Faktor Penyebab Pemenuhan Wajar 12 Tahun

 82  b Faktor geograis terkait akses, di mana jarak antara rumah tempat inggal dengan sekolah yang cukup jauh, sehingga menyebabkan anak sering terlambat, bolos dan malas masuk sekolah dan akhirnya menjadi putus sekolah. Hal ini terutama pada daerah yang luas, di mana tempat inggal penduduk tersebar pada berbagai pelosok, menurut data tahu 2012 menunjukkan bahwa 35 siswa SLTA SMASMKMA menempuh perjalanan 4 empat kilometer lebih dari rumah kesekolahnya c Faktor sosial-budaya masyarakat, terutama kepercayaan kalau anak perempuan idak perlu sekolah lebih inggi. d Hubungan orang tua kurang harmonis. Hubungan keluarga idak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan antar keluarga idak saling peduli. Keadaan ini merupakan dasar anak mengalami permasalahan yang serius dan hambatan dalam pendidikan sehingga mengakibatkan anak mengalami putus sekolah. e Perhaian orang tua yang kurang peduli pada anak yang efeknya misalnya terjadi kenakalan remaja sehingga diberhenikan atau putus sekolah. f Suasana sekolah yang idak nyaman dan idak memberikan moivasi yang efekif kepada siswa yang mempunyai potensi untuk putus sekolah, misalnya hukuman bagi anak yang sudah menikah dikeluarkan dari sekolah g Pengaruh lingkungan pergaulan. Ada juga siswa yang putus sekolah karena ikut-ikutan dengan teman yang telah labih dahulu putus sekolah. Apa lagi bila melihat teman yang putus sekolah terlibat dalam suatu pekerjaan yang menghasilkan uang maka ia akan ikut teman tersebut.  83  h Masalah relevansi, yaitu lemahnya pendidikan kita dalam membangun relasi dengan dunia kerja yang dikenal dengan DUDI Dunia usaha dan Dunia Industri. Ini membuat orang tua idak percaya untuk menyekolahkan hingga level SMA Penyebab anak putus sekolah bisa bervariasi, mulai dari masalah sosial budaya, geograis dan ekonomi. Faktor sosial budaya antara lain moivasi rendah, menjaga adik, malu, idak naik kelas dan nikah muda. Dari faktor geograis antara lain daerah perbukitan dan jarak sekolah yang jauh dari rumah. Dari faktor ekonomi antara lain idak ada biaya, bekerja, membantu orang tua. Dilihat dari harapan pemerintah dalam Rencana Strategis 2015- 2019 yang ditetapkan oleh Permendikbud No. 22 tahun 2015 di mana Harapan angka putus sekolah khusus SMA dan Paket C dari 1.20 persen di tahun 2015 menjadi 0.80 persen di 2019 dan dikuatkan dengan target pemerintah angka siswa SMP yang melanjutkan sekolah ke jenjang SMA dan sederajat adalah dari 81.50 persen di tahun 2015 menjadi 88.00 di 2019, dibutuhka strategi khusus untuk mencapai itu.

d. harapan pada Pendidikan Non Formal

Semangat untuk mewujudkan APK SMASMKMA 55 persen pada tahun 2014 menjadi 67 persen pada tahun 2019 bahkan pada tahun 2020 ditargetkan 94 persen memang idaklah gampang. Apalagi jika hanya mengandalkan sekolah formal. Keterlibatan pendidikan non formal melalui PKBM dengan program paket C jelas menjadi kebutuhan karena APK SMA Sederajat termasuk Paket C pada 2015 berada pada posisi  84  75.70 persen dan akan ditargetkan pada 2019 menjadi 85.71 persen. APM untuk SMA Sederajat termasuk Paket C juga ingin diingkatkan dari 61.65 persen di tahun 2015 menjadi 67.50 persen pada 2019. PKBM yang melaksanakan program paket C hingga 2015 telah mampu mendampingi jumlah peserta PKBM paket C sebanyak 25.200 dan harapannya akan ada 429.611 jumlah siswa di tahun 2019. Untuk itu, pemerintah perlu membuat program yang menargetkan bahwa di seiap kecamatan ada minimal satu PKBM untuk melaksakan paket C. Keberadaan PKBM di tahun 2015 hanya 7.5 persen dari kabupatenkota yang ditargetkan menjadi 15.6 persen di tahun 2019. Target jumlah kuanitaif PKBM hingga 2019 memang pening untuk menjamin akses agar siswa yang idak selesai SMA sederajat dapat mengikui program paket C. Namun ini harus juga diimbangi dengan mutu pelayanannya, yaitu meningkatnya jumlah PKBM yang akan diakreditasi dari 223 di tahun 2015 menjadi 1.445 di 2019 Dalam memenuhi kebutuhan peningkatan mutu tata kelola, pemerintah membuat sistem pendataan online bagi lembaga PKBM dengan jalur atau prosedur sebagai beikut