Perbaikan Produktivitas Dengan Pendekatan Green Productivity Di Pks PT. Multimas Nabati Asahan
Tugas dan Tanggung Jawab Tiap-Tiap Jabatan pada Struktur
Organisasi
Menurut data bagian kantor Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT. Multimas Nabati Asahaan, pembagian tugas dan wewenang berdasarkan jabatan pada struktur organisasi adalah sebagai berikut.
1. Factory Coordinator Tugas:
Sebagai perancangan sekaligus menentukan arah perusahaan, para eksekutif ini bermain pada ranah strategi dan rencana perusahaan.
2. Manager Pabrik (Mill Head) Departemen PKS Tugas:
a. Memimpin pelaksanaan tugas-tugas produksi, lapangan dan kegiatan administrasi.
b. Mengatur, mengawasi, dan memberikan petunjuk kepada asisten dalam pelaksanaan tugas di lapangan.
c. Senantiasa melaksanakan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
d. Secara periodik berkewajiban untuk langsung mengadakan penelitian dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan di lapangan, pabrik dan bagian-bagian lainnya.
e. Bertanggung jawab sepenuhnya atas pengeluaran dan pemakaian uang dari pabrik yang dipimpinnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
(2)
f. Memelihara dan menjaga mutu produksi sebagai bahan baku pabrik sesuai dengan standar yang ditetapkan.
g. Bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan seluruh kekayaan perusahaan yang berada di bawah pimpinannya serta melaksanakan kegiatan dengan baik.
h. Mengadakan rapat kerja periodik dengan asisten dan staf yang berada di bawah pimpinannya untuk membahas masalah yang ada.
3. Asisten Mill Head (Departemen PKS) Tugas:
a. Melakukan pengawasan atau penerimaan bahan baku yang berasal dari suplyer.
b. Menjaga dan memelihara perawatan mesin-mesin dan membuat laporan serta mempersiapkan jadwal pemeliharaannnya yang efektif.
c. Bertanggungjawab atas keamanan pabrik dan seluruh asset yang terdapat di lingkungannya.
d. Melakukan pemeriksaan hasil produksi dan persediaan bahan baku yang diperlukan dalam proses pengolahan sesuai standar yang berlaku.
e. Memberi petunjuk dalam pelaksanaan pengolahan
f. Mengendalikan proses pengolahan untuk mencapai hasil sebaik-baiknya.
g. Membuat laporan kerja harian menyangkut penerimaan bahan baku, pemeliharaan mesin, pengolahan dan mutu produksi yang dihasilkan.
(3)
4. Supervisor Sortase Tugas:
a. Mengetahui jumlah dan sumber TBS yang di terima. b. Mengetahui rendemen minyak sawit dan inti sawit. c. Menghitung biaya angkut.
d. Mengetahui hasil produksi minyak ( CPO ) dan inti sawit yang akan di pasarkan.
5. Supervisor Weightbridge Tugas:
a. Mengetahui jumlah dan sumber TBS yang di terima.
b. Mengawasi barang yang masuk dan keluar yang melewati jembatan timbang
c. Merekap netto brutto dan tarra barang yang masuk dan keluar masuk PKS d. Mengatur truk dan alat angkutan yang masuk dan keluar pabrik
6. Supervisor Maintanance Tugas:
a. Mengatur tenaga kerja tukang reparasi umum untuk mengadakan perbaikan/reparasi mesin atau peralatan pada unit pengolahan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit yang rusak sesuai instruksi asisten pabrik dan memeriksa hasil pekerjaan reparasi yang dilakukan.
(4)
b. Mengadakan perawatan dan pemeriksaan unit pengolahan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit serta instalasi lainnya sebelum mulai mengolah. c. Mengadakan perawatan dan pemeriksaan pada instalasi ketel uap.
d. Mengkoordinir dan mengontrol tenaga tukang listrik, tukang pelumas dan tukang perawatan lori rebusan agar bekerja pada tugasnya masing-masing. e. Membuat rencana kerja harian dan rencana kerja reparasi besar pada
hari-hari libur.
f. Mencatat jam kerja lembur pekerja bengkel umum jika bekerja di luar dinas.
7. Supervisor Proses
a. Memberi pengarahan kepada para pekerja tentang tata cara penggunaan alat-alat pengolahan serta tentang keselamatan para pekerja pada setiap unit pengolahan.
b. Mengkoordinasikan dan memeriksa seluruh tenaga kerja pada unit-unit pengolahan pabrik kelapa sawit.
c. Mengupayakan dan mencari tenaga kerja pengganti apabila pekerja pada unit pengolahan tersebut tidak dapat hadir karena sakit atau karena halangan lainnya.
d. Mengawasi tenaga kerja pada saat mengolah agar tetap berada pada bagiannya masing-masing dan melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik.
(5)
e. Memberi laporan kepada asisten pabrik apabila ditemui kerusakan atau hal yang dicurigai terjadi kerusakan untuk diadakan pemeriksaan atau perbaikan.
8. Supervisor Logistik
a. Mengkoordinir audit yang berhubungan sesuai dengan kinerja yang telah ditentukan.
b. Memelihara semua dokumen yang ada pada bagian tata usaha.
c. Melaksanakan dan mengawasi administrasi keuangan, pembukuan dan bidang umum/personalia.
d. Melaksanakan dan mengkoordinasi seluruh pekerjaan administrasi dan membuat surat-menyurat yang berkaitan dengan pabrik.
9. Asisten Supervisor Sortasi
a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan sortir tandan buah segar kelapa sawit.
b. Menjamin bahwa semua buah sawit yang digunakan dalam proses telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
c. Melaksanakan pemeriksaan besarnya losses minyak dan inti yang terjadi selama proses pengolahan berlangsung.
d. Mengawasi pemakaian bahan–bahan laboratorium dan bahan–bahan pembantu selama proses pengolahan berlangsung.
(6)
e. Mengawasi kondisi TBS yang masuk dan membuktikan jumlah TBS yang masuk ke pabrik sesuai dengan SPB dari tiap–tiap truck untuk menentukan kapasitas olah, dan perhitungan rendamen bersama dengan asisten pengolahan.
f. Mengawasi pemeriksaan limbah pabrik dari hasil kegiatan produksi pabrik maupun kegiatan–kegiatan lain dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar.
g. Mengawasi jumlah pengeluaran hasil produksi CPO dan inti.
10.Asisten Supervisor Tugas:
a. Membantu supervisor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya b. Memberi laporan rutin proses produksi
11.Foreman Sortasi Tugas:
a. Mengawasi setiap proses penerimaan buah
b. Mengatur truk yang masuk dan keluar stasiun sortasi c. Merekap supplier TBS yang masuk
d. Membuat laporan sebagai informasi TBS yang masuk, persentase kotoran, dan TBS yang dipulangkan.
(7)
12.Foreman Tugas:
a. Mengawasi setiap proses produksi
b. Membantu supervisor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
c. Mengawasi pemeriksaan limbah pabrik baik dari hasil kegiatan produksi pabrik maupun kegiatan-kegiatan lain dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar.
d. Membuat laporan sebagai informasi bagi unit pengolahan CPO. e. Mengkoordinir operator dalam melaksanakan tugasnya
13.Operator Tugas:
a. Melakukan kegiatan operasional di lantai pabrik. b. Membantu atasan dalam melakukan tugas.
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ristono. 2010. Ekonomi Teknik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Asian Productivity Organiztion. Handbook on Green Productivity. canada
David M. Himmelblau. 1999. Prinsip Dasar dan Kalkulasi dalam Teknik Kimia. Jilid1 Trans Ita Ananta. Jakarta : PT. Prenhalido Jakarta. Hal 85
Ginting, Rosnani.2007. Sistem Produksi. Graha Ilmu: Yogyakarta.(hal304) Sinulingga, Sukaria, 2010. Manajemen dan Rekayasa Produktivitas
(Medan: USU Press,)
Iftikar Z Sutalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja, (Bandung: ITB.2005). Kasmir dan Jakfar, 2003.Studi Kelayakan Bisnis, Prenada Media, Jakarta
Puttu Dyah Ika (2009). implementasi Green Productivity untuk meningkatkan produktivitas melalui perbaikan proses. Journal ITS
Jawahirur (2014). Topik penelitiannya adalah tentang peningkatan produktivitas dan kinerja lingkungan menggunakan pendekatan Green Productivity. Journal ITS
(19)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian Produktivitas2
2
Sukaria Sinulingga, Manajemen dan Rekayasa Produktivitas (Medan: USU Press, 2010)
Istilah produktivitas pertama kali dikemukakan oleh Quesnay dalam sebuah artikel yang dituliskan pada tahun 1766. Beliau mengartikan istilah tersebut sebagai situasi dalam keadaan produksi. Lebih satu abad kemudian persisnya tahun 1883, Litre mendefenisikan produktivitas sebagai kemampuan membuat produk secara cakap atau keinginan untuk menghasilkan sesuatu (faculty to produce). Pada abad kedua puluh, istilah produktivitas kemudian diberikan artian sebagai hubungan antara output dan input. Pengertian tersebut selanjutnya digunakan dalam kaitan menghasilkan output yang lebih tinggi. Pada tahun 1950, The Organization for European Coorporation (OEEC) memberikan defenisi produktivitas secara lebih formal yaitu :
……Productivity is the quotient obtained by deviding output by one of the factors of production. In this way it is possible to speak of the productivity of capital, investmenet or raw materials according to whether output is being consideratein relation to capital, investmenet or raw materials etc……
Dalam pengertian bebas, defenisi OEEC mengatakan bahwa produktivitas adalah rasio antara output yang dihasilkan dan salah satu faktor produksi adalah kapital, investasi atau bahan baku. Dengan demikian dikenal istilah produktivitas kapital, produktivitas investasi dan produktivitas bahan baku.
(20)
3.2. Tipe-Tipe Pengukuran Produktivitas
Untuk memudahkan penelusuran sumber permasalahan jika produktivitas menunjukkan kecendrungan menurun atau keunggulan produktivitas jika produktivitas cenderung meningkat, ukuran produktivitas dipandang dikelompokkan atas tiga tipe yaitu produktivitas total (total produvtivity), produktivitas parsial (partial productivity), produktivitas faktor total (total factor produvtivity) dan produktivitas total (total produvtivity).
