Kebijakan Pendidikan Pemerintah Indonesia bagi penyandang disabilitas

 110  sebagai landasan kebijakan. Berikut ini beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar bagi Pemerintah Indonesia a. UUD 1945 Pasal 32 ayat 1 yang menegaskan “seiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”. b. UUD 1945 Pasal 32 ayat 2 yang menegaskan bahwa “seiap warga Negara wajib mengikui pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. c. UU No. 4 tentang Penyandang Cacat tahun 1997. Bab III pasal 6: seiap penyandang cacat berhak memperoleh 1 pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Bab IV pasal 11: seiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan pada satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya. Bab IV Pasal 12: seiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta didik satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan serta kemampuannya. d. UU No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 1 yang menegaskan bahwa “seiap warga Negara memperoleh hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu”. e. UU No. 23 tentang Perlindungan Hak Anak tahun 2002, pasal 51 yang menegaskan bahwa “ anak yang menyandang cacat isik dan atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesbilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa. f. PP No. 19 tentang Standar Pendidikan Nasional tahun 2004.  111  g. Deklarasi Bandung tentang Menuju Pendidikan Inklusi tahun 2004. h. PERMENDIKNAS no 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat isimewa. Pasal 3 ayat 1; seiap peserta didik yang memiliki kelainan isik, emosional, mental dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat isimewa berhak mengikui pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Pasal 7: satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif menggunakan kurikulum ingkat satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, dan minatnya. Pasal 12, 13; pemerintah sebagai penyelenggara harus punya komitmen penyelenggaran pendidikan inklusif. Pasal 14; satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif terbuki melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan menteri akan diberikan sangsi administraif sesuai peraturan perundang-undangan. Seluruh kerangka peraturan, baik itu yang berada di ingkat global maupun nasional bertujuang untuk mendorong terwujudnya parisipasi penuh dari warga masyarakat dalam rangka penghargaan hak-hak asasi mereka sebagai manusia.

e. Konsekuensi pendidikan inklusif

Sebuah proses pendidikan dinyatakan berhasil jika selalu dan terus menerus memperbaharui diri agar manusia sebagai subyek pendidikan mampu hidup merdeka dan mandiri, jauh  112  dari diskriminasi dan penindasan. Bila diilik dari berbagai macam kebijakan yang ada, Pemerintah Indonesia sudah berada dalam jalur yang benar dalam rangka pengembangan pendidikan bagi para penyandang disabilitas tanpa diskriminasi. Seluruh semangat yang muncul dalam gerakan pendidikan di dunia terarah pada realisasi pendidikan inklusi sebagai sebuah jiwa pendidikan. Karena itu, bila pemerintah Indonesia ingin maju, ada beberapa hal yang perlu diperhaikan. Pertama, perlu ada perubahan dalam paradigma pendidikan yang secara eksplisit menyatakan bahwa pendidikan nasional bersifat inklusif. Ini arinya, semua sekolah harus memiliki visi inklusi, sekalipun di sekolah tersebut idak ada murid penyandang disabilitas. Untuk mencapai pendidikan universal yang memiliki spirit inklusi ini, pemerintah perlu membuat sekolah rinisan sesuai dengan kebutuhan. Ininya adalah bila semua sekolah adalah inklusi, siapapun mesinya dapat mengakses pendidikan di sekolah umum mana pun tanpa diskriminasi. Perubahan paradigma ini akan membedakan praksis pendidikan kita dengan pendidikan sebelumnya yang dasarnya adalah diskriminasi, pendidikan inklusi dan non- inklusi, atau sekolah luar biasa dan sekolah biasa. Anies Baswedan, Menteri Pendidikan menegaskan, bercampurnya anak yang berasal dari berbagai latar belakang ekonomi, sosial, budaya dan karakterisik dalam lingkungan sekolah inklusif diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian, kerja sama, dan saling menghargai perbedaan. 6 Peneliian tentang inklusi telah banyak dilakukan di Negara-negara barat sejak 1980-an, namun peneliian yang berskala besar baru dipelopori oleh the Naional Academy of Science AS. Hasil riset AS menunjukkan bahwa klasiikasi dan penempatan 6 htp:www.antaranews.comberita464852menteri-anies--pendidikan- inklusif-adalah-hak-anak-berkebutuhan-khusus  113  anak berkelainan di sekolah, kelas atau tempat khusus idak efekif dan diskriminaif. Layanan ini merekomendasikan agar pendidikan khusus yang dilakukan secara segregaif hanya diberikan terbatas pada penyandang disabilitas tertentu setelah mendasarkan diri pada hasil ideniikasi yang tepat Heller, Holtzman Messick, 1982. Beberapa pakar bahkan mengemukakan bahwa sangat sulit untuk melakukan ideniikasi dan penempatan anak berkelainan secara tepat, karena karakterisik mereka yang sangat heterogen Baker, Wang, dan Walberg, 19941995 7 Perubahan paradigma pendidikan disertai dengan pendekatan sekolah rinisan semakin baik bila sarana, prasarana dan tenaga pengajar juga disiapkan dengan baik. Beberapa kasus yang muncul misalnya minimnya sarana penunjang sistem pendidikan inklusif, terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh para guru sekolah inklusif menunjukkan betapa sistem pendidikan inklusif belum benar – benar dipersiapkan dengan baik. Apalagi sistem kurikulum pendidikan umum yang ada sekarang memang belum mengakomodasi keberadaan anak – anak yang memiliki perbedaan kemampuan difabel, sehingga program pendidikan inklusif hanya terkesan program eksperimental. Perubahan paradigma pendidikan ini akan memiliki konsekuensi dalam praksis pendidikan kita. Konsekuensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Landasan pedagogipengajaran edit sampai di sini

Pada pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan 7 htp:izzaucon.blogspot.co.id201406tujuan-dan-landasan-pendidikan- inklusi.html  114  pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokrais danbertanggungjawab. Melalui pendidikan, peserta didik diharapkan menjadi warga negara yang demokrais dan bertanggungjawab, yaitu individu yang mampu menghargai perbedaan dan berparisipasi dalam masyarakat. Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal penyandang disabilitas diisolasikan dari teman sebayanya melalui model sekolah-sekolah khusus. Betapa pun kecilnya, mereka harus diberi kesempatan bersama teman sebayanya, ini prinsip utama yang perlu dipahami. Pembedaan dan segregasi dimungkinkan setelah melalui analisis evaluasi dan asesment penempatan secara adekuat dan objekif. Implementasi dari tujuan pendidikan di atas adalah bahwa pendidikan inklusi seharusnya dirancang sedemikian rupa sehingga program pendidikan dilaksanakan dengan memperhaikan keanekaragaman karakterisik dan kebutuhan siswa penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas harus memperoleh akses ke sekolah reguler di mana sekolah tersebut perlu memberikan akomodasi dalam proses pembelajaran dalam rangka pedagogi yang berpusat pada diri anak yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pada dasarnya pedagogi yang berpusat pada diri anak itu menguntungkan bagi semua siswa, mengembangkan potensi unik siswa dan dan pada gilirannya menguntungkan bagi masyarakat secara keseluruhan. Mereka mampu berperan serta secara akif sebagai warga negara yang demokrais dan bertanggung jawab.