screw rpm mengambil hasil rata-rata dari jumlah besar pada respon OLWB di fiber dan broken nut yang ditunjukkan pada Tabel 6.6 sebagai akibat dari perubahan level pada faktor tekanan konus ataupun kecepatan screw maka diperoleh Gambar 6.7 dan Gambar 6.8. Gambar 6.7. Pengaruh Faktor Tekanan Konus Terhadap OLWB di fiber pada Desain EVOP Fase 2 Dari Gambar 6.7 dapat dilihat bahwa tekanan konus 70 bar memberikan hasil yang lebih baik terhadap OLWB di fiber minimum OLWB di fiber bila dibandingkan dengan tekanan konus 60 bar. Dan hal ini telah dibuktikan melalui pengujian dengan mengambil level signifkansi 0,05. 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 60 70 Ra ta -r a ta O LW B d i fi b e r Main Effect Plot Tekanan konus bar . Gambar 6.8. Pengaruh Faktor Kecepatan Screw Terhadap OLWB di fiber pada Desain EVOP Fase 2 Sedangkan berdasarkan Gambar 6.8 dapat dilihat bahwa kecepatan screw 8 rpm memberikan hasil yang lebih baik terhadap OLWB di fiber minimum OLWB di fiber dibandingkan dengan kecepatan screw 13 rpm. Dan hal ini juga telah dibuktikan melalui pengujian dengan mengambil level signifikansi 0,05. Sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan utama yang diinginkan dari penerapan EVOP adalah pencapaian nilai optimal dari kedua variabel respon yang dipilih. Hal ini dapat dicapai melalui pencarian terhadap nilai optimal dari masing-masing variabel respon tersebut. Bila nilai optimal tersebut telah ditemukan maka didapat pula kondisi operasi yang optimal dari variabel kontrol yang mempengaruhi variabel respon. Tabel 6.7 berikut merupakan ringkasan keseluruhan dari hasil rata-rata respon selama menerapkan desain EVOP. 3,00 3,20 3,40 3,60 3,80 4,00 4,20 4,40 4,60 8 13 Ra ta -r a ta O LW B d i fi b e r Main Effect Plot Kecepatan Screw rpm Tabel 6.7. Ringkasan Rata-Rata Hasil Pengukuran Respon Desain EVOP Fase 1 dan Fase 2 OLWB = Oil Loss Wet Basis di fiber , BN = Broken nut Faktor 2: Kecepatan Screw 8 rpm 11 rpm 13 rpm Faktor 1: Tekanan Konus 60 bar OLWB BN OLWB BN OLWB BN 4,16 6,80 4,50 6,58 4,73 6,4 70 bar OLWB BN OLWB BN OLWB BN 3,59 7,4 3,95 6,91 3,9 7,35 Dengan mengambil rata-rata hasil pengukuran respon OLWB di fiber sebagai akibat dari perubahan level pada faktor tekanan konus dan kecepatan screw selama menerapkan desain EVOP maka diperoleh grafik tiga dimensi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.9. Gambar 6.9. Plot Permukaan dari Respon OLWB di fiber 13 OLWB di Fiber 11 3,5 4,0 4,5 Kecepatan scr ew r pm 60 8 70 Tek anan Konus bar Surface Plot Hal yang sama juga dilakukan terhadap rata-rata hasil pengukuran respon broken nut selama menerapkan desain EVOP sehingga diperoleh grafik tiga dimensi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.10. Gambar 6.10. Plot Permukaan dari Respon Broken Nut Setelah melakukan analisis terhadap hasil keseluruhan penerapan EVOP dengan melihat Gambar 6.9 dan Gambar 6.10 maka diperoleh beberapa kesimpulan yakni pertama, bila semakin tinggi tekanan konus yang diterapkan pada mesin screw press maka akan semakin rendah OLWB di fiber yang terjadi minimum OLWB di fiber akan tetapi hal sebaliknya juga terjadi pada broken nut dimana bila semakin rendahnya tekanan konus yang diterapkan pada proses maka akan semakin rendah juga broken nut yang terjadi. Kedua, bila melihat respon OLWB di fiber dan broken nut sebagai akibat dari perubahan level kecepatan screw maka dapat dilihat bahwa adanya ketidakkonsistenan pola data. 13 Br ok en Nut 11 6,50 6,75 7,00 7,25 Kecepatan Scr ew r pm 60 8 70 Tek anan Konus bar Surface Plot Hal ini ditunjukkan dengan melihat pola data yang dihasilkan saat melakukan perubahan level kecepatan screw pada tekanan konus 60 bar ataupun 70 bar. Pola data yang ditunjukkan saat melakukan perubahan level kecepatan screw pada tekanan konus 60 bar mendekati model linier sedangkan pola data yang dihasilkan saat melakukan perubahan level kecepatan screw pada tekanan konus 70 bar mendekati model kuadratik. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya interaksi antar faktor yang signifikan dimana respon yang dihasilkan dari perubahan level kecepatan screw sangatlah tergantung pada level tekanan konus yang diterapkan. Dengan mengabaikan efek utama dari masing-masing faktor maka diperoleh kesimpulan bahwa kondisi operasi yang memberikan respon yang paling baik untuk minimsasi OLWB di fiber adalah kondisi operasi seperti tekanan konus 70 bar dan kecepatan screw 8 rpm sedangkan kondisi operasi yang memberikan respon yang paling baik untuk minimsasi broken nut adalah kondisi operasi seperti tekanan konus 60 bar dan kecepatan screw 13 rpm. Karena tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi optimum proses pengepresan maka kurva yang ditunjukkan pada Gambar 6.9 dan Gambar 6.10 merupakan visualisasi sistem yang tidak baik karena tidak terlihat daerah yang menunjukkan optimisasi dari respon OLWB di fiber maupun broken nut. Selain itu, dari hasil-hasil yang ditunjukkan pada Tabel 6.7 juga diperoleh hasil rata-rata respon yang paling mendekati target losses lihat Tabel 5.1; oil loss in di fiber 4,00 dan broken nut 7,15 adalah kondisi operasi seperti tekanan konus 70 bar dan kecepatan screw 11 rpm memberikan hasil rata-rata yang mendekati target losses dimana rata-rata OLWB di fiber dan broken nut adalah 3,95 dan 6,91 .

6.2. Pembahasan Hasil