3.2.1. Produktivitas Total
Produktivitas total adalah rasio total output terhadap total atau keseluruhan faktor input yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Dari pengertian diatas, produktivitas total mengukur pengaruh bersama (joint impact) dari seluruh sumberdaya produksi dalam menghasilkan output seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
(21)
Input Output - Tenaga Kerja
- Bahan - Kapital - Energi
- Lain-lain Waste
Gambar 3.1. Input-Output dan Produktivitas
Seperti telah dijelaskan dimuka, ouput ialah seluruh hasil terukur yang memberikan manfaat kepada perusahaan. Output yang terukur antara lain jumlah produk yang dihasilkan, work-in progress, penerimaan (revenue) atas jasa yang diberikan kepada pihak lain. Input yang terukur adalah jumlah operator (man-hours), jam mesin (machine-(man-hours), bahan baku serta luas lantai bangunan, jumlah energi dan lain-lain yang dimanfaatkan.
3.2.2. Produktivitas Parsial
Produktivitas parsial adalah rasio output terhadap salah satu faktor input yang digunakan dalam memproduksi output tersebut. Produktivitas ini mengukur hubungan antara jumlah output relatif terhadap jumlah faktor input tertentu yang digunakan. Jika rasio tersebut menunjukkan kecendrungan yang meningkat dari periode ke periode berikutnya secara berkelanjutan maka dapat dikatakan
Proses Transformasi Proses Transformasi
(22)
pengelolaan faktor input tersebut dalam kegiatan produksi telah berjalan dengan baik. Karena faktor input bermacam-macam maka didefenisikan satu per satu sebagai berikut :
3.2.3. Produktivitas Total Faktor
Produktivitas total faktor mengukur banyaknya output yang dihasilkan oleh satuan tenaga kerja bersama kapital. Karena tenaga kerja dan kapital pada dasarnya adalah faktor konversi utama dalam operasi produksi, maka produktivitas total faktor pada dasarnya merupakan ukuran konversi produksi. Produktivitas total dinyatakan sebagai rasio net output terhadap penjumlahan tenaga kerja dan kapital. Net output dihitung sebagai total output yang dikurangi dengan jumlah bahan dan jasa antara (intermediate goods and services) yang dibeli dari luar.
(23)
3.3. Pengertian Green Produktivitas3
Green Productivity merupakan aplikasi dari teknik, teknologi dan sistem manajemen yang tepat untuk menghasilkan produk atau jasa yang ramah lingkungan. Green Productivity mendamaikan dua kebutuhan yang selalu dalam konflik, yaitu kebutuhan bisnis untuk menghasilkan keuntungan serta kebutuhan setiap orang untuk melindungi lingkungan. Green Productivity bukan hanya suatu strategi lingkungan, tetapi strategi bisnis total. Faktanya, bahwa ketika Green
Green Productivity adalah suatu strategi untuk meningkatkan produktivitas bisnis dan kinerja lingkungan pada saat yang bersamaan dalam pengembangan sosial ekonomi secara keseluruhan. Metode ini mengaplikasikan teknik, teknologi dan sistem manajemen untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan lingkungan atau ramah lingkungan.Green Productivity adalah strategi yang luas untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja lingkungan. Penggunaan secara efektif dapat menyebabkan perubahan positif dalam pembangunan sosial-ekonomi.
Atribut Green Productivity terbesar adalah potensi untuk mengintegrasikan perlindungan lingkungan ke dalam operasi bisnis sebagai sarana untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini dapat mengakibatkan profitabilitas meningkat, atau arus kas hanya lebih baik.
3
(24)
Productivity diimplementasikan, perusahaan akan mengalami perbaikan produktivitas melalui penurunan pengeluaran pada perlindungan lingkungan, seperti pengurangan sumber daya, minimasi waste, pengurangan polusi dan produksi yang lebih baik. Dari sini, perusahaan dapat mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan melindungi lingkungan yang akan mengarah pada terjadinya sustainable development. Ini meliputi penggunaan produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas hidup. Keseluruhan siklus hidup dari produk ini harus berdasarkan pada minimasi dari penggunaan sumber-sumber daya alam dan zat-zat beracun yang dapat mengakibatkan emisi.
Konsep Green Productivity dikembangkan oleh Asian Productivity Organization (APO) pada 1994 untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan lingkungan. Tujuan utama APO adalah untuk menunjukkan bahwa perlindungan terhadap lingkungan dan peningkatan produktivitas dapat diharmonisasikan, baik bagi perusahaan kecil maupun menengah, karena proses produksi seringkali mengakibatkan pembuangan material dan energi yang akan membebani lingkungan.
Konsep Green Productivity diambil dari penggabungan dua hal penting dalam strategi pembangunan, yaitu:
1. Perlindungan Lingkungan 2. Peningkatan Produktivitas
(25)
1. Getting Started
Permulaan dari proses Green Productivity adalah walk through survey dan mengumpulkan informasi. Walk through survey dilakukan untuk mengidentifikasi urutan-urutan proses produksi. Pada tahap ini harus sudah menentukan block diagram process dan material balance sehingga diketahui operasi-operasi yang menghasilkan limbah termasuk estimasi atau perkiraan mengenai jumlah limbah yang dihasilkan. Perhitungan produktivitas awal dilakukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengestimasian alternatif solusi yang akan diperoleh untuk mengetahui apakah produktivitas mengalami peningkatan atau sebaliknya.
2. Planning
Pada tahap planning ini dibagi lagi menjadi dua langkah yaitu: a. Mengidentifikasi masalah dan penyebabnya
Informasi-informasi yang telah diperoleh dari walk through survey akan digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dan penyebabnya. Tool yang akan digunakan untuk menggambarkan permasalahan tersebut adalah diagram sebab akibat (cause effect diagram).
b. Menentukan tujuan dan target
Setelah mengetahui permasalahan dan penyebabnya, maka perlu menentukan tujuan dan target sebagai penunjuk untuk memilih alternatif yang dapat mengeliminasi permasalahan.
3. Generation and Evaluation of GP Options
Langkah ini mencakup pengembangan alternatif solusi untuk mempertemukan tujuan serta target yang telah dirumuskan di langkah sebelumnya. Hal ini
(26)
mencakup sudut pandang terhadap pencegahan polusi dan prosedur kontrol yang telah direncanakan. Opsi-opsi dimunculkan dan diprioritaskan berdasarkan Green Productivity Indicator dan Benefit-Cost Ratio. Semua itu kemudian disintesis ke dalam rencana implementasi.
Green Productivity mempunyai empat tujuan umum dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan ekonomi produksi ketika diimplementasikan pada lantai produksi, yaitu:
1. Pengurangan Limbah (Waste Reduction) 2. Manajemen Material (Material Management) 3. Pencegahan Polusi (Pollution Prevention)
4. Peningkatan Nilai Produk (Product Enchancement)
Faktor dalam penerapan Green Productivity dan menjadi pembeda dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan sebelumnya, yang sering disebut triple focus, yaitu:
1. Lingkungan 2. Ekonomi 3. Sosial
Indikator Green Productivity menurut IK Kim adalah suatu strategi, dimana diperlukan suatu indikator yang dapat mengukur kinerja strategi secara kuantitatif. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Green Productivity Index (GPI) dan Green Productivity Ratio (GPR) sebagai indikator.
(27)
Perhitungan Green Productivity Ratio untuk tenaga kerja, energi, material, dan maintenance dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini.
GPRmaterial = GPRtenaga kerja =
GPRenergi = GPRmaintanance = Rasio untuk waste dihitung sebagai bertikut:
GPRwaste =
3.4. Material Balance4
Sebuah sistem terbuka (flow system) adalah sebuah sistem dengan materi dipindahkan melalui batas sistem, yaitu: memasuki sistem, meninggalkan sistem atau keduanya. Sebuah sistem tertutup (batch system) adalah sistem dimana tidak ada perpindahan materi selama jangka waktu yang diinginkan. Jika mengisi sebuah reaktor dengan beberapa reaktan dan mengambil produknya, dan reaktor
Untuk membuat suatu material balance (kesetimbangan materi) untuk sebuah proses, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah menentukan sistem apa yang akan dibuat kesetimbangannya dan menguraikan batas-batsnya. Menurut kamus, proses tadala satu atau kegiatan atau operasi atau perlakuan yang mengahsilkan sebuah tujuan (produk). Yang dimaksud dengan sistem adalah seluruh rangkaian proses yang dikemukakan secara khusus untuk analisis.
4
David M. Himmelblau. 1999. Prinsip Dasar dan Kalkulasi dalam Teknik Kimia. Jilid 1 Trans Ita Ananta. Jakarta : PT. Prenhalido Jakarta. Hal 85
(28)
tersebut ditunjuk sebagai sistem dan materi dipindahkan melalui batas sistem tetapi kita dapat mengabaikan perpindahan tersebut dan memusatkan perhatian hanya pada proses reaksi yang terjadi hanya setelah pengisian diselesaikan dan sebelum produk dikeluarkan.
Menurut salah satu hukum ini, massa tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan dalam perubahan materi apa saja yang dinyatakan dalam hukum pelestarian massa. Adapun rumus untuk kesetimbangan material adalah sebagai berikut:
Total massa masuk = Total massa keluar
Total massa yang masuk yaitu bahan baku, bahan tambahan, sedangkan bahan yang keluar adalah produk yang diinginkan (barang jadi) serta bahan yang hilang (waste). Persamaan diatas dapat pula diterapkan pada sistem untuk massa total, mol total, massa dari senyawa kimia maupun lainnya.
Hal-hal penting dalam Material Balance adalah sebagai berikut :
1. Jenis permasalahan Material Balance yang terlihat pada proses produksi, dimana terdapat empat jenis dasar permasalahan : a. Model lembar aliran Material Balance, untuk proses yang kontinu yang beroperasi dalam posisi stabil.
b. Pencampuran dan material campuran penyeimbang.
c. Model lembar aliran Material Balance, untuk proses yang kontinu maupun batch yang beroperasi dalam posisi tidak stabil.
d. Proses analisa data dan rekonsiliasi lembar aliran material balance.
Suatu material balance akan menyeimbangkan arus laju alir dan komposisi dari semua arus memasuki dan meninggalkan item masing-masing
(29)
peralatan. Serta memperlihatkan seberapa besar yang terbuang di dalam proses tersebut. Permasalahan material balance adalah menyertakan campuran dan pencampuran. Suatu substansi jumlah produk yang diproduksi oleh industri pengolahan bahan kimia adalah campuran atau campuran berbagai unsur atau ramuan.
2. Metodologi Material Balance, ada dua langkah utama untuk menerapkan prinsip kekekalan massa kimia dalam memproses kesetimbangan material yaitu : a. Perumusan masalah yang dimaksud diharapkan dapat ditentukan uraian secara matematik yang sesuai sistem berdasar pada prinsip ilmu fisika dan ilmu kimia. Di dalam menyeimbangkan material balance, hukum phisik yang sesuai adalah hukum kekekalan massa.
b. Banyaknya penyamaan yang melibatkan model sebagai suatu solusi terhadap permasalahan dengan memberikan gambaran jelas besarnya input, output maupun material yang terbuang (yang hilang).
Reaksi dalam reaksi kimia jarang menggunakan bahan-bahan dengan perbandingan stokiometri untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan. Seringkali reaksi ini digunakan kembali secara berlebihan dimana kelebihan tersebut akan keluar kembali bersama hasil reaksi dan produktan. Untuk kelebihan ini umumnya digunakan kembali secara terpisah sehingga bahan-bahan dalam industri dianggap tidak sama dengan terakumulasi sempurna.
(30)
3.5. Cause and Effect Diagram5
5
Ginting, Rosnani.2007. SistemProduksi. Graha Ilmu: Yogyakarta.(hal304)
Diagram ishikawa ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone diagram) dan berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang dipelajari, selain itu juga dapat dilihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat dilihat dari panah-panah yang berbentuk tulang ikan pada diagram fishbone tersebut. Diagram sebab akibat ini diperkenalkan pertama kalinya oleh Profesor Kaoru Ishikawa (Universitas Tokyo) pada tahun 1943. Untuk mencari faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada lima faktor penyebab utama yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Manusia 2. Metode Kerja
3. Mesin atau peralatan kerja lainnya 4. Bahan-bahan baku
5. Lingkungan Kerja
Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat, yaitu: 1. Mengidentifikasikan masalah utama
2. Menempatkan masalah utama tersebut di sebelah kanan diagram utama
3. Mengidentifikasikan penyebab mayor dan meletakkannya pada diagram utama 4. Mengidentifikasikan penyebab minor dan meletakkannya pada penyebab mayor
(31)
5. Diagram sebab akibat telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan penyebab sesungguhnya
Diagram ishikawa untuk pencarian akar masalah dapat dilihat pada gambar 2.2.
MANUSIA METODE KERJA
LINGKUNGAN KERJA
BAHAN BAKU MESIN / PERALATAN
KUALITAS
Gambar 2.2. cause and effect Diagram
3.6. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)6
Peta aliran proses dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
Peta aliran proses adalah sebuah diagram yang menggambarkan urutan operasi, baik gerakan pekerja maupun aliran material. Peta ini memperlihatkan bagian proses yang tidak produktif, seperti delay, penyimpanan sementara, dan untuk mengetahui panjang pendeknya jarak yang ditempuh suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama suatu proses atau prosedur berlangsung, serta memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan. Waktu biasanya dinyatakan dalam bentuk jam dan jarak perpindahan biasanya dinyatakan dalam meter.
6
(32)
1. Peta aliran proses tipe bahan
Peta aliran proses tipe bahan adalah suatu peta yang menggambarkan kejadian yang dialami bahan dalam suatu proses atau prosedur operasi. Contoh penggunaan peta ini misalnya menggambarkan aliran yang dialami bahan saat penerimaan, pengepakan dan pengiriman.
2. Peta aliran proses tipe orang
Peta aliran proses tipe orang pada umumnya merupakan peta yang menggambarkan suatu proses dalam bentuk aktivitas–aktivitas manusianya. Juga merupakan simbolis dan sistematis dari suatu metode kerja yang dijalani oleh seseorang atau sekelompok orang ketika pekerjaannya membutuhkan untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya.
3. Peta aliran proses tipe kertas
Pada peta ini yang digambarkan adalah aliran dari kertas yang menjalani sekumpulan urutan proses mengikuti suatu prosedur tertentu secara bertahap.
Kegunaan peta aliran proses adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari awal masuk dalam suatu proses sampai aktivitas terakhir.
2. Untuk memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses atau prosedur.
3. Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
(33)
5. Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
6. Sebagai alat untuk mempermudah proses analisis untuk mengetahui tempat-tempat di mana terjadi ketidakefisien dan ketidaksempurnaan.
Prinsip-prinsip pembuatan peta aliran proses adalah sebagai berikut:
1. Bagian paling atas (kepala) dari kertas ditulis judul diikuti identifikasi seperti: No/nama komponen yang dipetakan, no gambar, peta orang atau bahan, cara sekarang atau yang diusulkan, tanggal pembuatan, dan nama pembuat peta. Semua informasi ditulis pada bagian sebelah kanan atas kertas.
2. Disebelah kiri atas kertas, berdampingan dengan informasi awal, dicatat mengenai ringkasan yang memuat jumlah orang dan waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi serta jarak total perpindahan yang dialami bahan atau orang selama proses berlangsung.
3. Bagian badan diuraikan proses yang terjadi secara lengkap beserta lambang dan informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani, dan waktu yang dibutuhkan. Ditambah juga kolom analisis, catatan dan tindakan yang diambil berdasarkan analisis tersebut.
3.7. Break Even Point (BEP)7
Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tungkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan
7
(34)
dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya mampu berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.
Adapun Rumus untuk menentukan Break Even Point (BEP) secara umum sebagai berikut:
TR = TC
[Total Penerimaan] = [Total Biaya] (P)(NBEP) = (TFC)+(VC)(NBEP)
NBEP =
VC P
TFC
−
Dimana:
NBEP = Jumlah output titik pulang pokok
TFC = Total biaya tetap
P = Harga jual per unit produk VC = Biaya variabel per unit produk
Bila suatu kegiatan usaha, apapun bidang usaha hanya mengenal dua macam biaya yaitu:
a. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang selalu harus dikeluarkan tanpa memandang aktivitas produksi yang sedang dilaksanakan. Misalnya : Gaji personel, staf kantor, biaya rutin kantor, penyusutan dan lain-lain.
(35)
b. Biaya berubah (variabel cost) yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan produksi. Misalnya : pembelian bahan, sewa alat, upah buruh, bahan bakar dan lain-lain.
Titik pulang pokok (Break Even Point) merupakan suatu titik atau keadaan dimana perusahaan dalam operasionalnya tidak memperoleh laba dan juga tidak mengalami kerugian. Ada beberapa kesimpulan dalam Break Even Point:
1. Apabila TR > TC maka memperoleh laba 2. Apabila TR = TC maka terjadi break even point
3. Apabila TR < TC maka perusahaan mengalami kerugian
Ada 4 variabel yang digambarkan dalam 4 garis, yaitu variabel biaya tetap, biaya variabel, total biaya dan total penerimaan.
3.8. Kriteria Penilaian Investasi8
1. Payback Period (PP)
Setiap penilaian layak diberikan nilai yang standar untuk usaha yang sejenis dengan cara membandingkan dengan rata-rata industri atau target yang telah ditentukan.
Adapun kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha atau investasi adalah:
2. Average Rate of Return (ARR) 3. Net Present Value (NPV) 4. Internal Rate of Return (IRR)
8
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, Prenada Media, Jakarta, ed. 1, cet 1, Juli 2003. Halaman. 152-153.
(36)
5. Profitability Index (PI)
6. Serta berbagai rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Penggunaan rasio keuangan ini sebaiknya digunakan atas pemberian pinjaman kepada usaha yang sudah pernah berjalan sebelumnya atau sedang berjalan.
3.8.1. Payback Period (PP)
Metode payback period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek dan usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100 % menggunakan modal sendiri).
Payback period dapat dicari dengan dua cara yaitu: 1. Apabila cash flow dari proyek investasi sama setiap tahun.
Payback period = x 1 tahun
2. Apabila cash flow dari proyek investasi berbeda setiap tahun. Payback period = n + x 1 tahun
Dimana:
n = Tahun terakhir dimana cash flow masih belum bisa menutupi initial investment
a = Jumlah initial investment
b = Jumlah cumulative cash flow pada tahun ke-n c = Jumlah cumulative cash flow pada tahun ke- n +1
(37)
3.8.2. Average Rate of Return (ARR)
Average of Return (ARR) merupakan cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-rata laba sebelum pajak (EAT) dengan rata-rata investasi.
Rumus untuk menghitung ARR adalah sebagai berikut:
3.8.3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV Kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang dikenal dengan Net Present Value (NPV).
Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu diketahui berapa PV Kas bersih. PV Kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow perusahaan selama umur investasi tertentu.
Rumusan yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah sebagai berikut:
(38)
NPV positif, maka investasi diterima, dan jika NPV negatif, sebaliknya investasi ditolak.
3.8.4. Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Rumus yang digunakan untuk mencari IRR adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
P1 = Tingkat bunga 1 P2 = Tingkat bunga 2 C1 = NPV 1
C2 = NPV 2 Kesimpulan:
Jika IRR lebih besar (>) dari bunga pinjaman maka diterima Jika IR lebih kecil (<) dari bung pinjaman maka ditolak
3.8.5. Profitability Index (PI)
Profitability Index (PI) atau benefit and cost ratio (B/C Ratio) merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.
(39)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Multimas Nabati Asahan. Pabrik ini berlokasi di Dusun IV, Desa kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara. Penelitian dilakukan Agustus 2015 hingga Oktober 2015.
4.2. Rancangan Penelitiaan
Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif (descriptive research). Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Penelitian deskriptif ini juga berbentuk action research yaitu dengan menggunakan metode perbaikan yang mampu diaplikasikan pada perusahaan.
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah limbah yang diproduksi oleh PT.Multimas Nabati Asahan dimana penelitian dilakukan di bagian pabrik kelapa sawit.
4.4. Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel dependen (variabel tergantung, akibat, terpengaruh)
(40)
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel lain. Adapun variabel dependen yang diperlukan adalah:
a. Green Productivity
Variabel ini menunjukkan bagaimana pengolahan limbah yang dilakukan oleh perusahaan.
b. Produktivitas
Variabel ini menunjukkan tingkat produktivitas perusahaan semakin meningkat.
2. Variabel Independen (veriabel bebas, sebab mempengaruhi)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi nilai variabel dependen. Adapun variabel independen antara lain:
a. Kematangan Buah (TBS)
Variabel ini menunjukkan tingkat kemasakan buah kelapa sawit b. Proses Produksi
Variabel ini menunjukkan urutan pengerjaan berdasarkan SOP diperusahaan.
c. Karakteristik Mesin
Variabel ini menunjukkan bagaimana kinerja mesin selama beroperasi. d. Tenaga Kerja
Variabel ini menunjukkan tingkat keahlian operator dalam mengoperasikan selama proses produksi berlangsung.
(41)
4.5. Kerangka Konseptual
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan melakukan wawancara tentang proses produksi dan pengolahan terhadap pihak perusahaan. Adapun untuk mengetahui produktivitas adalah dengan menganalisa semua variabel dengan pendekatan green productivity. Adapun kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1.
Peningkatan Produktivitas Limbah
Padat Kematangan
Buah (TBS)
Green Productivity
Produktivitas Proses
Produksi Karakteristik
Mesin Tenaga Kerja
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual
4.6. Prosedur Penelitian
(42)
Studi Pendahuluan
(melakukan pengamatan langsung ke perusahaan)
Identifikasi Masalah
(banyaknya limbah yang dihasilkan dalam proses produksi)
Perumusan Masalah
(menurunkan dampak limbah serta meningkatkan produktivitas perusahaan)
Studi Literatur
(mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan green productivity)
Pengumpulan Data
-Data wawancara -Data Proses Produksi
-Sejarah Perusahaan
-Struktur organisasi dan Manajemen perusahaan
-Data Jumlah input dan output -Data Material Balance -Data Mesin-Mesin
Data Primer Data Sekunder
-Perhitungan Produktivitas -Perhitungan Material Balance -Perhitungan Jumlah Limbah -Penyusunan Alternatif -Pemilihan Alternatif
Pengolahan Data
-Tingkat Produktivitas
-Solusi yang dipilih Berdasarkan Alternatif
Analisis dan Evaluasi
Kesimpulan dan Saran
(43)
4.7. Pengumpulan Data
Sumber-sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan secara langsung atau data yang diperoleh melalui proses pengukuran dengan bantuan suatu instrumen. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data proses produksi.
2. Data sekunder
Data sekunder bersumber dari dokumen perusahaan yang dapat diperoleh dari pihak manajemen. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Sejarah perusahaan
b. Struktur organisasi dan manajemen perusahaan c. Data jumlah output dan input perusahaan d. Data jumlah limbah perusahaan
e. Data material balance
f. Data mesin mesin untuk alternatif
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Interview
Metode pengumpulan data interview dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dan sistematik kepada beberapa pihak diantaranya: pimpinan perusahaan, kepala bagian produksi, kepala bagian pengolahan limbah dan para karyawan di PKS PT. Multimas.
(44)
2. Metode Observasi
Metode pengumpulan data observasi dilakukan secara langsung pada objek yang diteliti dengan mencari informasi secara lebih mendalam mengenai proses produksi dan proses pengolahan limbah, dimana tool yang digunakan dalam tahap ini adalah Block Diagram Process dan Material Balance. Selain itu data-data yang dikumpulkan pada tahap ini meliputi data-data input-output produksi, data-data keseimbangan material, dan data-data yang berkaitan dengan pengolahan limbah.
4.8. Pengolahan Data
Tahapan- tahapan pengolahan data penerapan green productivity dilakukan dengan tiga konsep utama, yaitu:
1. Getting Started
Pada tahap ini harus sudah menentukan block diagram process dan material balance sehingga diketahui operasi-operasi yang menghasilkan limbah termasuk estimasi atau perkiraan mengenai jumlah limbah yang dihasilkan. Perhitungan produktivitas awal dilakukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengestimasian alternatif solusi yang akan diperoleh untuk mengetahui apakah produktivitas mengalami peningkatan atau sebaliknya.
2. Planning
Pada tahap planning dibagi lagi menjadi dua langkah yaitu: mengidentifikasi masalah dan penyebabnya dan menentukan tujuan dan target.
(45)
2.1. Mengidentifikasi Masalah dan Penyebabnya
Langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah adalah mencari informasi mengenai pengolahan sawit serta penanganan limbah terhadap lingkungan dengan menganalis menggunakan diagram ishikawa.
2.2. Menentukan Tujuan dan Target
Tujuan dan target yang ingin dicapai adalah mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh limbah terhadap lingkungan dengan membuat alternatif-alternaif solusi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. 3. Generation and Evaluation of GP Option
Langkah ini mencakup pengembangan alternatif solusi untuk mempertemukan tujuan serta target yang telah dirumuskan di langkah sebelumnya. Hal ini mencakup sudut pandang terhadap pencegahan polusi dan prosedur kontrol yang telah direncanakan berdasarkan alternatif-altenatif solusi yang direncanakan mampu meningkatkan produktivitas perusahaan
4.9. Analisis Pemecahan Masalah
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya, dimana pada tahap ini memberikan pembahasan atau analisis yang lebih mendalam mengenai tingkat produktivitas perusahaan. Analisis pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan Green Productivity kemudian membuat flow process diagram, material balance serta menganalisis dengan menggunakan cause and effect diagram.
(46)
4.10. Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini dilakukan pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan kemudian dibuat saran-saran yang bertujuan untuk membuat perbaikan yang tepat untuk mereduksi limbah yang terjadi sebagai upaya peningkatan produktivitas PT. Multimas Nabati Asahan
(47)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data 5.1.1. Input
Input yang digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas terdiri dari, biaya material, biaya tenaga kerja, biaya energi dan biaya maintenance (pemeliharaan mesin dan instalasi).
5.1.1.1. Biaya Material
Biaya material pabrik kelapa sawit adalah biaya bahan bahan baku, biaya ongkos kirim bahan baku dan biaya CaCo3. Biaya material Biaya material yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Biaya Material PT. Multimas Nabati Asahan Periode Biaya (Rp)
Agustus 2014 9.272.162.380
September 2014 5.790.379.000
Oktober 2014 4.177.923.720
November 2014 3.349.567.150
Desember 2014 3.741.886.080
Januari 2015 7.829.998.900
Februari 2015 7.685.087.700
Maret 2015 3.864.418.200
April 2015 7.652.214.300
Mei 2015 6.536.683.320
Juni 2015 5.514.859.680
Juli 2015 8.518.348.800
(48)
5.1.1.2. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Biaya Tenaga Kerja PT. Multimas Nabati Asahan Periode Biaya (Rp)
Agustus 2014 647.531.322
September 2014 551.720.554
Oktober 2014 600.773.327
November 2014 622.125.791
Desember 2014 584.268.510
Januari 2015 524.351.214
Februari 2015 567.745.654
Maret 2015 578.013.387
April 2015 647.384.973
Mei 2015 584.115.370
Juni 2015 712.904.689
Juli 2015 549.745.614
Rata- rata Biaya Tenaga Kerja 597.556.700
5.1.1.3. Biaya Energi
Biaya energi pabrik kelapa sawit adalah biaya listrik, biaya genset, biaya air dan biaya steam. Biaya energi yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Biaya Energi PT. Multimas Nabati Asahan Periode Biaya (Rp)
Agustus 2014 102.511.095
September 2014 135.453.610
Oktober 2014 81.794.552
November 2014 88.507.210
Desember 2014 92.834.640
Januari 2015 94.434.633
Februari 2015 75.634.920
(49)
Tabel 5.3. Biaya Energi PT. Multimas Nabati Asahan (Lanjutan) Periode Biaya (Rp)
April 2015 137.168.382
Mei 2015 91.306.008
Juni 2015 115.718.031
Juli 2015 110.197.820
Rata- rata Biaya Energi 99.147.217
5.1.1.4. Biaya Maintanance (Pemeliharaan Mesin dan Instalasi)
Biaya maintanance yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Biaya Maintanance PT. Multimas Nabati Asahan Periode Biaya (Rp)
Agustus 2014 496.419.070
September 2014 663.464.080
Oktober 2014 327.317.522
November 2014 346.593.295
Desember 2014 102.876.769
Januari 2015 290.327.910
Februari 2015 129.464.712
Maret 2015 147.540.220
April 2015 375.206.115
Mei 2015 370.084.230
Juni 2015 99.576.488
Juli 2015 347.535.024
Rata- rata Biaya Maintanance 308.033.786
5.1.1.5. Biaya Total
Biaya total merupakan penjumlahan dari seluruh biaya material, biaya tenaga kerja, biaya energi dan biaya maintenance di PKS PT. Multimas Nabati Asahan dalam pelaksanaan proses produksi pada periode Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.5.
(50)
Tabel 5.5. Biaya Total PT. Multimas Nabati Asahan Periode Biaya (Rp)
Agustus 2014 10.518.623.867
September 2014 7.141.017.244
Oktober 2014 5.187.809.121
November 2014 4.406.793.446
Desember 2014 4.521.865.999
Januari 2015 8.739.112.657
Februari 2015 8.457.932.986
Maret 2015 4.670.652.790
April 2015 8.811.973.770
Mei 2015 7.582.188.928
Juni 2015 6.443.058.888
Juli 2015 9.525.827.258
Rata- rata Biaya Total 7.167.238.080
5.1.2. Output
Output dari PKS PT. Multimas Nabati Asahan adalah minyak CPO dan inti sawit. Jumlah Output yang dihasilkan selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Output PT. Multimas Nabati Asahan
Periode Minyak CPO (MT) Inti Sawit (MT)
Agustus 2014 7.281 2.219
September 2014 5.151 1.497
Oktober 2014 5.143 1.485
November 2014 4.539 1.309
Desember 2014 4.090 1.273
Januari 2015 2.597 788
Februari 2015 3.078 956
Maret 2015 3.787 1.150
(51)
Tabel 5.6. Output PT. Multimas Nabati Asahan (Lanjutan) Periode Minyak CPO (MT) Inti Sawit (MT)
Mei 2015 4.339 1.253
Juni 2015 4.612 1.390
Juli 2015 6.163 1.756
Harga rata-rata penjualan minyak dan inti sawit yang dihasilkan selama Agustus 2014 sampai Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Harga Rata-rata Minyak dan Inti Sawit PT. Multimas Nabati Asahan
Periode Minyak CPO (Rp) Inti Sawit (Rp)
Agustus 2014 7.297,40 3.627,70
September 2014 7.504,50 3.366,80
Oktober 2014 7.794,81 3.880,96
November 2014 7.571,40 4.122,30
Desember 2014 7.670,03 3.460,70
Januari 2015 7.935,67 4.969,99
Februari 2015 7.873,82 5.547,83
Maret 2015 7.761,67 5.537,85
April 2015 8.634,00 5.715,00
Mei 2015 8.393,93 5.499,00
Juni 2015 8.232,50 5.591,00
Juli 2015 8.422,40 5.102,30
Jumlah output total adalah jumlah penjualan minyak sawit dan inti sawit yang diterima perusahaan selama periode Agustus 2014 sampai Juli 2015 yaitu dengan mengalikan jumlah produksi minyak dan inti sawit dengan harga per kilogram.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai penjualan adalah:
Penjualan = (Jumlah produksi minyak sawit setiap bulan x harga jual minyak CPO perkilogram) + (Jumlah produksi inti sawit bulan penelitian x harga jual inti sawit perkilogram)
(52)
Sebagai contoh perhitungan penjualan untuk bulan Agustus 2014.
Penjualan = (7.281.000 Kg x Rp. 7.297,40/Kg + 2.219.000 Kg x Rp. 3.627,70/Kg) = Rp. 61.182.235.700
dengan cara yang sama maka akan diperoleh output total untuk bulan selanjutnya, Output total dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Output PT. Multimas Nabati Asahan Periode Output
Agustus 2014 61.182.235.700 September 2014 43.695.779.100 Oktober 2014 45.851.933.430 November 2014 39.762.675.300 Desember 2014 35.775.893.800 Januari 2015 24.525.287.110 Februari 2015 29.539.343.440
Maret 2015 35.761.971.790
April 2015 49.154.760.000
Mei 2015 43.311.509.270
Juni 2015 45.739.780.000
Juli 2015 60.866.890.000
Rata-Rata 42.930.671.580
5.1.3. Limbah Produksi Pabrik Kelapa Sawit
Limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit PT. Multimas Nabati Asahan adalah:
1. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit PT. Multimas Nabati Asahan berupa fiber, cangkang, dan tandan kosong. Fiber dan cangkang dimanfaatkan sebagai bahan bakar Boiler, sedangkan tandan kosong belum digunakan dan sebagian dari tandan kosong hanya dibeberikan kepada masyarakat secara gratis untuk makanan ternak.
(53)
2. Limbah cair
Sumber-sumber limbah cair pada PKS PT. Multimas Nabati Asahan adalah berasal dari stasiun sterilizer, stasiun klarifikasi, stasiun kernel. Sistem Pengolahan Limbah Cair yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit PT. Multimas Nabati Asahan adalah sistem Ponding (kolam anaerobic dan aerobic) yang dihasilkan dari sirkulasi pada kolam limbah tersebut yang dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan gas metan.
3. Limbah Gas
Limbah gas berasal dari ketel uap, hasil dari ketel uap berupa gas bercampur abu yang terhembus melalui corong asap. Untuk mengendalikan limbah abu yang terikut asap pembuangan maka digunakan alat “Duat Coller” yang berfungsi menangkap/menyaring abu dan partikel-partikel kecil yang terbawa asap sebelum keluar dari corong asap.
Jumlah limbah padat dan limbah cair dari proses produksi kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5.9.
(54)
Tabel 5.9. Jumlah Limbah Padat dan Limbah Cair PKS PT Multimas Nabati Asahan
Periode Jumlah Limbah Padat (MT)
Jumlah Limbah Cair (MT)
Agustus 2014 8.900,77 386,99
September 2014 6.237,37 271,19
Oktober 2014 6.094,77 264,99
November 2014 5.400,86 234,82
Desember 2014 4.924,76 214,12
Januari 2015 3.176,53 138,11
Februari 2015 3746,7 162,9
Maret 2015 4.621,62 200,94
April 2015 5.838,55 253,85
Mei 2015 5.272,52 229,24
Juni 2015 5.816,24 252,88
Juli 2015 7.477,76 325,12
Rata-rata 5625,704 244,5958
5.2. Pengolahan Data
Setelah data telah dikumpulkan maka dilakukan pengolahan data untuk menghitung material balance, tingkat produktivitas perusahaan, identifikasi permasalah dan penyebabnya, dan mencari solusi pemecahan masalah.
5.2.1. Getting Started
Pada tahap ini harus sudah menentukan block diagram process dan material balance sehingga diketahui operasi-operasi yang menghasilkan limbah termasuk estimasi atau perkiraan mengenai jumlah limbah yang dihasilkan. Perhitungan produktivitas awal dilakukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengestimasian alternatif solusi yang akan diperoleh untuk mengetahui apakah produktivitas mengalami peningkatan atau sebaliknya.
Proses produksi yang dilakukan di PKS PT. Multimas Nabati Asahan untuk menghasilkan minyak sawit (CPO) dan inti sawit dari bahan baku TBS dapat
(55)
dilihat pada Block Diagram Process Pengolahan Kelapa Sawit di PKS PT. Multimas Nabati Asahan Gambar 5.1.
(56)
Penimbangan
Sortasi TBS
Pengisian Lori
Perebusan / Sterilizer
Pembantingan/ Threseher
Pelumatan/Digester
Pengepresan/Screw Press
Tandan Kosong
Penyaringan Minyak Kasar
Pengendapan Lumpur
Pemisahan Minyak dari sludge
Lumpur
Pemisahan Mekanis
Minyak Lumpur Pekat Solid
Hot weel Tank
Pemurnian Minyak Lumpur Limbah Minyak Minyak Fat-pit Minyak Kasar CPO Pengeringan Pemisahan Ampas/Fiber Biji Ampas Boiler Pemanasan Silo Pemecahan Pemisahan Pemecahan inti Cangkang Pengeringan Boiler Inti kering/Masak Loading Ramp
Gambar 5.1. Block Diagram Process Pengolahan Sawit di PKS Multimas Nabati Asahan
(57)
5.2.1.1. Material balance
Material balance adalah menyeimbangan laju alir dari suatu produksi atau jumlah output seimbang dengan jumlah input. Gambar 5.2 adalah aliran material dalam pengolahan minyak sawit CPO dan pengolahan inti sawit.
STERILIZER
Moisture Sterilised bunches
THERESER
Emty bunch
Sheredded
Emty bunch press Moist. Bunch press Fruits
Degester & Pressing
Press Cake
Depericarper
Nut silo Fiber
Ripple Mill
LTDS
Claybath
Wet Kernel Shell Cangkang
Dry Kernel
Washing Bahan Bakar Boiler Crude Oil Gutter
Cont. settling Tank
Decanter Oil Tank
Purifier
Vacum Dryer
Storage Tank CPO
Solid Sludge Fit
Fat Fit
Final Effluent
1000 Kg FFB
15 % 150 Kg 85 % 850 Kg 22,5 % 225 Kg 2,87 % 28,7 Kg 10,52 % 105,2 Kg 62 % 620 Kg 27 % 270 Kg 14,20 %
142 Kg 12,80 %128 Kg
1,93% 19,3 Kg 6,67 % 66,7 Kg 5,6 % 56 Kg 35 % 350Kg 56,5 % 560 Kg 37,69 % 376,9 Kg
Hot water dilution 21,5 % 210,5 Kg 34,19 % 341,9 Kg 3,5% 35 Kg 18,81% 188,1 Kg 60,00 % 600 Kg
7,94% = 74,9 Kg Washing to final
Effluent
Gambar 5.2. Material Balance Pengolahan Sawit di PKS Multimas Nabati Asahan
(58)
Dapat dilihat bahwa material balance diatas menunjukkan kesimbangan antara output dan input dalam setiap proses. Dari material balance diatas dapat dilihat limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan dalam setiap produksinya. Maka limbah yang dihasilkan selama satu tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Grafik jumlah Limbah
5.2.1.2.Perhitungan Produktivitas
Produktivitas didapat dari perbandingan antara output dengan input. Untuk menghitung produktivitas maka digunakan rumus sebagai berikut:
Produktivitas =
Sehinggga, untuk mengitung produktivitas total perusahaan pada bulan Agustus 2014 dilakukan sebagai berikut:
Produktivitas total Agustus 2014 = = 5,82
Selanjutnya dilakukan perhitungan produktivitas total perusahaan selama satu tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.10.
(59)
Tabel 5.10. Produktivitas Total PT. Multimas Nabati Asahan Periode Jumlah Output
Total
Jumlah Input Total
Produktivitas Total
Agustus 2014 61.182.235,70 10.518.623.867 5,82 September
2014 43.695.779,10 7.141.017.244 6,12 Oktober 2014 45.851.933,43 5.187.809.121 8,84 November
2014 24.525.287,11 4.406.793.446 5,57 Desember 2014 35.775.893,80 4.521.865.999 7,91 Januari 2015 29.539.343,44 8.739.112.657 3,38 Februari 2015 39.762.675,30 8.457.932.986 4,7 Maret 2015 35.761.971,79 4.670.652.790 7,66 April 2015 49.154.760,00 8.811.973.770 5,58 Mei 2015 43.311.509,27 7.582.188.928 5,71 Juni 2015 45.739.780,00 6.443.058.888 7,10 Juli 2015 60.866.890,00 9.525.827.258 6,39
Rata-rata 42.930.671.580 7.165.865.138 5,99
Tingkat produktivitas total perusahaan ini dapat diGambarkan dalam Gambar 5.4.
Gambar 5.4. Tingkat Produktivitas Total Di PKS Multimas Nabati Asahan Agustus 2014 Sampai Juli 2015
Dari hasil perhitungan produktivitas diatas dapat dilihat bahwa produktivitas total PT. Multimas Nabati Asahan mengalami penurunan produktivitas dibulan Januari 2014 dan Juni 2015. Tingkat produktivitas sangat besar dipengaruhi oleh bahan baku.
(60)
5.2.2. Planning
Pada tahap planning dibagi lagi menjadi dua langkah yaitu: mengidentifikasi masalah dan penyebabnya dan menentukan tujuan dan target.
5.2.2.1. Identifikasi Masalah dan Penyebabnya
Langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah adalah mencari informasi mengenai pengolahan sawit serta penanganan limbah terhadap lingkungan dengan menganalis menggunakan diagram ishikawa. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilkakukan didapat bahwa penanganan yang dilakukan terhadap limbah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengendalikan limbah gas digunakan alat “Duat Coller” yang berfungsi menangkap/menyaring abu dan partikel-partikel kecil yang terbawa asap sebelum keluar dari corong asap, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
2. Penanganan yang dilakukan untuk tandan kosong kelapa sawit adalah dengan mengumpulkannya diarea pabrik dan memberikannya kepada masyarakat setempat untuk makanan ternaknya secara gratis
3. Penanganan yang dilakukan terhadap limbah cair adalah dengan melakukan perlakuan (treatment) dengan pembuatan kolam penampungan. Setelah ambang batas yang ditetapkan dicapai maka limbah ini akan dikembalikan ke alam.
Untuk mencari akar permasalahan digunakan diagram ishikawa. Hasil analisis diagram ishikawa diperoleh berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dilapangan. Diagram ishikawa dapat dilihat pada Gambar 5.5.
(61)
Lingkungan kerja Metode kerja Bahan Baku
Manusia Peralatan
Penumpukan limbah diarea pabrik
Menimbulkan bau
Tidak Adanya Planning mengenai limbah
Limbah Kurang dimanfaatkan
Kurang teliti dalam melakukan pemeriksaan
Kualitas tidak memenuhi kebututuhan
Mesin sudah tua Mesin tidak beroperasi
dengan baik Kurang keahlian dalam
melakukan pengeksekusiannya
Kurang teliti
PENCEMARAN LINGKUNGAN
Gambar 5.5. Diagram Ishikawa Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan Gambar diatas, limbah tandan kosong yang diperoleh dari pengolahan minyak perlu diambil tindakan untuk mengatasi permasalah dampak negatif limbah terhadap lingkungan. Penanganan limbah merupakan masalah serius yang harus dipertimbangkan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan dampak negatif bagi masyarakat sekitar.
5.2.2.2. Menentukan Tujuan dan Target
Tujuan dan target yang ingin dicapai adalah mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh limbah terhadap lingkungan dengan membuat alternatif-alternaif solusi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.
5.2.3. Generation and Evaluation of GP Option
Langkah ini mencakup pengembangan alternatif solusi untuk mempertemukan tujuan serta target yang telah dirumuskan di langkah sebelumnya. Hal ini mencakup sudut pandang terhadap pencegahan polusi dan
(62)
prosedur kontrol yang telah direncanakan berdasarkan alternatif-altenatif solusi yang direncanakan mampu meningkatkan produktivitas perusahaan.
5.2.3.1. Usulan Alternatif Solusi
1. Berdasarkan hierarki pencegahan terhadap pencemaran, menurut urutan reduce, reuse, dan recycle, maka pengurangan (reduce) dilakukan dengan menggunakan tandan kosong sawit sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) sehingga tandan kosong yang dihasilkan dari pengolahan minyak sawit dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Dengan demikian, maka diusulkan alternatif 1 untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.
2. Berdasarkan hirarki tersebut, maka untuk menggunakan reuse dan recycle masih memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu, limbah tandan kosong dapat diolah menjadi pupuk kompos karena dengan didirikannya pengolahan limbah PKS menjadi kompos ini maka akan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan limbah atau mungkin akan dapat dihilangkan diusulkan sebagai alternatif 2.
5.2.3.1.1. Alternatif 1
Tandan kosong yang diperoleh dari hasil produksi kelapa sawit dapat diolah menjadi bahan bakar untuk Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS). Untuk melakukan pengolahannya perlu mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut:
(63)
1. Aspek Pasar
Lahan perkebunan di Sumatera Utara sangat luas, dimana sebagian besar perkebunan ditanami pohon sawit. Potensi ini mendukung untuk membangun sumber energi terbarukan. Sumatera Utara adalah Propinsi yang mempunyai penduduk dan industri yang banyak sehingga memerlukan energi listrik untuk kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pembangkit listrik terbarukan ini maka dapat memberikan manfaat social dan ekonomi.
2. Aspek Teknik
Untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) diperlukan beberapa mesin dan peralatan sebagai berikut:
a. Unit Persiapan Bahan Bakar
Unit ini terdiri dari mesin press tandan kosong dan shredder serta bangunan penyimpanan bahan bakar tandan kosong. Pada unit ini, tandan kosong dicabik dan dipress sehingga kadar air bahan bakar tandan kosong berkurang menjadi kurang dari 48% sebelum dimasukkan ke dalam boiler. b. Unit Pembangkit Uap ( Boiler)
Boiler berfungsi untuk mengubah air menjadi uap panas bertekanan tinggi yang kemudian dipergunakan untuk memutar sudut turbin yang terintegrasi dengan generator listrik untuk membangkitkan tenaga listrik. c. Unit Produksi tenaga Gerak (Turbin Uap)
Steam turbine dirancang untuk mengekstrak energi dari fluida kerja (uap air) dan mengunakan fluida ini untuk melakukan kerja dalam bentuk
(64)
putaran poros turbin. Kerja poros ini kemudian dikonversi menjadi energi listrik oleh generator.
d. Unit Produksi Tenaga Listrik (Generator)
Generator Model and type AC generator dirancang untuk mengkonversi kerja putaran poros turbin menjadi energi listrik.
e. Unit Pengolahan Air Umpan Boiler
Unit pengolahan air terdiri dari tanki klarifikasi air untuk menjernihkan air mentah, system Reverse Osmosis (RO) dan tanki simpan air. Air baku masuk dari kolam pengumpulan air. Air baku pada awalnya diklarifikasi dan diolah sebelum dimasukkan ke dalam boiler.
f. Kondenser dan Sistem Air Sirkulasi
Tujuan utama dari kondenser dan sistem air sirkulasi adalah untuk mengambil panas penguapan (latent heat) dari uap air yang keluar dari pengeluaran paling akhir dari steam turbine, dan untuk mentransfer latent heat ke air sirkulasi yang merupakan media untuk menghilangkan panas ini ke atmosfer. Tujuan kedua dari kondenser dan sistem sirkulasi air adalah untuk menarik kembali kondensat hasil dari perubahan fase dalam uap keluar turbin dan untuk mensirkulasikannya sebagai fluida kerja dalam siklus. Peralatan yang dibutuhkan untuk suatu sistem tergantung pada jenis sistem yang digunakan. Ada dua jenis kondenser, yaitu kontak permukaan (surface contact) dan kontak langsung (direct contact).
(65)
g. Unit Pendingin (Cooling Tower)
Sistem air pendingin terdiri dari cooling tower, pompa cooling tower, instrumentasi dan peralatan chemical dosing. Peran utama peralatan menara pendingin adalah membuang panas air yang digunakan untuk mendinginkan uap air yang keluar dari turbin ke udara bebas. Pola pembuangan panas terjadi melalui proses penguapan alami yang berlangsung ketika terjadi kontak langsung antara air dan udara pada menara pendingin. Penguapan akan menjadi sangat efisien jika luas permukaan air berpeluang pada kondisi yang sangat maksimum dikembangkan (dibuka) melalui arus udara yang besar dengan periode waktu yang lama. Pada umumnya sistem distribusi menara pendingin air - udara dirancang dengan berfokus pada pemakaian yang tepat dan efisien. Kinerja menara pendingin akan terkait dengan jumlah udara yang mengalir melalui menara dan terjadinya kontak langsung dengan air.
5.2.3.1.2. Alternatif 2
Pada alternatif 2 dilakukan pengolahan limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi pupuk kompos. Untuk pembuatan pupuk kompos tersebut perlu mempertimbangkan aspek-aspek antara lain:
1. Aspek Pasar
Sumatera Utara memiliki perkebunan yang sangat luas, sehingga membutuhkan pupuk untuk menjaga tanaman tumbuh dengan baik dan tidak
(66)
merusak unsur tanah. Produksi kompos di perusahaan dipergunakan untuk perkebunan masyarakat yang memiliki sistem kontrak.
2. Aspek Teknik
Aspek teknik dari pembuatan kompos adalah sebagai berikut: a. Lokasi
Lokasi pengolahan kompos dilakukan didekat lingkungan pabrik yang bertujuan untuk memudahkan pengaliran limbah kelapa sawit. Lahan yang diperlukan untuk pengolahan kompos diasumsikan seluas 60.000 m2.
b. Proses Pengolahan Limbah Kelapa Sawit
Proses pengolahan limbah kelapa sawit menjadi pupuk kompos adalah sebagai berikut:
i. Pencacahan Tandan Kosong
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah ukuran bahan, makin luas permukaan bahan akan semakin cepat proses fermentasi. Pencacahan dilakukan menggunakan mesin pencacah. Pada mesin pencacah ini, tandan kosong dicacah sampai ukuran diameter ± 5 cm.
ii. Fermentasi
Tahap selanjutnya adalah fermentasi. Lama fermentasi ini adalah 8 minggu. Selama proses fermentasi berlangsung dilakukan pembalikan bahan satu kali seminggu dan disiram dengan limbah cair PKS sampai kadar air lebih dari 60%.
(67)
iii. Pengeringan
Kompos hasil fermentasi tandan kosong yang masih basah dijemur di panas matahari sampai kadar air 50%. Pada saat pengeringan ini dilakukan pembalikan tumpukan kompos tiga sampai lima kali seminggu untuk mempercepat pengeringan. Jumlah kompos yang dihasilkan setelah dikeringkan 50% dari tandan kosong.
c. Sarana dan Peralatan
Sarana dan peralatan yang dibutuhkan untuk proses pengolahan kompos antara lain:
i. Pelataran Kompos
Tandan kosong yang sudah dirajang akan dikomposkan di pelataran ini, dengan membentuk barisan dengan panjang 100 meter. menjadi pupuk kompos didirikan seluas 60.000 m2 dengan panjang 600 meter dan lebar 100 meter.
ii. Mesin Pencacah
Mesin ini digunakan untuk mencacah tandan kosong. Kapasitas mesin 14 ton TKS per jam. Penggerak mesin ini adalah elektromotor dengan daya 60 kW.
iii. Mesin Pembalik
Mesin ini digunakan untuk membalikkan kompos pada saat fermentasi dan pengeringan.
(68)
iv. Pipa
Pipa digunakan untuk mensuplay limbah cair dari kolam penampungan limbah ke tempat yang strategis di areal pengomposan, pipa yang digunakan diameter 5 inchi dengan panjang pipa yang dibutuhkan 750 meter.
v. Pompa
Pompa digunakan untuk memompa limbah cair dari kolam penampungan limbah ke tumpukan kompos.
vi. Rubber House
Digunakan untuk menyiram air limbah dari keran ke tumpukan bahan kompos. Kebutuhan selang adalah 4 x 100 meter.
vii. Instalasi Listrik untuk Penerangan Lampu Jalan
Digunakan untuk menerangi areal pengomposan pada waktu malam. Jarak antar lampu jalan sekitar 50 meter di sisi lahan pengomposan sehingga kebutuhan lampu jalan sebanyak 15 titik dengan tiap titiknya mempunyai daya 400 W.
5.2.3.2. Memilih Alternatif Solusi 5.2.3.2.1. Kondisi Sekarang
Kondisi sekarang digunakan untuk melakukan pembandingan perhitungan produktivitas dengan usulan alternatif penyelesaian masalah yang direncanakan sesuai dengan pendekatan green productivity. Rata-rata input dan output perusahaan selama Agustus 2014- Juli 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.11.
(69)
Tabel 5.11. Rata- Rata Input dan Output PT. Multimas Nabati Asahan
Output (Rp)
Penjualan Minyak dan Inti sawit 42.930.671.580
Input (Rp)
Input Material 6.161.127.435
Input Tenaga Kerja 597.556.700
Input Energi 99.147.217
Input Maintanance 308.033.786
Waste(tandan kosong + limbah cair) 5.870.2998
Perhitungan Green Productivity Ratio untuk bahan baku, material, tenaga kerja, energi, dan maintenance dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini:
GPRmaterial = GPRtenaga kerja = GPRenergi = GPRmaintanance = GPRwaste =
Tabel 5.12. Hasil Perhitungan Green Productivity Ratio (GPR) PT. Multimas Nabati Asahan
Input (GPR)
Input Material 6,97
Input Tenaga Kerja 61,544
Input Energi 432,999
Input Maintanance 139,370
Waste(tandan kosong + limbah cair) 0,145
5.2.3.2.2. Alternatif 1
(70)
1. Data biaya investasi awal
Rincian investasi awal terdiri dari pengadaan lahan PLTBS dan keperluan mesin, peralatan dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Pengadaan lahan PLTBS = Luas areal x Harga satuan = 60.000 m2 x Rp.2.000,00/m2
= Rp. 120.000.000,00
pada Tabel 13 akan diuraikan rincian untuk mesin dan peralatan.
Tabel 5.13. Rincian Biaya Investasi Awal PLTBS
Uraian Biaya (Rp)
Hopper bahan bakar 3100 m3 dan
platform 1.500.000.000
Mesin pencacah (chipper) kap 14 t
tankos/jam + instalasi (1 unit) 700.000.000 Screw press kapasitas 15 t/jam +
instalasi (1 unit) 800.000.000
Feed water tank (kap 120 m3) 500.000.000 Anion-kation exchanger +Instalasi pipa 500.000.000 Deaerator tank + instalasi 500.000.000 Turbin uap kapasitas 6000 kW +
cooling tower (1 unit) 22.000.000.000 Boiler pipa air kapasitas 35 t/jam (cw
pre heater) 10.200.000.000
Empty Bunch Conveyor (150 m) +
instalasi 1.500.000.000
Skid loader 800.000.000
Panel Induk 1.000.000.000
Genset 350 kVA (1 unit) 500.000.000 Jaringan tegangan menengah 0,5 km 600.000.000 Transformator 8 MVA c/w Accessories 700.000.000
Gardu distribusi 200.000.000
Monitor kontrol otomatis 200.000.000
Sediment bak 10m3 500.000.000
Sub Total 42.700.000.000
2. Biaya Operasional dan Maintanance
(71)
Tabel 5.14. Biaya Operasional dan Maintanance
Uraian Biaya (Rp.)
Gaji 27 karyawan/bulan @ Rp 2.075.000 x 12 bulan
672.300.000 Lain-lain (bensin, solar, oli, dll) 189.000.000 Biaya perawatan 10% x
42.700.000.000
4.270.000.000 Air untuk umpan boiler, cooling
tower dan zat kimia
300.000.000
Total 5.421.300.000
3. Proyeksi Pemasukan
Biaya pemasukan dari proyek pembangkit listrik tenaga biomassa sawit ini antara lain:
a. Untuk mengurangi kadar air tandan kosong sebelumnya dilakukan pengepresan. Cairan yang keluar dari hasil pengepresan mengandung minyak sekitar 0,2% dari tandan buah segar atau 1% dari berat tandan kosong. Minyak perasan dari tandan kosong ini kembali diolah menjadi CPO. Kapasitas pabrik 486.200 ton TBS per tahun dihasilkan pengutipan minyak seperti yang diuraikan dibawah ini:
Minyak hasil pengutipan = 0,2% x Kapasitas olah TBS per tahun = 0,2% x 486.200
= 972 ton/tahun
Dengan harga jual CPO Rp 7.924,344 per kg, didapat hasil pengutipan minyak sebesar Rp 7.702.463.000 per tahun dan merupakan sumber pemasukan bagi perusahaan.
b. Pendapatan PLTBS dengan menjual 80% listrik kepada PLN dengan ketentuan harga jual Rp 996,4 per KWh/jam, jumlah jam operasi 4.576
(72)
jam, daya yang dihasilkan 2,25 MWh/jam, maka jumlah pendapatan dapat dihitung dengan persamaan:
Pendapatan = 80% x Daya per tahun x harga jual
= 80% x 2,25 MWh/jam x 4.576 jam/tahun x 996,4 / KWh = Rp. 8.207.247.520/tahun
4. Perhitungan Green Productivity Ratio untuk alternatif 1.
Perhitungan Green Productivity Ratio untuk material, tenaga kerja, energi, dan maintanance dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu jumlah setiap faktor pada alternatif 1, yaitu:
a) Output
Apabila alternatif 1 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah output perusahaan.
Output = rata-rata output total Agustus 2014-Juli 2015 + pendapatan PLTBS
= Rp. 42.930.671.580 + Rp 683.937.293 = Rp. 43.614.608.873
b) Input material
Jika alternatif 1 diterapkan, diprediksikan input material tidak akan mempengaruhi jumlahnya.
Input material = Rp. 406.059.590 c) Input Tenaga Kerja
Jika alternatif 1 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi total input tenaga kerja.
(73)
Input tenaga kerja = Nilai rata-rata biaya tenaga kerja Agustus 2014-Juli 2015
+ 27 orang @Rp. 2.075.000 = Rp. 697.556.700+ 56.025.000 = Rp. 753.581.700
d) Input Energi
Jika alternatif 1 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah total input energi.
Input energi = nilai rata-rata biaya energi Agustus 2014-Juli 2015 + biaya
Pemakaian air perbulan + biaya bensin, solar, oli dll = Rp. 99.147.217 + Rp. 15.750.000 + Rp. 25.000.000 = Rp. 139.897.217
e) Input Maintanance
Jika alternatif 1 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah total input maintenance.
Input maintenance = nilai rata-rata biaya maintenance Agustus 2014-Juli 2015 + Biaya perawatan pada alternatif 1 + penanganan limbah cair
= Rp.308.033.786 + Rp. 355.833.333 + Rp.41.666.666 = Rp.705.533.785
(74)
F) Waste
Waste adalah rata-rata jumlah tandan kosong dan limbah cair yang diperoleh dari pengolahan kelapa sawit. Pada alternatif 1, limbah tandan kosong sawit dioalah sebagai bahan baku pembangkit dan limbah cair masih perlakuan land application maka jumlah limbah cair adalah 244,60 MT
5.2.3.2.3. Alternatif 2
Untuk alternatif 2 adalah pengolahan limbah padat sawit menjadi pupuk kompos.
1. Biaya investasi awal
Rincian investasi awal dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Rincian Biaya Investasi Rincian
Biaya
Satuan Kuantitas Harga Satuan Biaya (Rp.)
Pengadaan lahan
m2 60.000 2.000 120.000.000
Mesin pencacah
Unit 1 700.000.000 700.000.000 Wheel loader Unit 1 500.000.000 500.000.000 Mesin
pembalik kompos
Unit 1 1.000.000.000 1.000.000.000 Penggalian
pipa
m3 110 30.000 3.300.000
Pipa PVC 1- " M 1.820 61.380 111.711.600
Pompa Unit 1 50.000.000 50.000.000
Rubber House 2,5'
M 400 52.575 21.030.000
Keran Unit 25 35.000 875.000
Instalasi listrik Unit 15 1.750.000 26.250.000 Jumlah 2.533.166.600
(75)
2. Biaya Operasional
Biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16. Rincian Biaya Operasional Rincian Biaya Rp.
Biaya tenaga kerja 7 orang/tahun x Rp.2.075.000,00/orang x 12 bulan
14.525.000 Biaya perawatan 10% x
Rp.2.413.166.600
24.131.666 Listrik 124KWH/hari x 26
hari/bulan x 12 bulan x Rp.996,4/KWh
38.548.723
Jumlah 77.205.389
3. Proyeksi Pemasukan
Pemasukan dari proyek pengomposan limbah kelapa sawit adalah:
a. Penghematan biaya perawatan limbah cair Rp.500.000.000 per tahun. Dengan diadakannya pengolahan kompos ini maka biaya perawatan dapat dihemat.
b. Subsitusi Pupuk
Kandungan unsur hara pupuk dapat dilihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Kandungan Hara Serta Harga Pupuk Pupuk Unsur Hara Persen Unsur Harga/kg
Urea Nitrogen 46 Rp. 1.800
Super Phospat (SP-36)
Fosfor 36 Rp. 2.000
Muriate Potash Kalium 60 Rp. 6.900
(76)
Kandungan unsur hara pupuk kompos yang dihasilkan dari pengomposan tandan kosong menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) adalah dapat dilihat pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18. Kandungan Hara Pupuk Kompos Unsur Hara Persen Unsur
Nitrogen 2,34
Fosfor 0,31
Kalium 3,5
Magnesium 0,96
Dari Tabel diatas dapat dihitung kesetaraan pupuk kompos dengan pupuk buatan dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:
Nitrogen dalam Urea = x persen unsur hara pupuk Kompos
= x 2,34%
= 50,86 51 Kg pupuk buatan
Harga total = jumlah pupuk buatan x harga pupuk buatan/Kg = 51 Kg x Rp. 1.800
= Rp.91.800
(77)
Tabel 5.19. Kesetaraan Satu Ton Pupuk Kompos dengan Pupuk Buatan Pupuk Buatan Unsur Hara Jumlah Kg
pupuk
Harga Total
Urea Nitrogen 51 Rp.91.800
Super Phospat (SP-36)
Fosfor 9 Rp.18.000
Muriate Potash Kalium 58,3 Rp.402.500
Kiesrite Magnesium 48 Rp.62.400
Jumlah Rp.574.700
Dari Tabel diatas dapat dihitung dana substitusi untuk jumlah kompos yang dihasilkan sebanyak 33.754 ton adalah
Dana substitusi = jumlah kompos x Rp.574.700 = 33.754 ton x Rp.574.700 = Rp.19.398.423.800
4. Perhitungan Green Productivity Ratio Untuk Alternatif 2
Perhitungan Green Productivity Ratio untuk material, tenaga kerja, energi, dan maintanance dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu jumlah setiap faktor pada alternatif 2, yaitu:
a) Output
Apabila alternatif 2 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah output perusahaan.
Output = rata-rata output total Agustus 2014-Juli 2015 + pendapatan pengomposan
= Rp. 42.930.671.580 + Rp.1.616.535.317 = Rp. 44.547.206.897
(78)
b) Input material
Jika alternatif 2 diterapkan, diprediksikan input material tidak akan mempengaruhi jumlahnya.
Input material = Rp. 406.059.590 c) Input Tenaga Kerja
Jika alternatif 2 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi total input tenaga kerja.
Input tenaga kerja = Nilai rata-rata biaya tenaga kerja Agustus 2014-Juli 2015
+ 7 orang @Rp. 2.075.000 = Rp. 697.556.700+ 56.025.000 = Rp. 699.009.200
d) Input Energi
Jika alternatif 2 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah total input energi.
Input energi = nilai rata-rata biaya energi Agustus 2014-Juli 2015 + biaya
Pemakaian lisrik per bulan = Rp. 99.147.217 + Rp. 3.212.393 = Rp. 102.359.610
e) Input Maintanance
Jika alternatif 2 diterapkan, diprediksikan akan mempengaruhi jumlah total input maintenance.
(79)
Input maintenance = nilai rata-rata biaya maintenance Agustus 2014-Juli 2015 + Biaya perawatan pada alternatif 2 - penanganan limbah cair
= Rp.308.033.786 + Rp. 2.010.972 - Rp.41.666.666 = Rp.268.378.092
f) Waste
Waste adalah rata-rata jumlah tandan kosong dan limbah cair yang diperoleh dari pengolahan kelapa sawit. Pada alternatif 2, limbah tandan kosong sawit dan limbah cair digunakan selurugnya, maka jumlah limbah adalah 0 (nol)
Perhitungan biaya untuk masing-masing alternatif, kondisi sekarang, alternatif 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Tabel 5.20. Perhitungan Biaya Untuk Masing-masing Alternatif Faktor Kondisi Sekarang Alternatif 1 Alternatif 2
Output (Rp) (Rp) (Rp)
Penjualan Minyak
dan Inti Sawit 42.930.671.580
43.614.608.873 44.547.206.897
Input (Rp) (Rp) (Rp)
Input Material 6.161.127.435 6.161.127.435 6.161.127.435 Input Tenaga Kerja 597.556.700 753.581.700 699.009.200 Input Energi 99.147.217 139.897.217 102.359.610 Input perawatan dan
instalasi 308.033.786
705.533.785 268.378.092
Waste (MT) (MT) (MT)
Waste (tandan kosong + limbah cair)
(80)
Untuk perhitungan Green Productivity Ratio (GPR) caranya sama dengan perhitungan kondisi sekarang. Untuk menghitung Green Productivity Index (GPI) digunakan dengan menggunakan rumus berikut:
GPIalternatif = x GPIdasar
Dalam perhitungan GPI untuk material, tenaga kerja, energi dan maintenance, nilai diatas 1 menunjukkan perbaikan, sedangkan untuk waste nilai diatas 1 menunjukkan adanya peningkatan dampak lingkungan yang terjadi. Melalui perhitungan GPI untuk tenaga kerja tidak terjadi peningkatan indeks dibanding dengan sebelumnya. Hasil perhitungan Green Productivity Ratio (GPR) dan Green Productivity index (GPI) untuk masing masing alternatif dapat dilihat pada Tabel 5.21.
Tabel 5.21. Hasil Perhitungan GPR dan GPI Masing-masing Alternatif Green Productivity Indicators KS GPR KS GPI Alt.1 GPR Alt.1 GPI Alt.2 GPR Alt.2 GPI
Input Material 6,97 1,00 107,409 1,01 109,623 1,03 Input Tenaga Kerja 61,544 1,00 57,876 0,94 63,681 1,03 Input Energi 432,999 1,00 311,761 0,72 434,876 1,00 Input maintanance
139,370 1,00 61,817 0,44 165,862 1,19 Waste (tandan kosong +
limbah cair) 0,15
1,00 0,006 0,04 0,00 0,00
Dari hasil perhitungan alternatif yang terpilih adalah alternatif 2, terlihat dari nilai GPI material, tenaga kerja, energi dan maintenance mendapat nilai yang lebih tinggi dari alternatif 1.
Selain pertimbangan produktivitas yang dihasilkan, analisis finansial juga dilakukan dengan menggunakan Analisis benefit-cost ratio. Analisis benefit-cost
(81)
ratio merupakan alat yang dipakai untuk membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.
Analisa benefit cost ratio diestimasikan hingga periode 5 tahun mendatang dan tingkat suku bunga 8%. Hasil perhitungan indeks benefit-cost ratio setiap alternatif yang diusulkan adalah sebagai berikut;
a. Alternatif 1
Pada alternatif 1 yang diusulkan yaitu pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) benefit dan costnya adalah:
Benefit = Pemasukan (P/A.%.n)
= (Penerimaan dan pengutipan minyak + Pendapatan dari penjualan
daya listrik) x (P/A.8%.5)
= (Rp.7.702.463.000 + Rp.8.207.247.520) x (3,993) = Rp.63.527.474.106
Cost = Investasi awal + Biaya operasional (P/A,i%,n) = Rp.42.820.000.000 + Rp.5.421.300.000(3,993) = Rp.64.467.250.900
Indeks BCR Alternatif 1 = = = 0,985 b. Alternatif 2
Pada alternatif 2 yang diusulkan yaitu pengolahan pupuk kompos, diperoleh jumlah benefit dan cost yaitu:
(82)
Benefit = Pemasukan(P/A,i%,n)
= (Biaya pengehematan perawatan dan operasional limbah cair + Substitusi pupuk) x (P/A,7,5%,5)
= ( Rp.500.000.000 + Rp. 19.398.423.800) x (3.993) = Rp.79.454.406.233
Cost = Investasi awal + Biaya operasional (P/A,i%,n) = Rp.2.533.166.600 + Rp.77.205.389(3,993) = Rp.2.533.166.600 + Rp.308.281.118 = Rp.2.841.447.718
Indeks BCR Alternatif 2 = = = 27,96
Berdasarkan hasil perhitungan indeks BCR, terlihat bahwa alternatif 1 memiliki indeks BCR sebesar 0,985 dan alternatif 2 memiliki indeks BCR sebesar 27,96. Oleh karena itu, alternatif 2 dipilih menjadi alternatif solusi yaitu pengolahan pupuk kompos.
5.2.4. Estimasi Alternatif Solusi
Estimasi alternatif solusi dilakukan untuk mengetahui tingkat produktivitas pada masing-masing alternatif. Rumus perhitungan estimasi produktivitas adalah:
(83)
Estimasi Produktivitas =
Tabel 5.22. Perhitungan Peningkatan Produktivitas
Faktor Kondisi Sekarang Alternatif 1 Alternatif 2
Penjualan Minyak
dan Inti Sawit 42.930.671.580 43.614.608.873 44.547.206.897 Input Material 6.161.127.435 6.161.127.435 6.161.127.435 Input Tenaga Kerja 597.556.700 753.581.700 699.009.200 Input Energi 99.147.217 139.897.217 102.359.610 Input maintance 308.033.786 705.533.785 268.378.092
Produktivitas
total 5,99 5,62 6,16
Rata-rata nilai produktivitas total yang diperoleh periode Agustus 2014-Juli 2015 adalah 5,99 dan pada estimasi produktivitas total alternatif 2 diperoleh sebesar 6,16 yang berarti terjadi peningkatan produktivitas sebesar 0,17%.
(1)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan Penelitiaan... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-1 4.5. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.6. Prosedur Penelitian ... IV-3 4.7. Pengolahan Data ... IV-5 4.8. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-5 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-6
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data... V-1 5.1.1. Input ... .. V-1 5.1.1.1. Biaya Material ... .. V-1 5.1.1.2. Biaya Tenaga Kerja ... V-2 5.1.1.3. Biaya Energi ... V-2 5.1.1.4. Biaya Maintanance (Pemeliharaan Mesin dan
(2)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.2.1.5. Biaya total ... V-3 5.1.2. Output ... V-4 5.1.3. Limbah Produksi Pabrik Kelapa Sawit ... V-6 5.2. Pengolahan Data ... V-8 5.2.1. Getting Started ... V-8 5.2.1.1. Material balance ... V-11 5.2.2.2. Menentukan Tujuan dan Target ... V-16 5.2.3. Generation and Evaluation of GP Option ... V-16 5.2.3.1. Usulan Alternatif Solusi ... V-16 5.2.3.1.1. Alternatif 1 ... V-17 5.2.3.1.2. Alternatif 2 ... V-20 5.2.3.2. Memilih Alternatif Solusi ... V-23 5.2.3.2.1. Kondisi Sekarang ... V-23 5.2.3.2.1. Alternatif 1 ... V-24 5.2.3.2.1. Alternatif 2 ... V-29
(3)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisa Identifikasi Masalah. ... VI-1 6.2. Analisa Penentuan Tujuan dan Target ... VI-3 6.3. Analisa Usulan Alternatif Solusi ... VI-4 6.4. Analisa Memilih Alternatif Solusi ... VI-4 6.5. Implementasi Alternatif ... VI-7
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(4)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Jumlah Tenaga Kerja PKS PT. Multimas Nabati Asahan ... II-5 2.2. Derajat kematangan Tandan Buah Sawit ... II-9 5.1. Biaya Material PT. Multimas Nabati Asahan ... V-1 5.2. Biaya Tenaga Kerja PT. Multimas Nabati Asahan ... V-2 5.3. Biaya Energi PT. Multimas Nabati Asahan ... V-2 5.4. Biaya Maintanance PT. Multimas Nabati Asahan ... V-3 5.5. Biaya Total PT. Multimas Nabati Asahan ... V-4 5.6. Output PT. Multimas Nabati Asahan ... V-4 5.7. Harga Rata-rata Minyak dan Inti Sawit PT. Multimas Nabati
Asahan... V-5 5.8. Output PT. Multimas Nabati Asahan ... V-6 5.9. Jumlah Limbah Padat dan Limbah Cair PKS PT Multimas Nabati
Asahan... V-8 5.10. Produktivitas Total PT. Multimas Nabati Asahan... V-13 5.11. Rata- Rata Input dan Output PT. Multimas Nabati Asahan ... V-23 5.12. Hasil Perhitungan Green Productivity Ratio (GPR) PT. Multimas
(5)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.16. Rincian Biaya Operasional ... V-30 5.17. Kandungan Hara Serta Harga Pupuk... V-30 5.18. Kandungan Hara Pupuk Kompos ... V-31 5.19. Kesetaraan Satu Ton Pupuk Kompos dengan Pupuk Buatan ... V-32 5.20. Perhitungan Biaya Untuk Masing-masing Alternatif ... V-34 5.21. Hasil Perhitungan GPR dan GPI Masing-masing Alternatif ... V-35 5.22. Perhitungan Peningkatan Produktivitas ... V-38 6.1. Hasil Perhitungan GPR Masing-masing Alternatif ... VI-5 6.2. Hasil Perhitungan GPI Masing-masing Alternatif ... VI-5 6.3. Perhitungan Peningkatan Produktivitas... VI-6
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Tugas dan Tanggung Jawab Tiap-Tiap Jabatan pada Struktur Organisasi ... L-1 2. Form Tugas Akhir... L-2 3. Surat Penjajakan... L-3 4. Surat Balasan ... L-4 5. Surat Keputusan Tugas Akhir ... L-5 6. Lembar Asistensi ... L-6